Ditembak (Dia)

98 13 0
                                    

"Deb, mau pesan apa?," tanya Kyara.

"Batagor deh, kecapnya agak banyak ya. Soalnya akhir-akhir ini gue merasa kurang manis," jawab Debby dengan santai sambil tersenyum tanpa dosa.

Kyara terkikik geli.

"Gila ya, narsis dalam diri lo itu kapan sembuhnya sih?," Kyara menyindir.

"Gue nggak narsis kok Kya, gue cuma mengatakan keadaan secara apa adanya aja," balas Debby.

"Terserah lo deh Deb," Kyara pun berlalu menuju ke tempat pemesanan makanan di sekolah.

Seven B akhirnya terlihat dan segera duduk di meja mereka yang biasa. Debby menatap sekilas ke arah Veyza seperti biasanya.

"Eh Kak Kyara, mau gue bantuin bawa makanannya nggak?," tanya Farel.

Debby pun segera menatap sosok Kyara yang tengah di hadang oleh pria itu.

"Eh..., jangan dibantuin Far! Gue nggak mau batagor yang gue pesan terkontaminasi sama rayuan gombal lo buat Kyara!," seru Debby sambil tertawa sendiri.

HAHAHAHAHA!!!

Seven B tertawa setelah mendengar apa yang Debby katakan pada Farel. Kyara pun mendekat ke meja mereka dan menggebuk lengan Debby.

"Ganggu deh..., kan gue lagi senang dihalang-halangi sama Far," rajuk Kyara.

Debby masih meringis kesakitan akibat gebukan Kyara di lengannya.

"Maaf deh, lain kali gue bakal biarin lo dihalang-halangi sama Farel lagi. Tapi hari ini gue mohon pengertian lo, gue laper banget soalnya Kya, nggak tahan perut gue berlama-lama menderita kekosongan seperti ini," balas Debby puitis.

Kyara terkekeh.

"Hati lo juga kosong Deb..., nggak mau diisi sekalian?," tanya Kyara.

"Mau diisi pakai apaan Kya?," Debby balik bertanya.

Kyara pun menunjuk ke arah tempat meja yang Seven B duduki, tepatnya ke arah Veyza. Debby pun menatap Pria itu, dan ternyata seorang wanita sedang berdiri di dekatnya. Kyara pun ikut terkejut dengan pemandangan yang sedang terjadi.

"Vey, ini cokelat buat lo. Di terima ya," ujar wanita bernama Eliya dari kelas 10-c.

"Gue nggak suka cokelat!," tegas Veyza, dingin.

Tidak biasanya Veyza bersikap seperti itu, dan baru kali ini Debby melihat sikapnya yang berbeda.

"Jangan gitu dong Vey..., gue suka sama lo dan mau jadi pacar lo. Gue harap lo nggak nolak gue," pinta Eliya.

Deg!

Jantung Debby serasa berhenti saat mendengar penuturan dari bibir Eliya tentang perasaannya pada Veyza. Ia pun segera menundukkan wajahnya dan menatap batagor berwarna hitam karena kebanyakan kecap yang ada di piringnya.

"Udahlah Deb..., jangan sok patah hati! Lah dia memang bukan milik lo kok!," batinnya.

BRAKKK!!!

Suara gebrakan di meja membuat Debby kembali mengangkat wajahnya dan menatap ke arah Veyza yang kini sudah bangkit dari kursinya dengan wajah penuh amarah.

"Gue nggak suka cokelat!!! Gue juga nggak suka sama lo!!! Gue nggak mau dipaksa-paksa nerima cewek yang nggak tahu malu kaya' lo!!! KASIH TAHU ITU KE RIZAL!!! KARENA GUE TAHU, DIA MAU BALAS DENDAM SAMA DIFTA SETELAH DIA DIKELUARKAN DARI TIM BASKET, DAN MEMINTA LO UNTUK NEMBAK GUE AGAR BISA BALAS DENDAM!!!."

Teriakan Veyza membuat semua orang terdiam tak berkutik. Bahkan anggota Seven B lainnya pun tak bergeming sama sekali.

"Satu hal lagi!!! Jangan pernah panggil gue Vey!!! Yang boleh panggil gue Vey adalah sahabat dan orang-orang yang gue sayang!!! Lo nggak termasuk!!!," tambah Veyza.

Veyza meraih gelas Pop Ice yang tadi dipesannya melalui Difta. Pria itu berjalan menuju ke arah meja yang Kyara dan Debby tempati.

"Ini buat lo Kak. Diminum! Itu rasa Starwberi," ujar Veyza pada Debby dengan nada suara yang lembut, tak sama dengan nada suara yang dia beri pada Eliya tadi.

Pria itu pun berlalu begitu saja tanpa memakan apapun siang itu. Eliya terlihat menggeram ke arah Debby yang lebih diperhatikan oleh Veyza, hanya beberapa saat lalu wanita itu pun ikut pergi dari sana melalui jalan yang berbeda dari Veyza.

Kyara menatap Debby yang terlihat khawatir saat Veyza berlalu dari hadapan mereka.

"Minum Deb, dia kasih itu Pop Ice buat lo," ujar Kyara.

"Dia belum makan Kya, perutnya pasti lapar," Debby khawatir.

"Lo beliin aja dia makanan, terus kasih. Biar nggak sakit juga sih sebenarnya," saran Kyara.

Debby pun bergegas memesan makanan dan membungkusnya untuk ia bawa pada Veyza. Tebakannya benar, Pria itu tengah berada di kelasnya dan duduk sendirian.

"Hai Vey..., boleh masuk?," tanya Debby.

Veyza tersenyum seraya mengangguk penuh semangat. Debby menyodorkan sekotak batagor ke hadapan Pria itu.

"Apaan nih Kak?," tanya Veyza bingung.

"Batagor buat lo. Tadi gara-gara marah gue lihat lo belum makan sama sekali. Makan ya, jangan sampai sakit dan thank's buat Pop Ice-nya," jawab Debby sambil meminum Pop Ice yang tadi Veyza berikan.

Senyum di wajah Veyza semakin melebar dan aura ketampanan yang sederhana dari Pria itu semakin tercetak dengan jelas. Debby suka!

"Oke, gue akan makan sekarang juga ini batagor!," ujar Veyza bersemangat.

"Eh..., tunggu dulu! Dengar gue baik-baik sebelum gue keluar dari kelas ini," pinta Debby sambil mencegah Veyza makan.

Veyza menganggukan kepalanya dengan patuh.

"Dengar baik-baik dan jangan sampai ada satu kata pun yang terlewat dari pendengaran lo," tambah Debby.

"Oke, gue akan dengar semuanya Kak," janji Veyza, mantap.

Debby pun bersiap-siap dan menarik nafas sesaat sekaligus mengontrol dirinya agar tak tertawa ataupun salah bicara di hadapan Veyza.

"Motor Harley di depan penjual sekoteng, si mamat yang jaga parkiran, Abang Vey yang ganteng, selamat makan!."

HAHAHAHAHA!!!

Veyza tertawa tanpa bisa di tahan, sementara Debby pun benar-benar berlari dari kelas itu tanpa berani melihat lagi bagaimana wajah Veyza yang memerah karena mendapat gombalan yang tak terduga.

"Kak Debby..., pantunnya belum gue balas. Jangan pergi dulu!," seru Veyza.

Debby tak peduli, ia terus saja berlari menuju kelasnya di lantai dua tanpa berbalik ke belakang. Tanpa ia tahu, Veyza tersenyum penuh arti hanya ke arahnya.

'Duh..., gue kenapa sih? Pakai ada acara ngasih gombalan ke dia segala..., apa karena gue nggak mau lihat dia kesal ya?.'

* * *

DeZa ; Ketika Cinta Terpendam Mulai TerungkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang