4

224 40 0
                                    

Hari itu kami latihan tanpa jihyo. Kami putuskan tetap menyisakan bagainnya di lirik lagu yang akan kami bawakan.

Sekitar 20 menit kemudian deokyeom menyuruh untuk istirahat. Entah atas dorongan apa, aku benar-benar ingin ke rooftop hari itu. Aku berjalan keluar namun yuju menahanku dan menyerahkan minuman kaleng padaku. Aku tidak ingin minum namun aku juga tidak tega menolak permintaan orang lain.

Perlahan kubuka pintu, aku membelalak kaget melihat taehyung yang memeluk jihyo. Awalnya gadis itu tersentak kaget namun perlahan ia mengelus lengan taehyung. Aku marah. Kesal. Aku memasuki salah satu kelas yang sudah kosong bayang-bayang saat mereka berpelukan terus terlintas di benakku. Aku jadi ingat mengapa taehyung langsung menghampiri jihyo haritu ternyata mereka memiliki hubungan yang aku sendiri tidak tau. Sial. Kenapa aku tidak tau
Lalu mengapa aku tidak pernah melihat jihyo makan bersama taehyung? Atau sekedar pulang bersama? Apa mereka berhubungan secara diam-diam?

Moodku hancur. Bahkan aku tidak fokus latihan. Untungnya deokyeom dan lainnya mau menurut saat kuminta pulang saja.

Sementara berjalan pulang, tidak sengaja aku bertemu sosok pria yang dulu sempat aku lihat saat menyerahkan brosur promnight pada jihyo. Dengan sopan aku menyapanya
Ia tampak bingung. Aku memperkenalkan diriku padanya yang dibalas dengan menyebut namanya.

Ia bertanya tentang jihyo padaku yang aku sendiri tidak tau. Ia mengaku sudah mengenal jihyo dari kecil

"hal seperti itu sebaiknya jihyo yang katakan langsung" ucapnya ketika kutanya alasan jihyo menolak ikut promnight.

"oh ya! Jihyo suka bernyanyi dia pasti senang masuk club musik" ujarnya lagi sebelum benar-benar pergi

Aku ingin tau apa yang terjadi pada jihyo tapi aku sedang kesal mengingat bayangan jihyo dan taehyung yang di rooftop.

_________

Keesokannya aku terkejut melihat kehadiran jihyo di club. Deokyeom menyambutnya ramah dan mengajak jihyo duduk di bangku untuk berlatih berdua mengingat ini kali pertama jihyo latihan. Ia tampak senang berlatih dengan deokyeom. Ia tidak berhenti tertawa membuatnya terlihat manis.

Eh?!

Tapi aku masih kesal. Setelah dengan taehyung kenapa ia masih terlibat dengan lelaki lain.

"wah aku tidak tau jihyo juga bisa tertawa semanis itu" ucapan mingyu membuyarkan lamunanku

"ya? Kau bicara sesuatu?" tanyaku yang tidak ngeh saat dia berbicara

Mingyu menggeleng.
"aku mau kesana-menunjuk ke arah jihyo dan deokyeom- kau tidak ikut?" tawar mingyu

Aku menggeleng lalu mengangguk lalu menggeleng lagi. Ah aku bingung

"ya. Ada apa denganmu" ujar mingyu sambil tertawa

"ayo kesana saja" putusku

"wahh keliatannya seru sekali latihannya" ucap mingyu lalu duduk di samping deokyeom

Jihyo tersenyum ramah pada mingyu. Lihat? Ia sudah banyak tersenyum hari ini. Sesuatu yang sangat langka. Selama aku mengamati baru kali ini aku melihatnya senyum seringan itu

" hei kenapa kau berdiri?" tanya mingyu padaku

Jihyo menoleh padaku dan tersenyum. Aku jadi salah tingkah sendiri
"aku mau keluar sebentar" ucapku tetap terlihat santai.

Kacau. Aku tidak bisa menahan diriku kalau terus disana bisa saja aku langsung menyapa jihyo dan melupakan kekesalanku.
____

Seminggu berlalu jihyo ternyata serius dengan perkataannya. Ia selalu ikut latihan dan itu membuat kami sering bertemu. Namun rasa kesalku masih belum menghilang. Beberapa kali ia mencoba menyapaku aku selalu mengacuhkannya. Aku menghindarinya sebisa mungkin, aku menolak mendengar penjelasan atau bahkan sekedar mendengar sapaannya. Jahat memang tapi bagaimana aku juga tidak tau kenapa. Aku sendiri bingung dengan diriku.

Saat selesai latihan jihyo kembali menghampiriku. Sepertinya dia gadis yang pantang menyerah.
Ia menanyakan kesalahannya yang aku sendiri tidak tau apa salahnya. Lagi. Aku mengacuhkannya.
Aku ingin berbalik lalu memeluknya saat itu juga saat melihat wajahnya sedih, seperti ingin menangis.

Sampai di gerbang sekolah taehyung yang entah dari mana datangnya merangkul bahuku. Seperti biasa ia bertindak konyol dengan segala ocehannya yang membuatku pusing

"kudengar jihyo sudah memutuskan bergabung dengan kalian. Kau pasti lega sekarang" ujar taehyung. "ohiya! Berikan ini pada jihyo" pinta taehyung sambil memberikan kotak persegi yang dibungkus rapi

"kau berikan saja sendiri!" ketusku

Ia malah mengomel tak jelas

"berikan sendiri pada jihyo. Aku tidak mau terlibat apapun diantara kalian!" ucapku menahan kesal

"hah? Apa maksudmu?"

"Aku sudah tau. Aku melihat kalian berdua di rooftop. Sudah sana pergi!" jelasku sambil mendorong taehyung menjauh moodku benar-benar buruk mengingat kejadian itu

"hei kook! Aku hanya berteman dengan jihyo. Kami tidak punya hubungan lebih dari itu dan aku yang memeluk jihyo karna aku merasa berterima kasih padanya yang membantuku berlatih dialog untuk drama" jelas taehyung

"ck. Kau tidak percaya? Kalau begitu ayo tanyakan langsung pada jihyo" taehyung menarik lenganku dan tentu saja langsung kutepis
"kau tidak menipu ku kan?" selidikku

"untuk apa aku melakukannya? Kalau aku memang suka padanya, kau tidak akan melihatku disini sekarang " jelas taehyung lagi

Aku tidak memperdebatkannya lagi

"hei.. jangan-jangan kau suka pada jihyo ya?" tebak taehyung yang langsung membuat wajahku memanas

"aku?!? Ha.. Hah. Ha. Tidak mungkinlah!"elakku

Taehyung memicingkan mata tak percaya

"sudahlah! Ayo pulang!" putusku berjalan mendahuluinya
____

Setelah merenung aku putuskan untuk minta maaf pada jihyo. Kuakui sikapku sedikit kelewatan padanya. Harusnya aku mendengar saat dia berbicara dan lagipula aku tidak punya hak untuk marah padanya. Terserah padanya mau berhubungan dengan siapapun. Tapi sulit menerima bagian yang digaris bawahi itu_-

Tidak jauh dariku jihyo berdiri menatap kearahku. Aku ingin menghampirinya namun waktu tak berpihak padaku deokyeom datang dan menarik tangan jihyo entah kemana

Selesai dengan taehyung kenapa harus dengan deokyeom lagi?

Tak menyerah aku menunggu jihyo di halte bus kali saja ia pulang dan kami bertemu disini. Ohya sekedar informasi, aku sering pulang bersama jihyo. Aku tidak bohong. Rumah kami se arah otomatis kami menaiki bus yang sama. Hanya saja kami tidak pernah terlibat obrolan apapun.

"mau kemana?" tanyaku begitu manikku melihatnya berbalik

Ragu-ragu ia berjalan mendekat
Hening.

"maaf.. "
"jungkook"
Ucap kami bersamaan.

"aku minta maaf" aku mengulang ucapanku

"untuk apa?" tanyanya

"karena mengacuhkanmu"

"kenapa kau melakukannya?" tanya jihyo penasaran

"entahlah. Aku masih belum menemukan jawabannya" jujur saja aku memang tidak tau alasan pasti kenapa aku kesal dan mengacuhkannya

"aku tidak perlu memaafkanmu. Kau tidak salah" ucapnya

"tapi aku mengacuhkanmu bahkan selalu menghindarimu seperti pengecut saja" keluhku

"tidak apa. Aku pikir kau marah karena aku tidak memberitahumu lebih dulu soal aku yang bergabung kembali"

"uhm soal itu aku tidak apa-apa. Aku malah senang kau memutuskan akan bergabung"
"kau mengambil keputusan yang tepat" ucapku tulus

Ia tersenyum tanpa menjawab

"eh busnya sudah datang" ujarku

"kau naik bus yang sama?" tanyanya dengan raut bingung. Pufft benar-benar terlihat lucu

"kau tidak tau? Padahal aku sering melihatmu"

Ia menatapku seolah berkata "serius?"

Aku hanya tersenyum lalu menaiki bus.

Aku lega dan senang kembali bisa berbicara padanya.

Flying ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang