25 || Kabar Buruk

250 34 0
                                    

Jeremy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeremy.

Gue sendiri masih nggak percaya dengan apa yang baru aja gue saksikan di perpustakaan tadi.

Jadi, selama ini Tata masih menyimpan rasa buat Jeff?

Terus keberadaan gue selama ini di anggep sebagai apa buat dia? Cuma sekadar teman?

Setelah dari perpustakaan, gue langsung cabut ke rumah. Pikiran gue udah kacau, bodo amat sama PAS karena ketika gue udah kacau gue nggak bisa mikir apapun.

Ya sama kaya sekarang, bukannya minta kejelasan Tata gue malah ngebiarin Vanka---anak temen SMA papa---meluk-meluk gue dari samping sedangkan pikiran gue melayang.

"Jeremy kamu kok diem aja sih?" Vanka merengek kesal ke gue, sedangkan gue cuma berdehem kecil dan tangan gue tergerak untuk menekan sebuah nama yang tertera di kontak.

Tata🌹❤️..

Oke berhubung ini udah jam pulang sekolah, harusnya Tata bisa angkat telfon gue.

"Halo? Kenapa Jer?"

Lo bahkan nggak salam seperti yang lo lakuin waktu Jeff telfon lo. Suara lo juga nggak secerah waktu Jeff telfon lo dulu..

"Jeremy.. kamu denger kan?"

"A-ah iya denger," gue tersadar dari lamunan gue dan langsung nyuruh Vanka pergi dengan isyarat tangan.

"Kenapa? Kamu kangen ya, hm?"

"Iya dong, nggak pernah sekalipun aku nggak kangen sama kamu." jawab gue sendu.

"Ahahah, oh iya kamu kok bolos pelajaran? Ada masalah? Aku bilangin ke tante Melisa loh."

Fyi, Melisa itu mama gue. "Oh itu---aku tadi nggak enak badan jadi buru-buru pulang. besok susulan," dusta gue.

"Oh, kamu sakit? Aku kesana ya sekarang?"

Gue melirik Vanka yang cemberut sambil mainin ponselnya. "Nggak usah gapapa, nanti juga sembuh sendiri." tanpa sadar nada bicara gue mulai ketus.

"O-oh yaudah kalo gitu. Aku pulang dulu ya, cepet sembuh sayang."

Gue tersenyum pedih, "Iya makasih sayang." dan panggilan putus begitu aja. Sebenernya, maksud 'sayang' yang lo ucapkan itu apa sih Ta?

Sayang yang artinya lo sayang sama gue, atau karena lo ngerasa 'harus' ngomong itu hanya karena kasihan sama gue?

"Pergi lo," ucap gue tegas ke Vanka yang kembali bergelayut manja di lengan gue. Dia mendecih, "Kamu ngusir aku? Oke. Aku bakal aduin ke papa kamu." dia ngambil tasnya dan berdiri.

Wrong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang