29. Apologize

534 68 2
                                    

⋐𝐇𝐨𝐌⋑

Irene menatap wanita di hadapannya dengan muka memerah dan sorot mata berapi - api. Membelakangi pintu ruang rawat VIP tempat Joy dipindahkan kemarin sore setelah keadaan agak stabil, perempuan lebih tua itu seolah memblokir jalan bagi wajah memelas nan memohon agar Irene memperbolehkan dirinya masuk. Dibelakang wanita itu, terlihat sosok familiar yang Irene cukup kenal; menjadikan amarah di dalam dada terasa semakin menggebu minta diledakkan.

"Unnie, aku sungguh minta maaf. Aku tidak tahu kalau semua akan berakhir seperti ini."

Jujur saja, sesuatu dibalik kelopak nan mendobrak supaya diloloskan membuat mata Irene semakin memanas tiap detiknya. Tapi Irene tidak ingin terlihat begitu lemah; orang ini tak pantas mendapat satu tetespun darinya.

"Wanita biadab! Kau hampir membunuh dua gadis sekaligus. Apa kau bahkan menyadarinya?!"

Rasanya gerakan Irene lebih cekatan dari kecepatan cahaya melihat tidak sampai satu detik jari - jari di tangan kanannya telah bertengger di baju lawan bicara; mencengkeramnya erat - erat sampai kuku panjang tanpa sadar menekan kulit leher sang perempuan di hadapan. Bahkan saudara yang berdiri di belakang perempuan tersebut diam menunduk seperti membiarkan dia menanggung konsekuensi atas apapun yang telah diperbuat.

"Tampar aku, pukul aku atau bahkan penjarakan saja aku! Namun aku bersungguh - sungguh tentang hal ini. Aku benar - benar minta maaf, Unnie."

Dan satu titik air mata menetes, keluar dari penjagaan Irene. Sesuatu yang mungkin cukup mengejutkan seseorang di depan, terbukti dari mata nan membelalak lebar seakan baru saja melihat fenomena langka.

Melepaskan remasan pada kerah kemeja merah kotak - kotak, Irene mundur satu langkah sembari mengusap jejak basah yang ditimbulkan di pipi. Kembali menusuk perempuan itu dengan tatapan tajamnya, kilas balik mengenai komentar masa lalu kelam Joy yang ternyata dikirimkan oleh orang ini menjadikan rasa panas kembali mengambang di permukaan hatinya. Tapi kali ini Irene berusaha tenang. Seperti harimau yang melangkah perlahan sebelum menerkam musuh, Irene diam - diam tengah menyusun kata - kata untuk menghancurkan dia. Lantas ketika keputusan terbentuk, Irene mengepalkan kedua tangan disisi tubuh sebagai topangan mental.

"Kim Jisoo. Pergi sejauh mungkin dan jangan pernah berada di dekat kami lagi. Aku tidak akan menuntut atas apa yang sudah kau lakukan. Sebagai gantinya, hiduplah cukup lama dengan rasa sesal menggerogoti dirimu. Walau aku tahu Joy akan memaafkanmu, tapi aku tidak. Lenyap dari pandanganku sembari menyalahkan dirimu karena tak bisa mendapat maaf dariku. Jika aku melihatmu lagi di lingkungan ini, aku tidak akan tinggal diam. Camkan itu!"

Lalu dengan itu Irene berbalik, memasuki ruangan, dan terakhir menutup pintu cukup kasar di depan wajah pelaku nan ternyata juga merupakan luka masa lalu Joy ataupun Yeri.

Miris.

Itu yang Irene pikirkan ketika mengangkat ponsel di tangan, berintensi menghubungi seseorang untuk dipinjam bahunya sesaat. Tapi Irene ingat tidak ada siapapun lagi orang disisinya selain Joy. Dia kehilangan semuanya. Dan pikirannya mulai dipenuhi ketakutan jika nanti Joy juga memilih untuk pergi; baik dengan arti duniawi atau surgawi.

Bahkan bisikan orang - orang mengenai Joy sungguh terasa menusuk - nusuk hati, merusak telinga habis - habisan.

"Kau sudah melihat berita itu? Ternyata Park Joy adalah pecinta sesama jenis."

"Sepertinya orang yang memposting komentar itu adalah mantan murid di sekolah yang sama dengannya."

"Kau juga baca? Dia bilang keluarga Joy berantakan."

"Ah benar, dia bahkan tidak mau mengakui adiknya. Jahat sekali."

"Pantas dia menyimpang, lihat saja lingkungan terdekatnya."

Padahal bisikan - bisikan tersebut sudah terjadi beberapa jam silam tapi rasanya seperti ada rekaman di dalam kepala Irene yang bisa terputar sendiri tanpa Ia tahu dan tanpa Ia ingin. Tekanan batin terlalu kuat, Irene bahkan tak sadar bila Ia sudah merosot terduduk di lantai dengan isakan lebih keras dan memilukan. Memecah keheningan lewat suara sendiri sambil memeluk lutut, Irene merasa sepenuhnya gagal menjaga seseorang nan selama ini Ia anggap paling berharga. Seseorang yang sangat —lebih rapuh dari dirinya sendiri. Mengangkat kepala hanya untuk menatap tubuh terbaring diatas ranjang putih, Irene mendadak merasa udara diserap habis dari sekitarnya hingga Ia kesulitan bernafas.

"Maafkan aku, Sooyoung–ah. Maaf."

⋐𝐇𝐨𝐌⋑

Regards
- C

Half of Mine ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang