Roller Coaster

101 12 0
                                    

"..., Juara ketiga, di menangkan oleh Debby Mariska, dengan judul Wind Glow," ujar Kepala sekolah.

Semua serempak bertepuk tangan untuk Debby. Hasil foto milik Debby di perlihatkan melalui infocus. Kyara memeluknya sebelum gadis itu melangkah ke depan. Ia berdiri di sana sambil menghadap ke arah semua orang yang sedang berbaris.

Tatapannya jatuh tepat pada kedua mata Veyza yang ternyata juga tengah menatapnya. Pria itu tersenyum lalu mengacungkan kedua Ibu jarinya untuk Debby. Debby pun tersenyum samar.

"Tenang Deb..., dia cuma ngasih selamat buat lo, bukan ngasih hatinya! Jangan ge-er!," batin Debby.

Usai menerima penghargaan semuanya dibubarkan dan kembali ke kelas masing-masing. Kyara berjalan bersama Debby menuju lantai tiga, hari itu kelas gabungan untuk pelajaran matematika dan seni akan dimulai.

Debby mencatat materi matematika yang belum sempat ia selesaikan semalam ketika sampai di kelas. Kyara pergi sebentar ke perpustakaan untuk meminjam buku, Bu Ester akan segera masuk ke kelas gabungan tak lama lagi.

Radit tiba-tiba mendekat pada Debby.

"Deb, gue mau tanya sesuatu," ujar Radit.

"Iya Kak, mau tanya apa?."

"Hasil fotonya Difta, yang jadi modelnya siapa ya? Lo tahu nggak?," tanya Radit.

"Oh, kalau itu gue nggak tahu kak. Soalnya Difta memang yang meminta supaya modelnya nggak dikenali sama orang lain. Dia bilang sih, yang jadi modelnya dia tuh cuma mau dipotret dari belakang aja," jawab Debby.

"Gitu ya, jadi lo benar-benar nggak tahu. Oke deh, gue ke meja belakang dulu," ujar Radit.

"Oke Kak."

Setelah Radit berlalu Debby kembali menekuri buku catatannya. Satu gelas Pop Ice tiba-tiba terulur di hadapannya. Debby mengangkat wajahnya dan menatap senyuman di wajah tampan yang begitu sederhana menurut pandangannya.

Veyza duduk di samping Debby dengan tenang.

"Selamat ya buat penghargaan yang lo terima. Hasil foto lo bagus banget Kak," puji Veyza.

Wajah Debby memerah seketika.

"I..., iya..., thank's," balas Debby salah tingkah.

Veyza berusaha menahan rasa gemas di dalam hatinya saat melihat ekspresi Debby di hadapannya.

"Itu Pop Ice-nya buat lo. Gue beliin khusus cuma buat lo!," tegas Veyza.

"Iya, thank's," lagi-lagi hanya itu yang bisa Debby katakan pada Veyza.

"Itu rasa Strawberi, warnanya pink kaya' warna yang lo suka. Diminum," pinta Veyza.

Debby pun meminum Pop Ice tersebut agar Veyza tak tersinggung.

"Nah, sekarang..., dengar gue baik-baik," Veyza menatap Debby.

Debby menganggukan kepalanya, pertanda bahwa ia akan mendengarkan Veyza baik-baik seperti yang pria itu minta padanya.

"Jangan ada yang terlewat, pokoknya lo harus mencerna setiap kata yang gue sampaikan buat lo pagi ini," tambah Veyza.

Debby kembali menganggukan kepalanya sehingga mirip dengan pajangan dashboard mobil jika sedang terguncang.

"Dayang Sumbi membawa itik, musim kemarau membuatnya terpaku, wahai Kakak Debby yang cantik, maukah engkau makan siang denganku?," tanya Veyza.

HAHAHAHAHAHA!!!

Gelegar tawa meledak seketika dari semua yang hadir di dalam kelas gabungan itu. Bahkan Kyara yang baru saja datang pun tak berhenti memegangi perutnya yang sakit akibat tertawa.

"Aji gile!!! Vey..., ini tahun 2015! Anaknya orang masih dipantunin, lo pikir ini tahun 70-an???," protes Wayan.

Debby menutup wajahnya dengan buku cetak agar rasa geli di dalam pikirannya segera berhenti. Veyza pun beranjak dari kursi milik Kyara dan kembali duduk di kursinya sendiri bersama Alex. Kyara merangkul Debby dengan sisa-sisa tawanya yang masih terdengar.

"Sumpah ya Deb, nggak ada yang lebih konyol di dunia ini selain mereka!," ujar Kyara.

"Iya Kya! Gue sampai lemas ketawa terus kalau di dekat mereka," balas Debby.

Debby berusaha menenangkan dirinya kembali dengan fokus pada pelajaran dari Bu Ester hari itu.

"Tenang Debby..., tenang...!!! Dia cuma jahil sama lo, jangan terbawa perasaan! Dia cuma mau menghibur lo aja," batin Debby.

"Debby..., maju dan selesaikan soal di papan tulis ini," perintah Bu Ester.

Debby pun maju ke depan untuk mengerjakan soal yang Bu Ester tulis tadi. Ponsel Bu Ester berdering sehingga harus diangkat di luar kelas. Debby tiba-tiba stuck di tengah-tengah soal yang sedang ia kerjakan, Kyara menyadari itu, Debby berbalik ke arahnya untuk meminta bantuan.

"Dua puluh enam koma lima...," bisik Kyara.

Debby tak bisa mendengarnya. Ia masih berusaha meminta bantuan. Veyza melihat itu, ia segera melambai pada Debby sehingga Debby pun menatap ke arah pria itu. Veyza pun memperlihatkan buku catatannya yang sudah tertulis angka dengan ukuran besar.

26,5

Debby pun segera mencatat angka itu bertepatan dengan Bu Ester yang masuk kembali ke dalam kelas.

"Veyza! Sedang apa kamu?," tegur Bu Ester.

"Nggak Bu, saya cuma sedang meregangkan badan kok, pegal Bu," jawab Veyza.

"Pegal? Jadi belajar di jam pelajaran saya membuat kamu pegal? Sekarang keluar dan push-up dua puluh kali di luar kelas! Jangan berhenti sebelum genap dua puluh kali!," perintah Bu Ester, tegas.

Veyza pun bangkit dari kursinya dan berjalan menuju luar kelas. Debby pun merasa tak enak hati. Namun Veyza malah mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum ke arah Debby, seakan mengatakan pada dirinya bahwa tidak perlu cemas dan tetaplah diam.

Bu Ester menatap hasil pekerjaan Debby di papan tulis.

"Hmm..., bagus. Duduk kembali di tempatmu," perintah Bu Ester.

Debby pun berjalan perlahan sambil menatap Veyza yang masih melakukan push-up di luar kelas. Kyara pun segera menyambutnya dan mencoba menenangkan Debby.

Veyza masuk kembali ke dalam kelas, dan berjalan ke kursinya. Bu Ester mendekat ke hadapan pria itu.

"Mana buku catatan kamu? Coba saya lihat!," pintanya.

Wajah Debby pun memucat, begitu pula dengan Kyara yang ada di sampingnya. Dalam buku Veyza ada angka yang tadi dia tulis besar-besar untuk membantu Debby. Veyza pun menyerahkan buku itu dengan santai pada Bu Ester. Bu Ester memeriksanya beberapa saat lalu mengembalikan pada Veyza tak lama kemudian.

Saat Bu Ester telah keluar dari kelas dan jam pelajarannya berakhir, Difta pun berjalan menuju kursi Veyza.

"Mana buku gue?," pinta Difta.

Veyza menyerahkan buku dengan sampul yang sama pada Difta.

"Thank's ya NOT," ujar Veyza seraya tersenyum.

"Lain kali hati-hati! Hampir aja lo bikin Kak Debby dihukum tahu nggak!," tegas Difta, kesal.

"Ya maaf, lain kali gue bantuin Kak Debby pake sms deh," balas Veyza seraya mengedipkan sebelah matanya pada Debby.

"Jangan mau Kak! Alasannya Vey aja itu buat minta nomor ponsel Kakak," cegah Ian.

"Dasar musang!," sindir Alex.

Debby dan Kyara pun kembali terkekeh dengan kelakuan konyol mereka.

'Duh..., hati gue kok naik turun begini sih cuma karena dia?.'

* * *

DeZa ; Ketika Cinta Terpendam Mulai TerungkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang