"Tes..., tes..., satu, dua, tiga!!! Oke..., gue mau Debby Artazia dengar ini baik-baik!!!."
Suara Pria di pengeras suara itu sukses membuat semua orang menoleh termasuk Debby dan Veyza yang masih saling menatap. Seseorang terlihat berdiri di podium yang ada tepat di bawah tiang bendera.
"Debby Artazia, gue yakin lo ingat siapa gue dan tahu siapa gue. Gue udah sering banget kirim surat cinta buat lo sejak kita masih kelas satu," ujarnya.
Kyara mendekat pada Debby dan merangkulnya dengan cepat. Pria itu masih juga belum kapok rupanya, bahkan setelah Kepala Sekolah sendiri yang meminta dia untuk menjauhi Debby.
Veyza mengepalkan tangannya kuat-kuat, dadanya terasa panas.
"Gue juga masih berharap kalau suatu saat lo bakalan menoleh untuk melihat ke arah gue. Tapi gue kecewa banget hari ini saat melihat lo jalan sama anak ingusan sombong dari kelas 10-a itu!!! Ya, gue benci banget sama dia!!! Karena dia udah merebut perhatian lo dari gue!!!," teriaknya.
Debby menjatuhkan kameranya ke tanah hanya untuk menutup kedua telinganya rapat-rapat. Kenangan hari itu berputar lagi di dalam ingatannya. Tubuhnya gemetar ketakutan mendengar suara itu.
Veyza meraih tubuh Debby dengan cepat.
"Kak, lo kenapa?," tanya Veyza, khawatir.
"Ayo Deb..., kita pergi dari sini. Biar lo aman dari cowok sinting itu," ajak Kyara.
Wayan naik ke podium bersama Andra dan Radit, mereka yang tahu betul apa yang pernah terjadi pada Debby pun langsung segera menyingkirkan Pria aneh itu agar tak lagi mengganggu Debby.
"DEBBY!!! GUE CINTA SAMA LO!!! GUE AKAN MEMILIKI LO!!! LO TUNGGU AJA WAKTUNYA!!!," teriaknya lagi.
Debby sudah tak sanggup, pikirannya kacau setengah mati. Tubuhnya tiba-tiba melemas seakan kehilangan tenaga. Kyara dan Veyza memapahnya dengan susah payah menuju asrama.
"Oke stop, sini gue gendong aja!," putus Veyza.
Pria itu langsung menggendong Debby ala bridal style dan berlari dengan cepat bersama Kyara ke asrama. Saat tiba di asrama, Veyza segera membaringkan Debby di tempat tidurnya. Kyara meletakkan kamera Debby yang jatuh ke tanah di meja samping tempat tidur gadis itu.
Difta beserta yang lainnya tiba di kamar asrama milik Kyara dan Debby untuk melihat kondisi Debby.
"Gimana?," tanya Difta, pada Veyza.
"Dia pingsan NOT," jawab Veyza.
Kyara terlihat menangis sambil mencoba menyadarkan Debby, minyak kayu putih ia balurkan di lengan gadis itu dan juga ia baui di indera penciumannya.
"Bangun Deb..., jangan kaya' gini dong. Gue takut," rintih Kyara.
Difta pun merangkul Kyara agar tenang. Tita menatap Andra.
"Sebenarnya ada apa sih Kak sama Kak Debby?," tanyanya.
"Jadi..., awal tahun lalu saat MOS angkatan mereka, itu cowok tadi terkenal pendiam banget," ujar Andra memulai.
"Kaya' Alex?," tanya Ian.
"Nggak, Alex beda. Pendiam jenis yang beda kalau Alex," jawab Radit.
"Nah jadi, itu cowok namanya Dino. Dia ikut Ekskul yang sama kaya' Kyara dan Debby. Awalnya nggak tahu bagaimana, tiba-tiba dia sering ngirim surat buat Debby dan disimpan di laci meja. Debby kan ya tahu sendiri lah kalian, nggak mudah ngomong sama dia atau dekat sama dia. Bukan karena pilih-pilih, tapi karena Debby-nya introvert dan jarang ada yang bisa ngerti dengan kondisinya. Terus, surat-surat itu Debby buang tanpa dibaca karena dia lebih merasa nyaman dengan tidak membacanya," jelas Andra.
"Nah masalahnya, Dino tahu kalau Debby buang surat-suratnya. Terus suatu hari Dino bohong ke Debby katanya dipanggil sama Tommy ke gudang belakang sekolah buat bantu keluarin alat-alat photografi yang lama. Debby percaya karena memang nggak pernah mikir yang macam-macam sama Dino. Pas Debby pergi ke gudang, Dino nutup pintunya dan dia kunci. Dia mojokin Debby, berusaha nyentuh Debby dan... ."
"CUKUP!!!," bentak Veyza yang sudah tidak tahan.
Wayan terdiam meskipun ucapannya dipotong, semua juga ikut terdiam. Mereka yang sudah pernah melihat bagaimana Veyza saat marah pun segera menghentikan percakapan itu.
"Tapi Debby nggak di apa-apain kok Vey, dia selamat karena Bu Indri yang datang menyelamatkannya dari Dino. Cuma, Debby trauma sejak saat itu," jelas Wayan.
"Itu manusia dikeluarin nggak dari sekolah???," tanya Veyza, emosi.
"Dikeluarin Vey, cuma kita nggak tahu gimana dia bisa kembali masuk ke area sekolah ini dan bahkan tahu tentang lo," jawab Radit.
"AL!!! Cari tahu!!!," perintah Veyza.
Alex pun yang sejak tadi diam di luar kamar itu segera beranjak pergi dari sana. Veyza terlihat frustasi dengan kondisi Debby yang belum sadar. Hendri datang dan segera masuk ke kamar itu bersama Bu Indri.
"Dia belum sadar Bu," lapor Kyara yang masih saja menangis.
"Sabar ya sayang, Debby kita jaga sama-sama ya," bujuk Bu Indri.
Hendri menatap Veyza.
"Saya ketemu AL di lantai bawah, dia bilang kamu menyuruh untuk mencari tahu dari mana Dino bisa masuk lagi ke sini," ujar Hendri.
"Ya..., kalau nggak mau saya kalap maka harus AL yang pergi. Karena kalau sampai saya yang pergi cari tahu sendiri, maka saya nggak akan segan-segan buat perhitungan sama manusia kurang ajar itu!," jawab Veyza.
Hendri menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya dengan perlahan. Ia mengerti bagaimana perasaan Veyza saat itu.
"Vey, lo balik ke kamar dulu deh mendingan. Ian sama Far bakal nemenin lo, biar gue Key dan Tita yang nyusul AL," pinta Difta.
Veyza menatap Difta tajam.
"Cari dia!!! Bawa dia ke Polisi!!! Atau gue bakalan lepas kendali!!!," tegas Veyza.
"Oke. Gue akan penuhin itu," balas Difta.
Veyza menatap Debby yang belum sadar dengan penuh rasa cemas di dalam hatinya. Ia menyesal sekali karena tak mencegahnya mendengarkan teriakan-teriakan Pria gila itu. Ia malah sibuk menenangkan hatinya yang dipenuhi rasa cemburu.
Ya, Veyza cemburu! Ia takkan pernah melakukan kebohongan tentang perasaannya pada Debby. Ia sudah menyukainya sejak pertama kali menatapnya di ruang makan asrama. Ia suka mendengar suaranya, ia suka mendengar tawanya, ia suka menatap wajahnya yang sederhana.
'Hei, bangun. Aku menunggu kamu..., dan hatimu.'
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
DeZa ; Ketika Cinta Terpendam Mulai Terungkap
Novela Juvenil[COMPLETED] Sejak kapan aku tertarik pada satu sosok yang baru saja kulihat secara sekilas? Selama ini dunia SMA-ku hanya berputar pada pelajaran dan ekstrakurikuler photografi kesukaanku saja. Bahkan setiap kali ada surat cinta yang tersimpan di la...