Beberapa jam sebelum perlombaan...
"kau baik-baik saja?" bisik sana pada jisoo yang kelihatan berantakan saat ini. Rambutnya yang biasa rapi, terkucir berantakan. Seragamnya sedikit kusut, bahkan wajahnya terlihat murung dengan lingkaran hitam di area matanya yang sedikit membengkak
"aku baik-baik saja" jawab jisoo memasang senyumnya agar meyakinkan sana
Sesaat setelah itu bora ssaem selaku guru yang mengajar di club musik memasuki kelas. Berbincang sebentar dengan mina ssaem yang tengah mengajar.
"jisoo!" panggil mina ssaem
"kemasi barangmu dan ikutlah dengan bora ssaem"Jisoo hanya menurut tanpa berkata apapun.
.
Dan disinilah sekarang, di ruang tunggu para kontestan yang akan mengikuti perlombaan bernyanyi
"kenapa ssaem membawaku kesini" tanya jisoo heran"kau akan mewakili sekolah dalam kontes ini" jelas ssaem
"lalu bagaimana dengan somi? Bukankah ssaem sudah memutuskan somi yang akan menjadi wakil sekolah"
"jisoo dengarkan aku. Aku tak punya waktu untuk menjelaskan segalanya. Yang penting sekarang ganti pakaianmu secepatnya , sebentar lagi kau akan tampil. Aku akan menjelaskan segalanya nanti setelah acara berakhir " perintah bora ssaem
Jisoo bingung namun ia menuruti perintah ssaem
Kini giliran jisoo untuk bernyanyi
Ia berdiri di atas panggung, menenangkan pikirannya dan berfokus pada iringan musik yang sudah mulai mengalun-, untungnya ia sudah mempelajari lagu ini sebelumnya -Jisoo menyanyikan lirik demi lirik dengan baik namun saat akan mencapai bagian inti dari lagu, ia melihat somi diantara penonton di bawah sana. Somi yang kelihatan pucat tersenyum lebar menatapnya. Spontan air matanya menitik tanpa ia sadari.
Para penonton dan juri melihat jisoo bingung. Gadis itu masih berdiri di panggung dengan mic yang sudah terjatuh.
"jisoo-ya! Jisoo!! " panggil bora ssaem dengan setengah suaranyaDengan wajah linglung, jisoo menatap ke arah bora ssaem
"kenapa diam? Teruskan bernyanyi!" perintahnya
Bukannya menurut jisoo malah menghampiri bora ssaem yang berada di bawah
"dimana somi?! " tanyanya dengan nada serius
" ssaem, apa yang terjadi padanya? Katakan padaku!" ujarnya sedikit membentak
"kita harus fokus menyelesaikan perlombaan ini terlebih dulu!" ujar bora ssaem tegas
"tidak!! Aku tidak mau, cepat katakan dimana somi" desak jisoo, air matanya sudah mengalir membasahi pipinya
Bora ssaem mengeram kesal
"somi kecelakaan!"Tubuh jisoo membeku. Lidahnya kelu. Tak ada lagi kalimat yang keluar dari bibirnya hanya air mata yang terus berjatuh membasahi pipinya
"jisoo-ya.. " bora ssaem mengguncang pelan bahu jisoo
" jisoo-ya!"
"aku ingin bertemu dengannya" ujar jisoo pelan
_____Jisoo yang ditemani bora ssaem bergegas menuju ruang rawat somi sesuai petunjuk staf di bagian administrasi
Jisoo berlari begitu melihat nancy, ibu somi.
"bibi! Dimana somi? " tanya jisoo begitu dirinya berhadapan dengan nancy
Nancy menatap jisoo sambil terisak
"jisoo-ya.." ucapnya disela tangisnya"ya? Apa yang terjadi? Kenapa bibi menangis disini" panik jisoo
"somi.. Somi...dia sudah pergi" ucap nancy. "dia sudah pergi jisoo-ya. Dia pergi selamanya" lanjutnya
Jisoo menggeleng tak percaya. Ia meninggalkan nancy yang masih terisak, memasuki ruang rawat somi
Air matanya menumpuk di pelupuk matanya begitu ia melihat tubuh yang tergeletak tak berdaya di atas bangsal yang sudah ditutup kain menutupi seluruh tubuhnya
Tangannya bergetar hebat saat mencoba membuka kain kafan itu
"tidak.. Ini pasti mimpi" gumannya
"ini pasti mimpi!!! " ia memukul wajahnya sendiri agar meyakinkan dirinya bahwa ini mimpi"jisoo-ya! Hentikan!" lerai bora ssaem menahan pergelangan jisoo
"ssaem, ini pasti mimpi! Tidak. Bukan. Ini pasti bukan somi" ujarnya tak percaya ia menangis seraya menggelengkan kepalanya tak percaya bahwa yang ia lihat ini bukan mimpi
Tubuh somi terbujur kaku di atas bangsal rumah sakit, tak ada lagi senyum yang menghias wajah cantiknya, kulitnya pucat dan terasa dingin. Seberapa keras pun jisoo memanggilnya tak ada tanda-tanda gadis itu akan menyahutnya. Jisoo hanya bisa menangis melihat keadaan somi
Ia benar-benar terpukul atas kepergian somi. Sahabat yang sudah ia anggap sama seperti saudara kandung.______
"jihyo-ya! Kau baik-baik saja?"
"jihyo-ya!""ya?" jihyo tersentak dari lamunannya
"kau menangis?" tanya wendy
"hah?" jihyo memegang pipinya dan melihat bingung pada tangganya yang basah
"apa terjadi sesuatu?" tanya wendy khawatir
"tidak. Aku kelilipan" ucap jihyo berbohong padahal ia sendiri tidak tau apa sebabnya ia menangis
"apa sakit?" tanya wendy
"tidak. Sudah baikan" jawab jihyo
"yasudah ayo pulang" ajaknya
_______
"ayo pulang!" ajak taehyung pada jungkook tengah mengemasi alat tulisnya yang berserak di meja
"kau duluan saja" jawab jungkook
"apa kau masih marah padaku?" tanya taehyung bingung
"tidak. Aku ingin bertemu dengan seseorang terlebih dulu" suruh jungkook
"jihyo?"
"ya. Aku harus minta maaf padanya karena sudah salah paham padanya dan sudah mendiamkannya" jelas jungkook
"ck. Makanya kau harusnya bertanya terlebih dahulu. Yasudah aku pulang" pamit taehyung
Jungkook menghela nafas resah. Ia sangat merasa bersalah saat ini
.
Jungkook kini tengah berdiri di gerbang depan sekolah menunggu sosok jihyo muncul
Tepat saat itu ia melihat jihyo yang sedang berjalan mendekat ke arahnya. semakin dekat sampai manik mereka bertemu. Jihyo mematung di tempat ragu antara ingin menyapa jungkook atau mengabaikannya saja seperti yang pria itu lakukan padanya belakangan ini."jihyo-ya!!"
Baru saja jungkook ingin memanggil namanya, sosok deokyeom lebih dulu memanggilnya.
Jungkook berdecak sebal karena niatnya tidak berjalan. Ia memperhatikan jihyo dan deokyeom yang berbincang sebentar lalu mereka pergi bersama."ahh..padahal aku ingin minta maaf" gumannya lesu. "sudahlah mungkin besok" ujarnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Flying Butterfly
FanfictionBerawal dari kecerobohan jihyo yang tidak sengaja bernyanyi di ruang latihan club musik. Sampai seorang siswa bernama deokyeom yang terus mengajaknya masuk ke club dan menjadi anggota Perlahan jihyo yang selalu menyendiri, mulai membuka diri. Sampa...