Penasaran!

193 11 0
                                    

Kyara mengunyah bakso yang ia ambil dari mangkuk milik Debby secara perlahan-lahan. Debby sendiri ikut mencicipi batagor yang Kyara pesan.

"Ehm..., kurang kecap nih," protes Debby.

"Nggak suka ah kalau kecapnya banyak-banyak. Kemanisan," balas Kyara.

"Iya juga sih, kalau gue makan makanan yang kemanisan, nanti gue malah tambah manis lagi. Aduh..., bahaya," ujar Debby.

"Hmm..., betul sekali! Bahaya! Takutnya lo nanti di bawa ke rumah sakit jiwa gara-gara terlalu narsis!," balas Kyara seraya terkekeh menggemaskan.

Debby pun tak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk mencubit pipi Kyara, sehingga gadis itu meringis sambil mengusap-usap pipinya yang merah.

"Eh, gue mau ambil air mineral di kulkas. Ada yang mau titip nggak?."

Suara Farel yang terdengar jelas membuat Debby dan Kyara menoleh bersamaan ke arah ketujuh orang dari kelas 10-a tersebut.

"Gue titip, gue titip," ujar Veyza.

"Titip apa?," tanya Farel.

"Titip salam buat yang punya kulkas," jawab Veyza, dengan ekspresi tak berdosa.

Pria itu pun akhirnya di serang bersama-sama oleh keenam sahabatnya. Debby dan Kyara pun tertawa tanpa ampun melihat kekonyolan mereka.

"Ada-ada aja sih kelakuannya...," ujar Debby.

"Iya..., ajaib banget sumpah!," balas Kyara.

Setelah beberapa saat, Veyza akhirnya beranjak dari kursinya untuk memesan makan siang. Debby menatap sosok itu melalui ekor matanya secara diam-diam. Hatinya berbunga-bunga hanya dengan menatapnya diam-diam seperti itu.

"Kya, Farel lihat-lihat ke arah lo terus tuh," ujar Debby.

Kyara tersenyum.

"Iya, gue tahu kok," balas Kyara, imut.

Debby terkikik geli melihat ekspresi senang Kyara.

"Bahagia banget sih Kya...," sindir Debby.

"Iya dong..., Far itu sifat aslinya memang lucu, jadi gue memang senang kalau dia merhatiin gue," jelas Kyara.

Debby menganggukan kepalanya, ia mengerti kalau sahabatnya memang menyukai sosok Farel. Veyza terlihat mendekat ke meja itu dan menghalang-halangi Farel menatap ke arah Kyara.

"Minggir Vey! Lo nggak indah sama sekali buat dilihat!," protes Farel sambil berusaha menggeser tubuh Veyza.

"Jangan dilihat-lihat terus..., nanti indahnya Kakak Kyara luntur gara-gara mata lo!," balas Veyza.

HAHAHAHAHA!!!

Debby dan Kyara sudah jelas tak mampu menahan diri untuk tak tertawa atas kekonyolan yang mereka dengar.

"Ayo Kya, kita ke kelas aja! Gue nggak sanggup kalau terus menerus ada di sini!," Debby mengajaknya pergi.

"Iya Deb..., ayo..., sebelum gue ketularan konyol kaya' mereka!," ujar Kyara.

"Yah..., tuh kan! Kak Kyara pergi!!! Elo sih!!!," omel Farel, kesal.

Veyza tertawa melihat kondisi Farel.yang mengenaskan.

"Sabar..., orang sabar..., ya makan hati!," balas Veyza.

Debby masih sempat mendengar suara pria itu, hingga ia benar-benar tertawa sendiri seperti orang gila. Kyara yang berada di sampingnya pun ikut terheran-heran dengan kelakuan Debby yang aneh.

* * *

"Perpustakaan yuk...," ajak Kyara, usai Ekskul Photografi berakhir.

"Mau ngapain?," tanya Debby.

"Pinjam buku Fisika, ada yang belum sempat gue catat tadi," jawab Kyara.

"Oke deh, ayo."

Mereka berdua berjalan menuju ke perpustakaan. Ketika tiba di tempat yang mereka tuju, Debby segera duduk di sebuah meja baca untuk merapikan kamera kesayangannya.

"Hai Kak Kyara, boleh tanya-tanya tentang photografi?," tanya Farel, yang suaranya begitu Debby kenali.

Seseorang tiba-tiba duduk di hadapan Debby sambil menyimpan setumpuk buku. Debby menatap sosok yang sedang tersenyum ke arahnya.

"Hai Kak Debby..., mau gue gombalin kaya' Far yang lagi gombalin Kak Kyara?," tanya Veyza.

Otomatis! Debby langsung tertawa mendengar pertanyaan paling jujur itu dari bibir Veyza.

"Gombalan kok ditawarin sih? Kaya' cemilan ya itu yang namanya gombal?," tanya Debby.

"Kalau gombalan itu cemilan, maka gue adalah toplesnya yang bisa lo bawa-bawa, lo peluk-peluk, lo simpan di bawah bantal juga boleh," jawab Veyza.

HAHAHAHAHA!!!

Debby benar-benar tak sungkan-sungkan mengeluarkan tawanya di hadapan Veyza. Pria itu memang seratus persen sangat konyol daripada yang ia duga.

"Kalau lo toples dan gue simpan di bawah bantal, terus gimana caranya gue tidur Vey? Bantal gue kan jadi gak rata," protes Debby di tengah gelak tawanya.

Veyza semakin tersenyum lebar.

"Kok tahu kalau gue dipanggil Vey? Gue bahkan belum memperkenalkan diri sama lo," tanya Veyza.

Wajah Debby pun memerah seketika, namun ia tetap berusaha tenang agar Veyza tak tahu kalau ia memiliki perasaan untuknya.

"Eh..., jangan marah Kak. Gue bercanda kok, nggak apa-apa kalau memang lo udah tahu nama gue dan nama panggilan gue. Gue nggak akan negatif thinking kok sama lo," Veyza terlihat tak enak hati.

"Eh, maaf, gue ngelamun. Nggak kok, gue nggak marah. Gue tahu nama lo sejak pendaftaran Ekskul waktu itu, kan nama kalian semua tertulis di baju MOS. Kalau soal nama panggilan lo, sahabat-sahabat lo kan sering manggil lo di mana aja, jadi gue nggak sengaja dengar," jelas Debby, yang tak ingin Veyza menjauh karena mengira dirinya marah.

Veyza kembali tersenyum manis di hadapan Debby. Wajah tampan pria itu terlihat sangat lega setelah mendengar penjelasan yang Debby utarakan.

"Gue pikir lo marah Kak, soalnya banyak banget senior cowok di Ekskul gue yang bilang kalau lo itu sombong dan nggak mudah diajak ngomong sama sembarang orang," ujar Veyza, jujur.

Debby pun tertunduk malu, ia pun mulai membereskan kameranya pelan-pelan.

"Iya, itu benar kok. Gue memang begitu," balas Debby.

Veyza masih menatapnya.

"Bagus kalau begitu!," ujar Veyza, tak terduga.

Debby menatapnya kembali.

"Kalau lo sombong dan nggak mudah diajak ngomong sama orang lain terutama sama cowok, berarti lo nggak akan mudah berpaling ke hati yang lain kalau udah punya satu hati yang lo jaga. Lo harus bangga dengan sifat yang lo punya itu," dukung Veyza.

Debby terpaku di tempatnya dan memikirkan apa yang Veyza katakan. Rasanya, ia ingin menanyakan pada saat itu juga hal yang terlintas di dalam pikirannya, jika saja ia tak segera sadar dan ingat untuk tidak bertindak bodoh di depan Veyza.

'Boleh nggak, hati lo yang gue jagain?.'

* * *

DeZa ; Ketika Cinta Terpendam Mulai TerungkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang