Selamat Membaca
Mata yang terpejam itu perlahan terbuka, mata itu menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Perlahan gadis itu tersadar dia bukan di apartement melainkan di rumah sakit. Bau khas obat obatan membuatnya yakin seratus persen dia berada dirumah sakit, fikirannya melayang setelah keluar dari rumah keenan. Dia sempat jatuh pingsan di trotoar jalan karena kepanasan dan kecapean.
Suara pintu terbuka, sheila menutup matanya pura pura belum sadar dari pingsannya. Sheila dapat mendengar suara seorang pria yang sedang bertanya kepada seorang dokter perempuan.
"Jadi bagaimana keadaanya dok? Apa dia tidak apa-apa?" Tanya pria itu membuat sheila mengeritkan keningnya tanda binggung.
"Dia hanya kecapean dan stres Kamu tidak usah khawatir, sebentar lagi pasien akan sadar" Kata dokter itu yang didengar oleh sheila.
Kemudian sheila membuka matanya perlahan, seakan baru tersadar dari pingsannya.
"Dok pasien sudah sadar" Teriak seorang pemuda yg melihat sheila membuka mata.
Dokter wanita tersebut berjalan mendekati ranjang sheila kemudian memeriksanya.
"Saya kenapa dok?" Tanya sheila.
"Kamu gak apa-apa. Kamu hanya kecapean dan saya sarankan kamu jangan dulu banyak berfikir karna itu akan menyebabkan keguguran. Kandungan kamu masih rentan, dan lemah " Kata dokter tersebut.
Deg
Kandungan?
"Ka-kandungan dok? Dokter gak salah periksa kan? Ayo dok periksa lagi siapa tau aku hanya sakit maagh" Sahut sheila dengan terbata bata.
Gak gak mungkin kan?
"Saya gak mungkin salah periksa mbak. Kalo mbak mau tau apakah mbak beneran hamil atau tidak, mbak bisa pergi ke poli kandungan" Kata Dokter itu lagi.
Hancur
"Aku gak mau hamil dok!" Teriak sheila kesetanan membuat pria yang disebelah dokter tersebut terkejut.
Sheila memukul mukul perutnya yang masih rata. Tidak ini tidak bisa dibiarkan dia akan mengugurkan janin ini selagi masih kecil.
Sheila tampak kacau, rambutnya sudah acak acakan.
"Mbak jangan gitu dong? Mbak harus menerima anak yang diberi oleh Allah. Banyak yang ingin mempunyai anak tapi Allah belum mempercayakan mereka. Tapi saat Allah mempercayakan Anak kepada mbak kenapa mbak ga mau menerimanya?" Tanya pria itu sambil menggengam kedua tangan sheila.
Kedua mata sayu itu tertutup, sheila menangis sesegukan dia tidak bisa menerima takdir.
Takdir terlalu jahat
"Gak aku gak mau! Dok gugurkan kandungan saya! Saya akan bayar dokter mahal tapi gugurkan kandungan saya hiks" Ujar sheila sesegukan.
Dokter tersebut terlihat emosi. Kedua tangannya mengepal.
"Kalo anda tidak bisa menerimanya, kenapa anda mau melakukan zina?! Apa anda tidak berfikir untuk kedepannya itu bagaimana?" Ujar dokter tersebut dengan nada dingin.
Sheila hanya menunduk malu, dia sadar anak yang di kandungnya ini juga atas kesalahannya.
"Maafkan aku dok" Lirih sheila dengan mata berkaca kaca.
Dokter tersebut berdecak kesal "Jangan minta maaf sama saya! Minta maaf sama anak yang kamu kandung itu!"
Sheila hanya mengangguk saja, kemudian mengelus pelan perut nya yang masih datar tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY[TAMAT]
General Fiction[BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Sequel: My Baby Boy✨ 17+ *** Takdir yang memisahkan kita, tapi takdir pula yang mempertemukan kita