Hari ini Veyza hanya menatap Debby dari jauh. Tangan Pria itu melambai ke arahnya seraya tersenyum konyol seperti biasanya. Tampan! Tak pernah berubah sejak pertama kali Debby menatapnya pertengahan tahun lalu.
Dia sangat berbeda dari Pria manapun yang berlalu-lalang di hadapan Debby. Gaya rambutnya yang sederhana, pakaiannya yang sederhana, sikapnya yang sederhana dan konyol, semuanya membuat Debby begitu menyayanginya.
Meskipun hanya sebagai teman.
Debby membalas lambaian tangan itu dan juga tersenyum untuknya. Veyza terlihat merasa bahagia saat Debby memberikan respon sapaannya.
Di kelas, Kyara tiba-tiba bersikap aneh. Sahabatnya begitu gelisah seakan-akan ada sesuatu yang disembunyikan darinya.
"Kya..., ada apa? Kok lo aneh begini sih?," tanya Debby.
"Nggak apa-apa kok Deb, gue baik-baik aja. Nggak ada yang aneh kok," Kyara mencoba meyakinkan Debby.
"Aneh Kya, lo nggak biasanya kaya' begini. Lo biasanya ceria dan semangat, hari ini lo beda dan gue tahu perbedaan itu," Debby masih mencoba mencari tahu.
"Nggak kok Deb, nggak ada yang aneh," jawab Kyara lagi.
"Kya... ."
"Deb! Please..., nggak usah tanya-tanya terus. Nggak ada yang aneh kok, lo kadang terlalu mau tahu urusan orang lain ya!," bentak Kyara tiba-tiba.
Debby terdiam. Kyara pun menyadari bahwa ia melakukan kesalahan dengan membentak Debby.
"Deb, gue... ."
"Nggak apa-apa kok Kya. Maaf ya udah ganggu hidup lo. Gue duluan," ujar Debby, dingin.
Debby benar-benar pergi dari kelas dan meninggalkan Kyara sendirian. Ia berjalan menuju ke asrama tanpa mampir ke manapun termasuk ruang Ekskul Photografi. Ia sudah tidak bersemangat sama sekali, bahkan hanya untuk tersenyum pun ia sudah tak mau.
Sesampainya di kamar, ia segera mengganti baju dan memeluk Mr. Aldebaran yang selalu setia berada di atas tempat tidurnya. Bulu-bulunya yang halus membuat Debby selalu merasa nyaman setiap kali moodnya sedang berantakan. Sama seperti Veyza, yang selalu membuatnya nyaman kapanpun dan di manapun.
"Gue kangen...," bisik Debby lirih.
Ia tertidur hingga tanpa di sadari kalau Kyara sudah kembali ke asrama dan menunggunya bangun. Debby menggeliat pelan dan merasakan silau saat cahaya lampu menyorot ke arah matanya.
"Deb..., lo udah bangun?," tanya Kyara.
Debby menatapnya datar, ia tentu saja masih ingat dengan apa yang Kyara lakukan padanya tadi siang.
"Deb, gue minta maaf ya soal yang tadi siang. Gue nggak... ."
BRUKKK!!!
Debby memilih keluar dari kamar tanpa mendengarkan Kyara. Baginya Kyara sudah keterlaluan karena menyebutnya sebagai Wanita yang ingin tahu urusan orang lain! Jadi ia malas mendengarkan penjelasan apapun.
Ruang makan sudah penuh dengan orang-orang yang akan makan malam, Debby duduk di mejanya yang biasa. Ia melihat Seven B dengan wajah mereka yang begitu serius, namun tanpa sosok Keylan. Kyara masuk ke ruang itu tak lama kemudian, dan menghampiri Debby.
"Deb, Please..., dengar gue dulu. Gue nggak bermaksud... ."
"PERGI!!!," usir Debby.
Semua mata menatap ke arah mereka berdua, termasuk Seven B.
"Lo nggak mau kan gue tahu apapun yang lo sembunyikan? Kalau begitu pergi! Nggak perlu minta maaf, lo nggak salah! Gue mungkin yang salah karena terlalu percaya bahwa lo akan selalu berbagi apapun sama gue karena gue sahabat lo! Dan gue salah!," teriak Debby, lantang.
Kyara memucat di tempatnya duduk.
"Ingat perkataan gue baik-baik! Kalau sampai ada apa-apa akibat dari hal yang lo sembunyikan, maka gue nggak akan pernah maafin lo seumur hidup!," tegas Debby.
Kyara pun segera bangkit dari meja itu menuju ke meja lain di mana semua pacar-pacar anggota Seven B berkumpul. Debby tahu kalau Kyara menangis akibat dari kata-katanya. Tapi apa yang Kyara lakukan padanya juga sudah kelewatan.
Difta terlihat mengantarkan Cassandra ke meja di mana Kyara duduk sekarang, mereka terlihat berdebat. Debby menatap Veyza yang sedang melamun di mejanya yang biasa. Semuanya aneh! Semuanya sangat tidak normal!
Difta kembali ke meja yang di tempati oleh Seven B, Cassandra terlihat menangis. Keylan masuk ke ruang makan tak lama kemudian, dan Cassandra menghadang langkahnya.
"Lo nggak mau mengakhiri sandiwara lo ke gue?," tanya Cassandra.
Debby mendengar dengan jelas pertanyaan yang terlontar dari bibir Cassandra untuk Keylan.
"Seenggaknya kalau gue mati di tangan Imey, lo nggak perlu merasa bersalah karena udah bohongin gue Key. Karena sampai kapanpun, gue tetap akan menjadi musuh yang paling lo benci kan?," desak Cassandra.
"Hah? Mati? Ada apa ini hingga membawa-bawa mati?," batin Debby, perasaannya sudah tidak enak.
"Gue minta maaf soal sandiwara itu. Anggap aja gue udah balas dendam sama lo soal kemenangan palsu lo dulu, dan kita impas," jawab Keylan, dingin.
"Thanks banget ya Key karena udah mengisi hari-hari gue belakangan ini. Jujur, gue bahagia dengan adanya lo di sisi gue. Dan ya..., kita impas!," balas Cassandra.
Cassandra pun pergi dari hadapan Keylan, tapi Keylan sepertinya sangat terluka dengan akhir yang terjadi antara dirinya dan Cassandra. Debby benar-benar tak mengerti apa yang terjadi. Wajah Veyza masih sama seperti tadi, hampa, tak mengeluarkan aura ketampanannya yang biasa.
Kyara terlihat berlari keluar bersama Sally, Maya, Andra dan Radit untuk mengejar Cassandra. Dan tak lama berselang mereka kembali ke ruang makan sambil berlari-lari menuju ke meja yang Seven B tempati.
Mereka terlihat panik, bahkan Veyza sekalipun. Pria itu bahkan tak menyempatkan diri untuk menyapa Debby seperti biasa dan berlarian keluar dari ruang makan tanpa berbalik ke arah Debby.
Jam menunjukkan pukul sembilan saat di bagian depan asrama terdengar keributan. Debby berlari untuk mencari tahu ada apa sehingga bisa terjadi keributan.
"Kak Hendri..., ada apa?," tanya Debby.
Hendri menatap Debby dengan wajahnya yang gelisah. Cassandra terlihat sedang diobati oleh petugas medis, Andra dan Radit terlihat kalut bahkan menangis. Kyara memeluk Sally dan Maya.
Hendri memegang kedua lengan Debby dan mencoba menjelaskan.
"Seven B sedang menghadapi seseorang bernama Imey, dia mengancam akan membunuh Cassandra dan meminta Keylan sebagai tebusannya," ujar Hendri.
"Di mana..., di mana Seven B Kak??? Di mana mereka???," tanya Debby, panik.
BOOMMMMM!!!
Ledakan itu terjadi! Mata Debby tak salah, ia melihat tujuh sosok yang di tunggu semua orang terlempar dari jendela ruang laboraturium kimia di lantai tiga. Tubuh-tubuh itu jatuh terhempas ke tanah dan tak bergerak lagi.
"VEY!!!," teriak Debby.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
DeZa ; Ketika Cinta Terpendam Mulai Terungkap
Teen Fiction[COMPLETED] Sejak kapan aku tertarik pada satu sosok yang baru saja kulihat secara sekilas? Selama ini dunia SMA-ku hanya berputar pada pelajaran dan ekstrakurikuler photografi kesukaanku saja. Bahkan setiap kali ada surat cinta yang tersimpan di la...