29 || Bertemu Lagi

228 27 9
                                    

sebelum baca, nih aku kasih kalian kejutannya dulu!

maaf ya kalo jelek aku nggak pro ㅠㅠ

tapi semoga kalian suka!!

Hari-hari di Kanada nggak membuat gue bisa lupa seratus persen sama Jeff

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari-hari di Kanada nggak membuat gue bisa lupa seratus persen sama Jeff. Bahkan dengan kurang ajarnya gue kangen sama dia dan stalk dia pake second account instagram punya gue. Hh Aletta gila, nggak sadar diri, goblok banget!

Hari ini gue pergi jalan-jalan sebelum gue harus masuk di Neozone University yang ada di Kanada lusa.

"Ayo balik lagi sama gue, kita mulai semuanya dari awal.."

Perkataan Jeff selalu terngiang-ngiang di benak gue, bahkan membuat gue sampe insomnia. "Nggak Aletta, lo harus lupain Jeff. Lo udah punya Jeremy, jangan kecewain dia dan berusaha lah lebih keras buat mencintai Jeremy." ucap gue ke diri sendiri.

Gue harus mewujudkan keinginan gue untuk jadi wedding organizer, nggak cuma itu sih. Tapi untuk semua pesta---party organizer??

Entahlah.

Drrt drrt

Ponsel yang ada di saku gue bergetar, membuat gue berhenti sejenak dan ngelihat siapa yang nelfon gue. Sesuai dugaan, itu Jeremy! Dia video call gue.

"Tataaa i miss youu sooo muchh!!"

Belum salam, belum ngapa-ngapain udah nyamber aja dia ya ampun. Gue terkekeh kecil ngelihat wajahnya yang cemberut di seberang sana.

"Miss u too Jeremy!!" jawab gue riang. Wajahnya kelihatan lesu dan agak---kurang tidur?

"Jeremy, kamu nggak tidur?" tanya gue bingung. Dia tersenyum kikuk."Hehe iya."


Gue langsung memandang dia galak, "Siapa suruh kamu nggak tidur? Hah?!"

Dia mulai panik dan gugup, cari-cari alasan."Aku kan kesepian nggak ada kamu, jadi insomnia nih."


Gue ketawa, "Kamu bucin banget sama aku hm?" goda gue. Dia langsung ketawa dengan suara seraknya.

"Iyadong jelas. Nathanael Jeremy mana bisa nggak bucin sama Audreyaletta Hera Dewangga?"

Dewangga ya..

Gue jadi keinget Meira.

Ah, bodo amatlah.

"Jer, sambung nanti lagi deh ya. Aku mau pulang nih." dia langsung mengangguk dan senyum sambil lambaikan tangan. "Bye-bye princess!!"


Lagi dan lagi, gue keinget Jeff. Udah dua tahun, dan ingatan gue masih melekat di Jeff.

Jeff lagi.. Jeff lagi..

[• WRONG •]

Jaffrien.

Gue dan bunda baru aja sampai di Kanada, kita mau jemput ayah yang lagi dinas ke Kanada. Gila ye dinas kok jauh amat kaya study tour. Eh astagfirullah nggak boleh gitu, nggak ada akhlak banget mulut gua.

"Jaffrien, kamu mau ikut bunda nggak?"

Gue yang lagi keluarin barang-barang dari koper berhenti dan menoleh ke arah bunda yang lagi nyiapin bekal kita yang tadi nggak sempat dimakan. Kita udah sampai di hotel.

"Mau kemana bun? Jauh nggak?"

Bunda menghampiri gue dan menyuapi gue dengan rawon buatannya, enak banget coi. Disini ada nggak ya yang jualan rawon? "Mau mampir ke rumah Aletta nih." jawab bunda. Gue mengunyah daging rawon yang empuk itu dengan cepat.

"Mau dong bun, yakali Jeff nolak," bunda kembali menyuapi gue. "Oh, bunda pikir kamu takut Meira marah, takut Meira cemburu, padahal sebenernya Meirs pun nggak peduli tuh sama kamu." sarkas bunda sembari menatap gue tajam.

Beda dengan gue yang cuma mengunyah rawon itu dengan seribu hal yang gue pikirkan. "Ayahmu juga ikut, jangan malu-maluin." ucap bunda. Gue cuma ngangguk kikuk aja.

[• WRONG •]

Fla pov.

Aletta sama sekali tidak menyangka kalau seseorang tengah duduk di ruang tamu dan sedang bercengkrama dengan ayahnya sembari menggendong adiknya itu adalah Jaffrien.

Dengan ragu, ia berjalan turun tangga untuk menghampiri tamunya. Belum sampai di tangga ke dua, sebuah tangan menepuk pundaknya lembut.

Bundanya.

"Bunda, kenapa bun?" Lia menatap Aletta dan melirik Jeff dengan ragu, "Kamu yakin masih mau menghampiri Jaffrien?"

Aletta hanya tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban. "Gapapa bun, lagian Jeff udah minta maaf kok."

Lia baru saja akan bicara, tapi di dahului oleh Aletta. "Allah aja maha pemaaf, masa aku yang cuma manusia nggak mau?" Lia tersenyum teduh, ah ya benar, pikirnya.

Tanpa ragu, Aletta kembali berjalan menuju ruang tamu yang cukup ramai. Jeff tidak sendirian, ia datang bersama bundanya dan---oh, itu ayah Jaffrien.

"Halo om, tante, Jeff, maaf baru turun." ucapnya sungkan. Perhatian langsung tertuju pada Aletta yang hanya memakai sweater abu-abu dan celana hitam selutut dengan rambut yang dicepol asal.

Cantik, batin Jaffrien diam-diam.

"Om, te, aku boleh ajak Aletta keluar?" tanya Jeff tiba-tiba. Membuat Aletta terkejut, tapi ia tutupi dengan wajah datarnya. Harry dan Lia berpandangan untuk sesaat, namun mereka berdua kompak menganggukkan kepalanya. Mengijinkan Aletta untuk dibawa Jeff keluar entah kemana.

Mungkin mereka butuh privasi, dan mereka paham akan hal itu. Yang ada di benak para orang tua kala itu hanyalah, semoga masalah di antara mereka segera selesai.

Itu saja.

[• WRONG •]

Flanot:

kaya mulai dari part ini sampai seterusnya aku pakai pov author aja.

tapi biar anti-mainstream jd 'fla pov' oke?

sekitar 3/4 bab lagi mungkin udah tamat.

hngg bakalan berpisah sama duo org tijel ini huhu sediii :((

semoga kalian masih betah ya di work akuu!!

with love💚:

-fla.

Wrong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang