Kepada sang dimensi waktu, mengapa kau hadirkan kembali kepingan masa lalu?
-----
Di sebuah kafe ternama di Jakarta, menjadi tempat favorit para remaja nongkrong. Dengan nuansa bangunan seperti rumah zaman dahulu yang berlantai dan berdinding kayu membuat kafe ini menjadi kafe yang unik. Seni arsitektur yang terlihat simple, namun sangat elegan. Ditambah dengan hamparan rumput sebagai penghias taman, menambah aksen keindahan tempat ini.
Belum lagi letaknya yang sangat strategis dan indah. Berada di pinggir danau yang luas menjadi tempat romantis untuk remaja yang sedang dirundung asmara.
Begitu juga Galaksi dan teman-temannya. Mereka memilih tempat ini sebagai tempat favorit memang karena tempat ini sangat nyaman. Mereka memasuki kafe dengan perasaan gembira. Mereka menunjukkan kebahagiaan mereka dengan gaya khasnya, Aska dengan senyum pesonanya, Riski dengan gaya sok cool nya. dan Galaksi dengan wajah datarnya.
Mereka menuju meja pojokan dekat dinding dengan background danau. Alunan musik khas anak muda terdengar nyaring di telinga. Semua pengunjung di kafe sangat menikmatinya.
Banyak pengunjung yang terpesona dengan ketampanan tiga cogan ini. Tak jarang juga mereka berbisik-bisik dan sampai terdengar ke telinga mereka.
"Gue bilang juga apa? Gue yang paling ganteng! Buktinya semua cewek-cewek di sini pada terpesona sama gue." ucap Aska percaya diri.
"Eh, mereka itu ngomongin lu bukan karena terpesona! Tapi, karena mereka lihat ada orang gila kabur dari RSJ. Hahaha, mereka ngatain lu orang gila!" seru Riski.
"Eh, Unta Wuhan. Bilang aja lu sirik sama gue karena gue lebih ganteng dari pada elu." bantah Aska.
"Ih amit-amit gue sirik sama Tikus Australia! Mending gue sirik sama babi hutan dari pada sirik sama lu!" balas Riski.
Galaksi hanya mendengus melihat kedua sahabatnya. Ada saja tingkah mereka yang unik dan gak tahu tempat. Galaksi memutuskan untuk diam dan menikmati suasana kafe yang lama tak ia kunjungi.
"Eh, udah yuk berantemnya nanti lagi. Gue laper, mau pesen makanan. Lu mau ikut pesen gak?" tanya Aska.
"Ikutlah, ayam gue dari tadi udah disko." jawab Riski.
"Kalau lu mau makan apa, Lak?" tanya Aska kepada Galaksi.
"Lu jangan tanya Galaksi. Kalau muka dia kaya gitu, tandanya laper, Oon!" sahut Riski.
Aska hanay cengar-cengir lalu memanggil pelayan. Pelayan pun berjalan menuju meja Galaksi dan teman-temannya.
"Selamat siang, Mas! Mau pesan apa?" tanya pelayan itu.
"Eh, Mbak Gadis! Hari ini, mbak cantik banget." sapa Aska.
"Eh, lu mau pesan makanan apa mau jualan gombalan lu itu?" tanya Riski.
"Ah elah, lu ganggu aja deh, Ris! Em.. Mbak, saya pesan kaya biasanya ya. Mie ayam sama es jeruk." jawab Aska.
"Kalau saya nasi goreng pake ayam, minumnya mochachino." ucap Riski.
"Kalau Mas yang satunya?" tanya pelayan.
"Nasi ayam sama coffe latte." jawabnya singkat.
Pelayan itu mencatat semua pesanan dan memastikan jika sudah tidak ada lagi yang dipesan. Setelah memastikan semua, pelayan itu bergegas untuk menyiapkan pesanan mereka. Sambil menunggu pesanan datang, mereka disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Aska yang sibuk menggoda cewek-cewek di kafe, Riski dengan ponselnya, dan Galaksi dengan pikirannya.
Terdengar dari arah pintu masuk yang terbuka, semua pengunjung melihat ke arahnya. Seorang gadis berambut pirang dengan style feminim, wajah blasteran, hidung mancung, dan mata yang indah memukau seluruh pengunjung kafe ini.
Pengunjung dibuat kaget lagi, ketika gadis itu berjalan menuju meja Galaksi. Yang mereka tahu, Galaksi tidak pernah dekat dengan gadis manapun, kecuali Acha.
'Siapa dia?'
'Apa dia pacar Galaksi? Atau temannya?'
Masih banyak lagi pertanyaan yang bersarang di pikiran mereka. Namun, mereka hanya bisa melihat untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan mereka. Gadis itu telah sampai di meja Galaksi. Riski dan Aska dibuat terkejut olehnya. Bagaimana gadis itu ada di sini dan tahu Galaksi ada di mana? Aska pun mencoba menyadarkan Galaksi dari lamunannya.
"Sstt.. sstt.." kata Aska.
Galaksi hanya diam tak menanggapi. Aska samapi kesal karena Galaksi tidak mau diganggu. Hingga akhirnya Galaksi dibuat tegang saat mendengar suara gadis itu.
"Halo, Galaksi." ucap gadis itu.
Tubuh Galaksi langsung menegang. Ia melihat kedua sahabatnya, namun nihil. Kedua sahabatnya tidak berbicara apa-apa. Galaksi tidak berniat untuk melihat gadis itu. Ia tidak ingin jika masa lalunya kembali datang di kehidupannya.
'Suara itu! Suara yang telah mati di pendengaran gue. Apa maksudnya? Belum puas dia membuat jiwa gue mati?' batin Galaksi.

KAMU SEDANG MEMBACA
GALAKSI
FanfictionIni bukan cerita badboy atau badgirl. Cerita ini lebih menitikberatkan pada kepada sifat seseorang yang terkenal dingin layaknya es. Dan pada akhirnya, laki² itu luluh hanya karena cewek manja yang menggemaskan masuk ke dalam kehidupannya. Ayo simak...