Di hari yang bebas setelah ujian selesai, anak-anak kebanyakan hanya bermalas-malasan.
Tak terkecuali dengan Kyara yang duduk di samping Debby namun tangan dan pikirannya berada di kursi milik Farel. Keduanya saling tatap-menatap sambil berpegangan tangan dan tersenyum-senyum khas dua insan kasmaran.
"Itu tangan kalian ketumpahan lem atau gimana? Lengket banget..., pegangan terus..., menghalangi jalan tahu nggak!," tegur Tita, sebal.
Debby terkikik geli mendengar teguran itu. Farel berbalik dan menatap ke arah Tita.
"Sirik bin dengki aja sih lo! Sana cari Kak Andra, bilangin jangan bola basket melulu yang dipegang..., tangan ceweknya juga sering-sering dipegang biar nggak karatan!," balas Farel, sotoy.
Andra yang duduk di belakang kelas dan mendengar namanya di sebut-sebut pun mendadak tersedak.
"Apaan nih bawa-bawa gue?," tanya Andra.
"Tangan cewek lo karatan Kak..., minta diminyakin," jawab Farel.
BUGH!!!
Sebuah pukulan mendarat bebas di punggung Farel dari tangan berotot milik Tita. Difta yang sedang duduk bersama Radit pun tak bisa menahan tawanya saat melihat Farel menderita karena Tita.
Pengeras suara sekolah siang itu berbunyi, Kepala Sekolah sepertinya akan mengumumkan sesuatu yang penting untuk semua siswa.
"Pengumuman untuk seluruh siswa dan siswi. Sekolah kita akan mengadakan study tour pada hari Sabtu. Di mana kita akan berkemah ke perkemahan di Puncak Gunung Nglanggeran, di Kabupaten Gunung Kidul. Diharapkan bagi semua siswa dan siswi untuk mempersiapkan peralatan berkemah. Terima kasih."
Semua orang segera berseru senang karena akan menjalani study tour. Debby malah menghela nafasnya, ia belum pernah naik Gunung, dan ia takut tak mampu sehingga akan merepotkan orang lain. Ekspresi wajahnya kali itu menggambarkan segala hal yang ada dalam hatinya.
Seseorang duduk di kursi milik Kyara yang sudah kosong sejak tadi. Veyza! Pria itu tersenyum seraya menatap wajah Debby.
"Takut ya? Belum pernah naik Gunung?," tebak Veyza.
Debby mengangguk.
"Gue takut merepotkan orang lain Vey, kalau gue nggak kuat jalan jauh gimana? Kalau gue nggak kuat mendaki gimana? Kalau gue tiba-tiba sakit gimana?," Debby hendak menangis.
Veyza segera merangkulnya dengan lembut.
"Lo lupa? Lo kan punya gue..., jadi nggak perlu takut dan khawatir. Kalau lo nggak kuat jalan dan mendaki, nanti gue bakalan gendong elo sampai ke puncak. Kalau lo tiba-tiba sakit, nanti gue bakalan rawat elo sampai sembuh. Jadi lo nggak perlu takut dan khawatir lagi. Ada gue!," Veyza meyakinkan.
Debby menatapnya, kali ini seraya tersenyum manis.
"Janji..., jangan tinggalin gue," pinta Debby.
"Nggak akan. Gue akan selalu pegang tangan lo dan nggak akan gue lepas. Jangan takut ya...," balasnya.
Debby pun menganggukan kepalanya. Hatinya merasa yakin.
* * *
Ada sepuluh bus yang membawa mereka ke perkemahan. Debby kembali mengecek semua perlengkapannya, begitu pula dengan Kyara yang selalu ada di sisinya.
"Hai Kak," sapa Farel.
"Hai Far..., mau duduk sama Kyara?," tanya Debby.
"Kok tahu?," Farel balik bertanya.
"Ekspresi wajah lo menggambarkan segalanya," jawab Debby.
Farel terkekeh.
"Nggak deh, Debby nanti duduk sama siapa coba kalau gue duduk sama lo," tolak Kyara.
"Sama gue dong! Gue nggak akan biarin Kak Debby sendirian meskipun lo duduk sama Far," jawab Veyza yang muncul tepat di belakang Debby.
Kyara dan Farel pun tersenyum lalu segera naik ke dalam bus bersama-sama. Debby berbalik untuk melihat sosok Veyza yang berdiri di belakangnya. Jarak mereka begitu dekat, hingga Debby berusaha mundur dan hampir menabrak siswa lain. Namun tangan Veyza lebih cepat dengan menangkap tubuh Debby ke dalam pelukannya sehingga gadis itu tak perlu melakukan kecerobohan fatal.
"Nggak perlu pakai mundur segala Kak. Ini gue, beneran gue, nggak perlu takut. Lo bebas cari perlindungan sama gue," ujar Veyza.
Debby pun menganggukan kepalanya. Mereka pun naik ke dalam bus dan duduk bersama di salah satu kursi kosong. Veyza meminta Debby duduk dekat jendela agar gadis itu aman. Difta datang dan memberikan minyak kayu putih.
"Ini buat Kak Debby, biar nggak mual. AC-nya dikurangin ya, biar nggak terlalu dingin?," tawar Difta saat Veyza tengah menyimpan ransel di bagian atas bus.
"Thank's ya Dif..., gue lupa banget bawa ini," Debby terlihat lega.
"Nggak masalah kok Kak, kalau ada apa-apa bilang ya sama Vey atau gue. Nanti kita bantu," balas Difta.
Tita muncul dari balik kursi depan.
"Bilang juga sama gue, di sini gue punya cemilan kalau lo lapar, minuman kalau lo haus, obat kalau lo sakit, jaket kalau lo kedinginan... ."
"Stop..., stop..., stop...!!! Lo mau kemah atau mau buka toko di Gunung? Banyak amat bawaan lo?," tanya Veyza.
Andra yang duduk di samping Tita pun terkikik geli mendengar pertanyaan Veyza. Tita menatap penuh rasa jengkel ke arah Veyza.
"Gue mau ikut jagain Kak Debby musang!," balas Tita.
"Jagain aja Kak Andra tuh..., nanti banyak cewek-cewek yang pura-pura minta di ajarin buat tenda ke dia baru tahu rasa lo!," cibir Veyza.
Tita pun segera beralih pada Andra yang duduk di sampingnya.
Plak!!!
"Awas ya kalau berani bantuin cewek-cewek buat tenda!!!," ancam Tita.
Veyza pun duduk di samping Debby sambil tertawa penuh kemenangan. Debby mencubit lengan Pria itu dengan lembut.
"Udah dong Vey, masa nggak di asrama, nggak di sekolah, nggak di tempat umum lo tetap jahilin Tita sih," protes Debby.
"Nggak kok Kak, memang udah jadi kebiasaannya kita buat jahilin Tita. Rasanya ada yang kurang kalau nggak bikin dia kesal," jelas Veyza.
Debby kini terkekeh. Veyza pun merangkulnya agar Debby merasa nyaman.
"Jangan jauh-jauh dari gue ya. Gue nggak mau lo sendirian," pinta Veyza.
Debby menatapnya dan tersenyum.
"Nanti ajarin gue buat tenda ya, karena gue benar-benar nggak bisa buat tenda," pinta Debby juga.
"Jangan kan tenda, lo minta gue bikin rumah di Gunung juga gue sanggup kok," balas Veyza.
"Oke, bikinin gue rumah di Gunung!," putus Debby.
"Hah?!!."
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
DeZa ; Ketika Cinta Terpendam Mulai Terungkap
Novela Juvenil[COMPLETED] Sejak kapan aku tertarik pada satu sosok yang baru saja kulihat secara sekilas? Selama ini dunia SMA-ku hanya berputar pada pelajaran dan ekstrakurikuler photografi kesukaanku saja. Bahkan setiap kali ada surat cinta yang tersimpan di la...