27. Unruly Surge

555 70 15
                                    

⋐𝐇𝐨𝐌⋑

Hari terasa sangat dan semakin berat bagi Irene. Setiap detikan nan terdengar amat jelas di waktu - waktu malam seperti ini serasa mengikat dadanya dengan tali erat - erat. Entah keberapa kali Irene menarik nafas panjang lalu menghembuskannya berat seolah sebuah bongkahan menyangkut di tenggorokan. Telah berapa lama Irene berdiri di sisi jendela menatap rembulan dengan batang gelas berisi anggur merah terjepit diruas antara jari telunjuk dan tengahnya, Irene pun tidak tahu.

Rambutnya basah. Secara tidak langsung ingin memberitahu bahwa dia sudah membersihkan diri sepulang dari rumah klasik di pinggir kota. Tapi nyatanya mandi tak sedikitpun menghapus kekalutan nan masih terpampang jelas di wajah.

Surai hitamnya mengkilat anggun namun ditemani kerutan dalam di dahi. Wajahnya pun ikut memantulkan sinar - sinar dari luar apartemen. Tapi bersama dengan hal itu, dua sudut bibir terasa berat hingga menariknya agak jauh kebawah. Dua emosi seolah sedang berdebat. Bertarung demi menjawab pertanyaan tentang siapa yang lebih pantas untuk dirasakan.

Irene sendiri tak bisa mengatakan dengan gamblang apa yang Ia rasakan saat ini. Semua terlalu kusut dan buram. Hatinya berkabut atas keributan yang ditimbulkan oleh beberapa perasaan nan saling bertabrakan.

Huft..

Mengangkat tangan kiri, Irene berhenti di tengah. Menjadikan dirinya sendiri batal untuk menghabiskan gelas ke 5 cairan ungu kemerahan di tangan kala sebuah suara mengganggu ketenangannya.

Ah, bukan ketenangan mungkin. Tapi pergumulan hati.

Cicitan kecil dari benda digital di depan apartemen terdengar lebih dari 3 kali sebelum berakhir dengan ketukan.

Menghabiskan sisa isi dengan sekali teguk, Irene meletakkan gelas perlahan lantas menaruh tangan kiri di dadanya. Merasa sesak melihat Joy benar - benar datang hanya untuk pergi. Ini juga salah satu alasan Irene mengganti password apartemen; agar Ia tidak sepenuhnya ditinggalkan.

"Unnie, bukakan pintunya. Aku tahu kau di dalam."

Irene mendekat kearah sumber bunyi. Sedikit tersenyum saat suara imut adiknya samar - samar menelusup telinga. Amat lemah dan tak berdaya.

Berhenti tepat menghadap papan abu - abu di depan, Irene hanya berdiri disana; perlahan menempelkan telapak tangan di permukaan dingin tersebut dengan masih ditemani senyum nanar. Tak memiliki sedikitpun niat untuk membukanya.

Ia ketakutan.

Salah satunya karena Joy akan mulai menjauh. Tapi yang paling utama ialah sebab Irene tahu Joy akan terus menyalahkan diri sendiri. Bersikap jahat pada tiga orang bersaudara disana karena ada satu sosok anak haram nan selalu Ia maki - maki, kini Tuhan seolah menghukum Joy dengan memberikan situasi sama persis padanya.

Irene takut Joy tidak bisa menahan beratnya.

"Unnie, kau harus membukanya. Aku tidak ingin melukaimu lebih jauh."

Ini adalah sebuah sayatan berbeda yang levelnya berada di lain dimensi. Tak bisa dikalahkan.

Joy hidup bersamanya lebih dari 20 tahun. Akan aneh sekali jika gadis itu tak tahu bila Irene membenci Yeri lebih dari Seulgi dan Wendy karena predikat 'anak dari hubungan terlarang'. Tapi Irene kini justru menyesal Joy mengetahui tentang hal itu. Joy tentu akan mundur perlahan lalu menghilang dari pandangan Irene setelah tahu fakta bahwa Ia—tanpa disadari—juga menyandang predikat tersebut. Joy memilih ditelan bumi daripada berhadapan dengan Irene yang membencinya.

"Kau tidak perlu pergi. Aku baik - baik saja."

Isakan yang serta–merta menembus pembatas, menusuk gendang telinga Irene, tanpa diduga berhasil menghancurkan pertahanannya hingga diam - diam ikut meneteskan cairan dari sudut mata.

"Aku tidak bodoh, Unnie. Kau sebenarnya sudah mulai membenciku sejak tahu kenyataannya. Itulah kenapa kau memelukku di mobil saat itu, bukan? Karena kau mengerti bahwa setelah semuanya, kau akan tanpa sadar melukaiku seperti aku melukai mereka."

Telapak yang tertempel di pintu perlahan mengepal; membentuk bola mungil namun sarat akan rasa sakit begitu besar. Lebih memilukan karena Irene tidak bisa menemukan alasan untuk menyangkal pernyataan barusan.

"Aku hancur, Unnie. Seburuk - buruknya ikatan diantara kita semua, aku tidak menduga bahwa aku juga akan berakhir menjadi sumber rasa sakitmu."

"Kita bisa abaikan, Sooyoung–ah. Tidak perlu ada kebencian yang bertambah."

Dan keduanya tak saling tahu bahwa kaki mereka jatuh secara bersamaan. Joy berlutut sambil meyangga tubuhnya dengan kedua tangan menekan papan pintu, sedangkan Irene mengubah posisinya menjadi duduk meringkuk bersandar pada permukaan pintu. Keduanya terisak.

"Aku bisa, kau tidak. Aku sangat tahu kau, Unnie. Kau begitu tak suka hasil dari perselingkuhan. Lupakan aku, Unnie. Orang yang terluka tidak boleh hidup bersama dengan penyebabnya."

Hati Irene semakin terasa diremas ketika ketukan Joy berubah menjadi gedoran memaksa.

"Kalau kau terus berpikir seperti itu, maka tetaplah disana sampai pagi. Aku tak akan membiarkan kau masuk satu inci pun jika hanya untuk mengucapkan salam perpisahan."

Selesai. Irene membubarkan pembahasan mereka detik itu juga dengan bangkit dan melangkah pelan kearah kamar. Menutup pintu rapat - rapat sebelum kembali pada posisi yang sama seperti tadi; memeluk lutut sendiri dengan punggung menekan papan kayu di belakang. Tak peduli bila gaduh diluar semakin liar bersama dengan suara teriakan nan serasa berebut untuk menghancurkan telinga Irene saat itu juga.

"Unnie, kau tidak bisa begini. Kau tidak boleh menahanku sampai sejauh ini. Semuanya hanya akan membuatmu semakin tersiksa. Aku harus pergi, Unnie!"

Bahkan menekan kedua lubang pendengaran tak sepenuhnya membantu. Irene tetap ditusuk - tusuk oleh hujaman kalimat Joy yang semakin melemah seiring waktu menguras tenaga adiknya secara brutal.

Irene mendongak saat suara - suara itu tahu - tahu berhenti; mengundang rasa cemas Irene mengambang bersama emosi lain.

Kembali keluar dan melangkah mendekati pintu, kali ini Irene benar - benar terjatuh bahkan sebelum sampai di tujuannya sebab mendengar gumaman hampir seperti bisikan.

"Aku menyayangimu, Unnie. Sangat. Maafkan Aku."

⋐𝐇𝐨𝐌

Akhir 2 ini aku selalu bikinnya kepanjangan alias diatas standar jumlah kata yang sebelumnya aku bikin. Besok aku coba lebih singkat lagi deh.

Btw, sampe sini kalian paham emosinya ngga?

Regards
- C

Half of Mine ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang