Debby tersenyum bahagia meskipun wajahnya masih sepucat kemarin. Sosok Veyza yang tidak memakai seragam sekolah memancarkan aura yang berbeda daripada biasanya. SANGAT TAMPAN!
"Kenapa lihat-lihat gue sampai segitunya? Gue ganteng banget gitu?," tanya Veyza percaya diri.
Debby terkekeh pelan.
"Iya, ganteng banget!," jawab Debby, jujur.
Wajah Veyza berubah memerah karena jawaban sangat jujur dari Debby.
"Ayo, kita ke Dokter," ajak Veyza.
Debby menganggukan kepalanya. Mereka berdua berjalan keluar dari gerbang asrama lalu menyetop angkutan umum untuk menuju ke klinik yang biasa Debby datangi.
"Jauh nggak kliniknya?," tanya Veyza.
"Kira-kira setengah jam perjalanan sih Vey," jawab Debby.
Veyza tersenyum.
"Ya udah, istirahat aja dulu. Sini bersandar di pundak gue," Veyza merentangkan tangan kanannya.
Debby pun menurut dan benar-benar bersandar di pundak Veyza dengan nyaman. Veyza merangkulnya dengan erat seakan tak ingin memberi ruang untuk Debby menerima hal-hal yang tidak diinginkan.
Debby menatap langit yang cerah dari jendela angkutan umum.
"Gue nggak suka merasa cemas," ujar Veyza tiba-tiba.
Debby menatapnya.
"Gue lebih suka meluapkan semua hal yang gue rasa mengganggu di dalam hati. Agar rasa cemas yang gue rasakan cepat menghilang," lanjutnya.
"Kenapa lo tiba-tiba ngomong begini?," tanya Debby.
Veyza tersenyum.
"Karena gue nggak mau lo terus-menerus berlarut-larut dalam kecemasan yang nggak berujung Kak. Untuk menyelesaikan sebuah masalah yang ada di dalam hidup kita, satu-satunya jalan yang kita punya adalah dengan memaksa diri untuk berani menghadapinya. Lari dari masalah nggak akan menyelesaikan apapun," jawab Veyza.
"Jadi menurut lo..., gue... ."
"Harus tetap ada di sisi gue! Lo hanya harus ada di samping gue dan membiarkan gue mendampingi lo. Kapanpun, dan di manapun lo berada. Biar gue yang hadapi masalahnya, lo hanya perlu diam di belakang gue, karena gue yang akan melindungi lo," jelas Veyza.
Kedua mata Debby berkaca-kaca, ia sudah berpikir negatif sebelumnya pada Veyza. Padahal Pria itu punya tujuan yang baik, dan Debby telah salah paham.
"Nanti di depan Dokter jangan ragu-ragu ya. Bilang semua keluhan lo, kecemasan lo, ketakutan lo. Gue akan mendampingi lo sampai benar-benar tuntas. Kalau memang harus ada terapi untuk menyembuhkan rasa takut dan cemas, kita akan ikut dan gue akan ada buat lo," pinta Veyza.
Debby menganggukan kepalanya. Veyza tersenyum dan kembali merangkul Debby dengan erat.
"By the way, suka nggak sama bonekanya?," tanya Veyza.
"Iya suka. Tadi malam gue bawa dia tidur," jawab Debby.
"Udah di kasih nama?."
"Belum, masih gue pikirin mau dikasih nama apa."
"Gimana kalau Charles?," saran Veyza.
"Terlalu Inggris," Debby tak setuju.
"Lee Min Ho?."
"Terlalu Korea."
"Terus nama bagaimana yang lo mau?," tanya Veyza akhirnya.
Debby menatap Veyza lagi untuk ke sekian kalinya hari itu. Ia tersenyum.
"Mr. Aldebaran, boleh?," pinta Debby.
* * *
Urusan Dokter sudah selesai, namun kini ada urusan lain yang harus Debby hadapi. Urusan yang lebih penting dari sekedar perasaannya yang kacau.
"Jadi, kita benar-benar memutuskan untuk melaporkan Dino ke Polisi Kak. Dia nggak akan pernah berhenti untuk mengganggu hidup Kakak, dan kami tidak mau itu terjadi," ujar Difta, menjelaskan.
"Iya Kak. Saat ini ketenangan hidup Kak Debby adalah prioritas kami, dan kami nggak akan membiarkan ketenangan Kakak terganggu. Kakak harus punya waktu belajar yang tenang, harus punya waktu istirahat yang tenang. Tapi kalau Dino tetap berkeliaran, maka kami tidak bisa menjamin ketenangan Kak Debby," tambah Tita.
Kyara mengusap bahu Debby dengan lembut.
"Apa yang mereka katakan benar Deb, lo nggak akan pernah tenang selama Dino masih bebas. Semua akan berakhir kalau lo mau bekerja sama untuk membantu mereka melaporkan Dino ke Polisi," bujuk Kyara.
"Gue..., gue banyak merepotkan kalian. Gue minta maaf, ketenangan kalian jadi terganggu gara-gara masalah gue," Debby kembali menangis.
"Kak Debby nggak boleh bilang gitu. Kita ikhlas kok bantuin Kak Debby, Kakak nggak perlu merasa nggak enak," balas Alex dengan kalimat terpanjang yang mereka dengar untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Debby akhirnya menganggukan kepalanya.
"Oke, gue setuju untuk melaporkan Dino ke Polisi," jawab Debby, mantap.
* * *
Dino benar-benar digiring oleh pihak kepolisan hari itu juga setelah menerima laporan dari Debby. Kepala Sekolah dan semua Guru bersedia menjadi saksi untuk perkara kasus pelecehan tersebut.
Debby yang masih duduk di salah satu kursi kantor Polisi pun mencoba untuk tetap tenang. Veyza memenuhi janjinya untuk tetap berada di samping gadis itu dan terus mendukungnya.
"Thank's ya Vey. Lo dan juga Seven B udah berbuat banyak banget untuk gue. Sebelumnya, gue bahkan nggak punya keberanian sama sekali untuk melakukan sesuatu. Tapi sekarang, gue benar-benar berani duduk di sini dan mengatakan semua ketakutan yang gue simpan," ujar Debby.
"Kak, lo tenang aja. Sekarang lo cuma perlu hidup dengan tenang dan serahkan semuanya pada Polisi. Biar mereka yang mengurus Dino," balas Veyza.
Dino diborgol dan dibawa ke salah satu sel tahanan. Ia menatap penuh kemarahan pada Debby dan Veyza, namun Debby tak lagi menghindari tatapannya. Kali ini ia akan memenuhi apa yang Veyza katakan padanya. Hadapi dan selesaikan! Jangan lari!
"Gue akan balas lo berdua!!!," teriak Dino.
"DIAM KAMU!!!," bentak salah satu Polisi yang sedang menggiring langkahnya.
Veyza menggenggam erat-erat tangan Debby agar gadis itu terus kuat menghadapi semuanya. Debby tersenyum lega ke arah Veyza, dan Pria itu sangat menyukai senyuman di wajah cantik yang sederhana milik Debby.
"Pulang yuk, lo pasti kangen kan sama Mr. Aldebaran?," tanya Veyza.
Debby menganggukan kepalanya.
"Kok lo bisa tahu kalau gue kangen sama Mr. Aldebaran?," Debby balik bertanya.
"Soalnya wajah lo dari tadi udah berubah warna merah jambu..., kaya' Mr. Aldebaran," jawab Veyza, konyolnya kembali kumat.
'Iya, aku rindu Mr. Aldebaran! Lengkapnya..., Mr. Veyza Aldebaran!.'
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
DeZa ; Ketika Cinta Terpendam Mulai Terungkap
Teen Fiction[COMPLETED] Sejak kapan aku tertarik pada satu sosok yang baru saja kulihat secara sekilas? Selama ini dunia SMA-ku hanya berputar pada pelajaran dan ekstrakurikuler photografi kesukaanku saja. Bahkan setiap kali ada surat cinta yang tersimpan di la...