21 || Kebenaran

243 32 6
                                    

"Orang jahat selalu punya alasan kenapa disaat mereka punya dua pilihan; menjadi baik atau jahat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Orang jahat selalu punya alasan kenapa disaat mereka punya dua pilihan; menjadi baik atau jahat. Mereka malah pilih untuk jadi jahat."

[• WRONG •]

Bunda udah boleh keluar dari rumah sakit, om Harry juga udah janji untuk tanggung jawab ke bunda. Dan entah kenapa, sikapnya udah beda banget.

Nggak gampang marah, sabar banget ngeladenin bunda yang dingin ke dia, dia juga pasrah-pasrah aja dimarahin bahkan dihajar sama bang Keenan.

"Om, om kenapa? Udah tobat nih?" tanya gue ketus. Kita lagi duduk di ruang tamu, bunda dan gue tadi dijemput sama om Harry. Jeremy pulang duluan setelah bantu bunda dan gue beres-beres.

Om Harry senyum, "Om sadar kalo om itu salah. Padahal om nggak bermaksud begitu ke bunda kamu, tapi om waktu itu mabuk jadi bener-bener nggak sadar."

Gue kaget, "Lah goblok. Om kok aneh sih?"

Om Harry ngakak, "Ya begitulah. Tapi tenang aja, om nggak akan begitu lagi. Karena apa yang om mau udah om dapetin." gue makin bingung, "Dapet? Maksudnya perkosa bunda? IYA GITU OM?" gue teriak.

Om Harry geleng-geleng, "Loh bukan. Yang om maksud itu menikah sama bunda kamu." bunda dateng dan langsung taruh nampan di atas meja, "Kalau udah nggak ada kepentingan, lebih baik kamu cepet pergi dari sini."

Tentu itu ke om Harry, bukan gue.

[• WRONG •]

Gue ke starbucks buat refreshing. Kepala gue mau pecah di rumah. Keinget Esta sama Jeff terus. Apalagi tadi mami udah pulang, pasti bakalan tanya-tanya.

Barusan gue selesai bayar dan mau langsung pergi ke taman.

Bruk!!

Gue nggak sengaja nabrak seseorang. keliatannya sih ibu-ibu. "Aduh maaf tante, saya nggak sengaja." tante itu malah keliatan kaget banget, dan tebak itu siapa?

Tante Ardith.

"K-kamu---"

"Tante, boleh saya ajak tante bicara di dalam?" tanya gue dengan nada dingin tapi tetep sopan, tante Ardith cuma ngangguk dan ngikuti gue masuk lagi ke starbucks.

Begitu udah duduk, nggak pake basa-basi gue langsung ke inti. "Tante tau kan saya siapa?"

Tante Ardith kelihatan agak gugup dan panik, "Saya harap tante menjawab dengan jujur ya."

Tante Ardith itu menghela napas. "Tante, boleh saya minta tante menjelaskan apa hubungan tante sama ayah saya?"

Tante Ardith mengangguk, "Iya, tapi tolong jangan benci saya setelah kamu tau ya?" gue cuma mengangguk walau gue sendiri juga nggak bisa janji untuk nggak gitu.

Wrong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang