12 || Ajun

218 42 17
                                    

Matahari mulai turun, bersiap untuk berganti shift kerja dengan bulan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matahari mulai turun, bersiap untuk berganti shift kerja dengan bulan. Ajun---Aletta---dan sepeda motor ninja putih nya berhenti di sebuah masjid di dekat taman kota.

"Kita sholat dulu ya, nanti gue bawa lo ke suatu tempat." ucap Ajun sembari membantu Aletta turun dari motornya yang lumayan tinggi itu.

Aletta hanya mengangguk pasrah, memang dia bisa berkomentar apa lagi? Pikirannya kacau, hatinya galau bukan main, dan dadanya terasa sesak. Pertemuan tidak sengaja di antara mereka tadi cukup membuat Aletta tenang karena ia tidak perlu bertatap muka dengan Jaffrien lagi.

Oh, benarkah Ajun tidak sengaja bertemu mereka?

Entahlah, biarkan Ajun sendiri yang menjawabnya nanti.

[• WRONG •]

Usai menunaikan sholat magrib, mereka berdoa dengan khusyuk. Aletta juga sampai meneteskan air mata, apakah dia sesakit itu karena perlakuan Jaffrien tadi?

Ini aneh sekali, biasanya dia tidak pernah ambil pusing.

Ajun menunggu Aletta selesai berdoa di pelataran masjid sembari memasang sepatunya. Matanya menatap langit hitam yang kini dipenuhi oleh kerlap-kerlip putih yang bersinar terang. Dalam hati ia terus memanjatkan doa---untuk seseorang.

Gue harap lo nggak ngerasa sakit lagi ya. Bahagia terus di sana. Penderitaan lo udah selesai, gue jamin lo bisa tenang sekarang. Matanya mulai berkaca-kaca kala sekelebat bayangan perempuan cantik sedang tersenyum manis dengan wajah pucatnya dan kulit yang penuh dengan luka.

"Ajun, lo nangis?" buru-buru ia mengusap cairan bening itu dan tersenyum menatap Aletta yang sudah terlihat lebih baik dari sebelumnya. Ia bersyukur, gadis itu sudah terlihat lebih baik.

"Nggak tuh, mata lo sliwer kali." sanggah Ajun sambil tertawa, dibalas pukulan kecil di bahu kanannya.

"Serius Ajun. Lo tadi nangis? ke---" belum selesai Aletta bertanya, Ajun sudah berdiri dan mengalihkan topik pembicaraan. "Ayo cepet pasang sepatu lo lagi. Keburu malem." Aletta menurut dan ia bungkam.

Kayanya ada yang janggal, batinnya sembari menatap punggung gagah milik Ajun. Buru-buru ia tepis pikirannya dan segera menyusul Ajun yang sudah bertengger di motornya dengan tampang sok ganteng. "Idih ngapain lo pose gitu njir. Nyari dosa di masjid lo?" cerca Aletta.

Ajun merengut, "Kaga lah anjir. Gue kan emang keren. Suujon mulu lu sama gue," sungutnya kesal.

Aletta tertawa melihatnya, cukup aneh baginya menyaksikan seorang Arjuna Xavier yang mengerucutkan bibir lalu mengenakan helm sambil terus menggerutu.

Dalam hati, Ajun bersyukur untuk kedua kalinya karena ia bisa menghibur Aletta. Walau ia tau, sebenarnya Aletta masih punya luka yang lain.

"Udah ayo buruan, suara ketawa lo ngundang kuntilanak." ejek Ajun sembari menyerahkan helm pada Aletta. Gadis itu menerimanya sambil terus mengomel, tak terima dikatakan suara tawanya mengundang setan.

Wrong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang