Berbeda

55 9 0
                                    

Kyara begitu uring-uringan dan terus menggerutu di depan ponselnya. Debby yang sedang sibuk mengerjakan PR Fisika pun menjadi lebih tertarik untuk terus menatapnya.

"Kyara sayang..., lo kenapa sih?," tanya Debby dengan lembut.

Kyara menatapnya dengan wajah merajuk yang sangat menggemaskan.

"Debby..., Far berubah!," adunya.

"Berubah? Berubah gimana?," tanya Debby, tak mengerti.

Kyara mendekat.

"Gini loh Deb..., jadi kan dua minggu yang lalu mereka nerima paket tuh yang diumumkan sama Kepala Asrama. Nah sejak itu, Far sama anggota Seven B yang lain menjauh gitu dari semua pacar-pacar mereka," jawab Kyara.

"Oh ya? Kok Vey nggak menjauh dari gue?," Debby merasa bingung.

"Memangnya lo pacaran sama Vey?," Kyara bertanya balik.

Debby tersenyum meringis.

"Oh iya..., kan gue bukan pacarnya Vey ya... HAHAHAHA!!! Maaf..., maaf..., kebanyakan mengkhayal nih gue berarti," Debby mengakui.

"Nah itu yang gue maksud! Giliran sama yang bukan pacarnya mereka, mereka nggak menjauh Deb..., lo beruntung karena nggak pacaran sama Vey jadinya nggak dijauhin," keluh Kyara.

"Beruntung? Apanya yang beruntung? Dia nggak tahu aja kalau batin gue tersiksa sama perasaan yang gue pendam-pendam ini!," gerutu Debby dalam hati.

"Ya udah..., besok lo coba cari tahu aja dulu. Diskusi sama pacar-pacar mereka yang lain coba, siapa tahu mereka tahu apa sebabnya," saran Debby.

"Iya juga ya, ih kenapa gue nggak kepikiran kaya' begitu dari kemarin-kemarin sih?," gerutu Kyara, sebal.

Debby hanya bisa terkikik geli dan melanjutkan mengerjakan PR-nya.

* * *

Keesokan harinya di kelas 11 IPA saat jam istirahat, Kyara meninggalkan Debby untuk duduk sendiri sementara gadis itu bergabung dengan pacar-pacar Seven B yang lain untuk membicarakan mengenai perubahan sikap mereka.

Entah mengapa Debby tak merasakan sama sekali ada yang berubah dari Veyza. Pria itu tetaplah Veyza yang sama dengan Veyza yang biasanya. Konyol, perhatian, dan sayang padanya. Sama sekali tak ada perubahan.

"Kok sendirian?," tanya Veyza yang datang dan duduk di sampingnya.

Segelas Pop Ice disimpannya di hadapan Debby.

"Minum, itu rasa Strawberi seperti biasanya yang lo suka," pinta Veyza.

Debby tersenyum.

"Thank's ya Vey," ujar Debby.

Veyza hanya menganggukan kepalanya seraya tersenyum.

"Gue dengar, Key jadian ya sama Cassandra?," tanya Debby.

"Iya, mereka jadian. Key yang nembak dan maksa buat diterima jadi pacarnya Cassandra," jawab Veyza, jujur.

"Kok mendadak ya? Gue ngerti kalau rasa benci bisa terkalahkan dengan rasa sayang, tapi kalau semendadak ini rasanya sangat aneh. Gue yakin, banyak orang yang saat ini sedang bertanya-tanya mengenai hubungan itu," Debby mengungkapkan semua yang ada dalam pikirannya dengan jujur.

Veyza membelai rambut panjang Debby dengan lembut.

"Kak..., gue sayang sama lo. Gue banyak menjanjikan hal-hal membahagiakan untuk lo, dan gue harap lo tetap akan menunggu agar suatu hari gue benar-benar bisa memenuhi janji gue sama lo," ungkap Veyza tiba-tiba.

Debby tersenyum bahagia.

"Gue juga sayang sama lo Vey, dan gue akan selalu menunggu sampai lo benar-benar bisa memenuhi apa yang lo janjikan ke gue," balas Debby.

Veyza menggenggam tangan Debby erat-erat.

"Gue pegang tangan lo lebih lama hari ini boleh ya?," Veyza meminta ijin pada Debby.

Debby mengangguk meng-iya-kan permintaan Veyza yang terlalu sederhana baginya. Mana mungkin ia bisa menolak, sementara hatinya selalu bahagia dengan hal-hal kecil yang Veyza lakukan.

"Gue sayang sama lo Kak, sayang banget," bisiknya.

Setetes air terjatuh membasahi punggung tangan Debby yang masih digenggam oleh Veyza. Ia berpikir sejenak, ada apa ini? Apakah Veyza menangis?

Debby pun segera menatap ke wajah Pria itu dan benar, matanya sudah basah oleh genangan airmata yang ia tak tahu apa penyebabnya.

"Vey..., lo kenapa?," tanya Debby khawatir.

Ia menghapus airmata di sudut mata Pria itu agar tak membasahi wajahnya.

"Gue janji, gue akan memenuhi semua yang pernah gue ucapkan di depan lo. Lo cuma harus menunggu," pintanya, tanpa menjawab pertanyaan Debby.

"Lo jangan bikin gue takut Vey! Jawab, lo kenapa? Kenapa lo harus nangis saat meminta gue menunggu? Kenapa Vey?," Debby menuntut penjelasan.

Veyza kembali tersenyum.

"Airmata itu bukan hanya sekedar lambang dari kesedihan. Airmata itu juga bisa melambangkan rasa bahagia. Dan airmata gue yang tertumpah saat meminta lo untuk menunggu, adalah airmata bahagia," jawab Veyza berusaha meyakinkan Debby agar tak khawatir padanya.

Debby berusaha mengatur nafasnya agar kembali tenang. Ia tak boleh terjebak dalam kekhawatiran yang tak jelas. Ia memeluk Veyza tanpa meminta ijin terlebih dahulu, ia begitu ingin mempercayai apa yang Veyza katakan, namun hatinya tetap saja gelisah.

"Jangan pergi! Jangan tinggalin gue! Lo udah janji! Gue nggak mau lo ingkar!," tuntut Debby.

Veyza membalas pelukan itu dengan lebih erat.

"Iya, gue nggak akan pergi. Gue janji dan gue nggak akan ingkar. Lo mau kan tetap menunggu?," pinta Veyza sekali lagi.

"Gue akan nunggu Vey! Selama apapun itu, gue akan menunggu! Gue juga nggak akan ingkar sama janji yang gue ucapkan!," jawab Debby yang akhirnya menangis dalam pelukan Veyza.

Veyza mengecup kening Debby dengan lembut dan lama.

"Please, jangan jadikan ini pelukan terakhir Vey, jangan jadikan ini sebagai perpisahan, gue nggak siap! Gue nggak sanggup!," pinta Debby di tengah rasa takutnya.

"Gue juga berharap begitu. Gue juga nggak mau ini menjadi pelukan terakhir kita. Gue bahagia ada di sisi lo meskipun kita cuma teman. Gue nggak menyesal ketemu sama lo dan kenal siapa diri lo. Lo adalah hal terbaik yang Tuhan kirim ke dalam hidup gue Kak," ujar Veyza.

"Lo bikin gue takut Vey, gue nggak akan pernah maafin lo kalau sampai lo ninggalin gue dan ingkar sama semua janji yang lo udah ucapkan! Ingat, gue nggak memilih persegi empat karena memiliki empat sudut yang mungkin aja akan membuat kita nggak nyaman di salah satu sudutnya. Gue memilih lingkaran karena lo adalah garis tepi lingkaran dan gue adalah ruang di dalamnya. Gue nggak akan pernah menjadi sebuah lingkaran tanpa garis tepi Vey, dan garis tepi yang gue inginkan cuma elo!," tegas Debby.

* * *

DeZa ; Ketika Cinta Terpendam Mulai TerungkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang