Kepingan Hati

110 9 0
                                    

Salit? Bukankah itu berarti kita masih hidup?

-----

Pagi ini Acha sudah berada di kantin sekolah. Ia berniat untuk menunggu Galaksi untuk sarapan bersama di sana. Hari ini Acha merasa senang sekali sebab kemarin Acha bisa kembali merasakan kasih sayang seorang ibu. Hati Acha merasa tenang berada di tengah keluarga itu.

Selang beberapa waktu, terlihat Galaksi memasuki kantin. Senyum Acha begitu lebar menyambut Galaksi. Namun, beberapa saat senyum itu mulai pudar. Dada Acha terasa sesak. Ia mencoba mencubit diri sendiri dan berharap kalau semua ini hanya mimpi.

Tapi, ini memang bukan mimpi. Buturan kristal bening mulai meluncur bebas di pipi Acha. Ia tidak menyangka Galaksi akan berbuat seperti itu. Apa salahnya hingga Galaksi menyakitinua?

"Sayang, kita duduk di pojokan yuk!" ucap gadis yang bernama Sasha Angelica.

Galaksi hanya diam dan menuruti keinginan Sasha. Galaksi tidah mara saat Sasha memegang tangannya. Sesekali ia melirik Acha yang juga masih diam memerhatikannya.

Galaksi merasa bersalah telah melukai Acha.

Tapi, ia harus melakukan ini. Meski itu juga menyakiti hatinya, tapi ia harus melakukannya. Ini sudah Galaksi pikir matang-matang. Ia hanya ingin mengajarkan Acha untuk kuat, jika suatu saat nanti ia tiba-tiba pergi meninggalkan Acha.

"Sayang, kamu jangan bengong dong. Sini aku suapin." ucap Sasha.

Acha masih terus menatapnya. Entah sudah berapa goresan yang telah Galaksi buat pada hatinya. Namun, ia berusaha kuat karena Acha tahu Galakstidak akan melakukan sesuatu tanpa alasan.

Walaupun harus menahan rasa sakit, Acha tetap harus bertahan demi Galaksi dan keluarganya. Acha memang pernah merasakan sakit yang sama saat bersama Chiko dulu. Tapi kenapa rasanya lebih sakit sekarang? Acha harus menanyakan hal ini kepada Galaksi.

Kalaupun hubungan mereka harus berakhir dengan Galaksi pun, Acha tidak akan pernah meninggalkan keluarga Galaksi. Acha akan tetap sering mengunjungi mereka, meski hanay untuk menjaga tali silaturahmi.

Acha memutuskan untuk segera menuntaskan makanannya dan menghampiri Galaksi.

"Sstt... Acha nyamperin lo ke sini." ucap Sasha.

Mendengar perkataan Sasha, Galaksi langsung menengok ke arah samping. Galaksi terdiam, apa yang akan dilakukan Acha setelahnya. Apa dia akan marah padanya? Jika begitu, Galaksi sudah siap untuk mendengar cacian Acha.

"Galaksi." ucap Acha.

Galaksi hanya menoleh pada Acha tanpa menjawabnya. Dilihatnya muka Acha yang terbanjiri oleh aor mata. Ingin sekali Galaksi menghapus air mata yang telah dibuatnya. Namun Galaksi harus menahannya, ini semua Galaksi lakukan untuk kebaikan Acha karena Galaksi sangat menyayanginya.

"Em, istirahat nanti Acha mau ngomong sama Galaksi boleh?" tanya Acha.

"Oke." jawab singkat Galaksi.

"Yaudah, Acha mau ke kelas duluan ya." ucap Galaksi.

"Oke." jawab Galaksi.

Acha pun meninggalkan mereka. Mata Galaksi masih terus menatap Acha m, hingga Acha sudah tidak ada di pandangannya.

"Lo gak nyesel udah ngelakuin ini?" tanya Sasha.

"Gak. Gue harus ngelakuin ini. Makasih ya, Sha! Lo emang selalu ada buat gue." ucap Galaksi.

"Yaelah, santai aja kali. Kita kan saudara, gimana sih lo?" ucap Sasha.

Galaksi hanya tersenyum kecil menanggapi perkataan Sasha. Ia penasaran, kira-kira apa yang akan dikatakan Acha nanti? Galaksi dan Sasha pun segera menghabiskan sarapan mereka dan bergegas ke kelas masing-masing.

Di satu sisi lain, Acha merasa hancur. Ada kepingan hati yang hilang. Entah terbuang, rusak, atau hancur. Tapi, ia harus sabar menunggu penjelasana Galaksi.

'Sabar, Cha! Kalo kamu merasakan sakit, bukankah itu tandanya kamu masih hidup kan?" batin Acha.

GALAKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang