Sebuah Pilihan

101 10 0
                                    

Hidup itu antara memilih dan dipilih. Setiap manusia harus siap dengan risiko yang ada

-----

Setelah pertemuan nya dengan Pak Farhan, Galaksi menjadi kalut. Ini kesempatan emas untuknya bisa sembuh. Namun, ia juga tak ingin jauh dari Acha. Ini harus dia bicarakan baik-baik dengan Dr. Haris. Baginya, beliau sudah seperti ayah kandungnya. Begitu pula sebaliknya, Dr. Haris juga telah menganggap  Galaksi sebagai anaknya.

Sebelum ke rumah Acha, Galaksi menyempatkan waktunya sebentar untuk ke rumah sakit tempat Dr. Haris berkerja. Galaksi sudah lama sekali tidak ke sini untuk menjalankan kontrol secara rutin.

Sesampainya di rumah sakit, Galaksi segera menuju ruangan Dr. Haris. Galaksi juga sangat rindu padanya. Pasalnya, Galaksi sudah acuh dengan penyakit yang telah menggerogoti tubuhnya itu selama tiga tahun terakhir. Bahkan, obat yang selalu diberikan Dr. Farhan dibuang oleh Galaksi.

Tidak ada yang tahu tentang penyakit Galaksi. Dia memendamnya seorang diri dengan Dr. Haris. Bahkan, Dr. Haris disuruh bungkam tentang penyakit Galaksi. Meskipun berat, Dr. Haris pun memenuhi keinginan Galaksi.

"Assalamu'alaikum." salam Galaksi.

"Wa'alaikumussalam. Silakan masuk!" ucap Dr. Haris.

Galaksi memasuki ruangan Dr. Haris secara perlahan. Dr. Haris sangat terkejut melihat Galaksi. Beliau segera memeluk Galaksi untuk melepas rindunya.

"Ya ampun, Galaksi. Bapak kangen sama kamu, Nak." ucap Dr. Haris.

"Galaksi juga kangen sama Bapak." ucap Galaksi.

"Kamu sudah lama tidak ke sini. Bahkan, kamu juga sudah tidak pernah kontrol. Bapak sangat khawatir dengan keadaan kamu, Nak. Mari Bapak periksa kamu." ucap Dr. Haris.

Galaksi pun mengikuti Dr. Haris. Sudah lama sekali Galaksi  mengacuhkan penyakitnya ini. Galaksi sudah pasrah kapan maut akan menjemputnya. Penyakit ini bukan main-main, memang secara fisik tidak kelihatan perubahannya. Namun, di dalam tubuh Galaksi sudah banyak organ tubuh yang rusak. Galaksi memang sudah jarang merasakan sakit karena memang tubuhnya sudah mati rasa.

"Galaksi, apa kamu sudah tidak pernah meminum obat yang Bapak berikan?" tanya Dr. Haris.

"Maaf, Pak! Galaksi sudah terlalu pasrah untuk hidup. Galaksi tahu hidup Galaksi tidak akan lama lagi." ucap Galaksi.

"Sejak kapan Galaksi menjadi orang yang mudah putus asa? Setahu Bapak, Galaksi itu orang yang pantang menyerah. Selagi mau berusaha, masih ada kemungkinan kamu sembuh, Sayang." ucap Dr. Haris.

"Sebenarnya ada hal yang ingin Galaksi bicarakan dengan Bapak."

Galaksi mulai bercerita perihal yang mengganggu pikirannya. Sungguh ia tidak bisa mengambil keputusannya sendiri dalam hal yang menyangkut hidupnya. Setelah Galaksi selesai bercerita, Dr. Haris menghela napas sejenak.

"Bapak sarankan untuk kamu mengikuti Ayahmu. Rumah sakit di sini tidak mempunyai fasilitas selengkap Singapura. Bapak akan menemanimu." ucap Dr. Haris.

"Tapi, bagaimana dengan keluargaku dan Acha?" tanya Galaksi.

"Ketika kamu sembuh, kamu bisa kembali pada mereka tanpa tahu penyakit yang kamu derita. Kamu anak yang cerdas, kamu bisa mengatasinya sendiri." ucap Dr. Haris.

Galaksi kembali memeluk Dr. Haris. Beruntungnya ia kenal dengan beliau. Sekarang Galaksi cukup tenang atas masalah yang diberikan ayahnya.

GALAKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang