Gara-Gara Basket

129 11 0
                                    

Kyara menarik-narik Debby untuk cepat-cepat keluar dari ruang kelas. Debby pun tak punya pilihan lain selain mengikuti ajakan Kyara menuju ke lapangan Basket sekolah.

"Duh, gue males ah nonton basket. Cari kegiatan lain yuk...," ajak Debby.

"Duh Debby..., ayolah sekali-sekali kita nonton. Gue juga nggak terlalu suka nonton basket, tapi karena Difta main hari ini di tim junior makanya gue semangat," ujar Kyara.

"Difta? Terus kenapa kalau Difta main di tim junior?," tanya Debby.

"Kalau Difta main di tim junior, maka otomatis Far bakalan ada di tribun untuk nonton Deb! Gue mau lihat Far...," mohon Kyara.

Debby tersenyum.

"Berarti Vey juga ada dong di tribun?," batin Debby.

Ia pun menatap Kyara kembali.

"Ya udah oke..., ayo..., demi sahabat gue tersayang, gue mau deh nonton basket!," balas Debby.

Kyara pun terlonjak-lonjak senang seperti kelinci. Debby tertawa melihat tingkah laku Kyara yang selalu saja berada di luar batas kewarasan jika menyangkut tentang Farel. Apakah cinta memang selalu membutakan logika manusia sehingga bertindak di luar kebiasaan?

Kursi-kursi di tribun begitu penuh dengan orang-orang yang antusias menonton pertandingan basket pertama antara senior dan junior. Kyara dan Debby lolos melewati kerumunan orang banyak hingga bisa mendapatkan tempat duduk di samping keenam sahabat Difta yang sedang menonton pertandingan itu.

Farel terlihat kaget bercampur senang saat Kyara duduk di sampingnya, sementara Debby memilih duduk di kursi belakang Kyara yang kosong.

"Eh Kak Kyara..., mau nonton?," tanya Farel.

"Iya lah mau nonton..., masa Kak Kyara dateng ke tribun tujuannya mau tidur!," celetuk Tita sambil terkikik geli.

Debby pun mau tak mau ikut tertawa setelah mendengar jawaban Tita. Seseorang tiba-tiba berdiri di sampingnya seraya tersenyum dengan popcorn dan segelas minuman di tangannya.

Veyza!

"Hai Kak Debby. Boleh geser ke samping? Biar gue yang duduk di pinggir supaya lo aman dari pemangsa eksternal...," pinta Veyza dengan konyol.

Debby pun kembali tertawa beberapa saat, lalu menggeser duduknya ke kursi kosong yang ada di samping Alex si pendiam.

"Lo bilang apa tadi??? Supaya Kak Debby aman dari pemangsa eksternal???," tanya Ian tak percaya dengan apa yang di dengarnya.

"Dasar musang! Bukan nggak aman dari pemangsa eksternal, yang ada Kak Debby nggak aman dari elo!," sindir Alex.

HAHAHAHAHA!!!

Debby benar-benar sudah tak bisa menahan diri lagi untuk tak tertawa hebat. Mereka adalah sekumpulan manusia terkonyol sejagat raya yang pernah Debby temukan. Komplit! Tidak ada kekonyolan mereka yang kurang!

Blush!!!

Difta lagi-lagi terlihat memasukan bola dengan mulus ke ring tim senior. Semua orang berdiri untuk bersorak atas keberhasilan itu. Debby pun ikut berdiri dan berteriak senang tanpa ia sadari.

"MASUK!!!."

Veyza bahkan entah sejak kapan telah menggenggam tangannya tanpa ia sadari, dan ketika ia sadar, yang terluapkan bukanlah rasa malu melainkan rasa bahagia yang melegakan luar biasa di dalam hatinya.

"Suka nggak sama pertandingannya???," teriak Veyza di telinga Debby.

Kerasnya sorakan memang membuat suara mereka tak terdengar satu sama lain, sehingga Veyza memilih untuk berteriak saat bicara dengan Debby.

"Iya!!! Suka!!!," jawab Debby, dengan teriakan pula.

"Catat tanggal hari ini!!!," pinta Veyza.

"Kenapa harus dicatat???," Debby bingung.

"Karena hari ini adalah pertama kalinya lo pergi nonton sama gue dan duduk di samping gue!!!," jawab Veyza.

Jawaban yang sangat sukses membuat jantung Debby berdebar-debar hebat di dalam dadanya. Dan pria itu masih tersenyum bahagia ke arahnya. Ia pun begitu.

* * *

Debby masih memikirkan pertandingan tadi siang dan juga apa yang Veyza katakan. Di bibirnya tersungging senyuman yang tak pernah pudar ketika teringat kembali dengan apa yang Veyza katakan.

Kyara menyenggol lengannya karena ketahuan melamun saat makan.

"Eh maaf Kya..., gue ngelamun," sesal Debby.

"Nggak apa-apa kok Deb..., cuma..., itu...," Kyara menunjuk ke arah samping kanan Debby.

Debby pun menoleh dan melihat sosok Veyza yang telah berdiri di sampingnya. Pria itu tersenyum dengan sangat manis ke arahnya. Hanya ke arahnya!

"Selamat malam Kakak-kakak sekalian. Gue datang ke meja ini untuk mengantarkan minuman spesial dari Far untuk Kak Kyara. Mohon di terima," ujar Veyza seraya menyimpan dua gelas Pop Ice di hadapan mereka.

"Yang ini buat gue? Dari Far?," tanya Debby, merasa aneh.

"Yang itu dari gue, buat lo. Maksud gue, kan nggak enak aja kalau gue cuma nganterin satu gelas dari Far buat Kak Kyara dan lo nggak dikasih," jawab Veyza, jujur.

Debby pun tersenyum mendengar jawaban itu. Veyza benar, rasanya akan tidak enak bagi pria itu jika hanya mengantarkan satu gelas titipan Farel sementara dirinya juga tak diberi. Debby menyadari, bahwa tak seharusnya ia berharap lebih pada hal yang tak pasti.

"Thank's ya Vey, lain kali nggak perlu kok bawain buat gue. Gue nggak mau bikin lo repot," ungkap Debby.

Veyza tersenyum serba salah.

"Nggak repot kok, di minum ya Kak," balas Veyza.

Pria itu hendak pergi, namun segera berbalik lagi ke arah mereka berdua.

"Gue lupa..., Far bilang kalau gue ngasih itu ke Kak Kyara, gue harus sekalian menyampaikan pesan yang dia titipkan," ujar Veyza.

"Pesannya apaan?," tanya Kyara.

"Pohon cemara di tengah panas terik, ikan bersirip di air semu. Kakak Kyara yang cantik, bolehkah kutitip hatiku padamu?."

HAHAHAHAHA!!!

Kyara dan Debby pun tertawa tanpa segan-segan setelah mendengar pantun yang Veyza ucapkan. Veyza sendiri segera berlari menjauh meninggalkan meja mereka dengan wajah merah padam karena malu.

"Gila!!! Gila!!! Sohib gue ditaksir orang gila!!!," Debby tak mampu menahan diri.

"Diam Deb!!! Gue malu!!!," balas Kyara.

"Tapi lo senang kan???," tanya Debby yang masih tertawa.

"Banget Deb!!! Banget!!!," jawab Kyara, jujur.

Tawa bahagia itu belum usai, namun hati Debby terasa jauh lebih kosong dari sebelumnya.

'Ah, aku memang tak seharusnya berharap pada hal yang semu.'

* * *

DeZa ; Ketika Cinta Terpendam Mulai TerungkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang