Pendakian

61 10 0
                                    

Bus yang membawa semua peserta study tour itu telah tiba di Kabupaten Gunung Kidul. Kepala Sekolah dan Guru-guru yang ikut berdiri di depan semua siswa dan siswi untuk memberikan pengarahan.

"Baiklah kita semua sudah sampai ke tempat tujuan, sekarang kita hanya perlu mendaki ke puncak Gunung Nglanggeran ini untuk bisa membangun tenda-tenda perkemahan kita. Tenang, tidak jauh kok. Jaraknya dari sini untuk sampai ke puncak, hanya sembilan ratus meter kurang lebih," ujar Kepala Sekolah.

Wayan mengangkat tangannya.

"Iya silahkan," ujar Hendri kepada Wayan.

"Sembilan ratus meter kalau dihitung pakai jengkal kira-kira jauh nggak Pak?," tanya Wayan.

HAHAHAHAHA!!!

Hendri mengulum senyum saat mendengar pertanyaan itu. Seven B memang sudah banyak menularkan kekonyolan mereka pada semua orang.

"Untuk masalah itu, bisa kamu coba sendiri ya Wayan. Nanti kalau kamu sudah dapat hasilnya, tolong laporkan pada saya," jawab Hendri, santai.

HAHAHAHAHA!!!

"Hmm..., rasain kau Yan! Hitung pakai jengkal ini jalanan ya!," seru Reno, bahagia.

Pendakian dimulai. Veyza menggenggam erat tangan Debby tanpa pernah melepasnya. Sesekali ia berhenti untuk memberi Debby waktu agar tidak kelelahan. Debby sendiri benar-benar merasa aman saat berada di samping Veyza.

"Minum dulu," Veyza menyodorkan air mineral pada Debby.

Debby meminumnya hingga hanya menyisakan setengah botol. Veyza meraih ransel yang ada di punggung Debby dan membawanya agar Debby tak merasa keberatan.

"Udah enakan kakinya?," tanya Veyza memastikan.

Debby menganggukan kepalanya.

"Ayo jalan lagi," ajak Debby.

Veyza pun segera meraih tangan Debby dan menggenggamnya dengan erat.

"Kalau nggak kuat bilang ya, nanti gue gendong," ujar Veyza.

"Nggak! Gue pasti kuat! Selama ada lo di sisi gue, gue pasti bisa sampai ke puncak!," Debby yakin.

Veyza tersenyum ke arah Debby.

"Oke! Ayo kita mendaki!," seru Veyza dengan lantang.

Debby tertawa dengan tingkah konyol Pria itu. Di mana pun mereka berada, tak ada satu pun waktu yang terlewat tanpa tertawa bahagia.

Mereka berjalan santai, namun dapat menyusul langkah kaki yang lainnya. Farel terlihat sedang menemani Kyara yang kelelahan, Debby pun meminta berhenti pada Veyza.

"Kya, lo nggak apa-apa?," tanya Debby, khawatir.

"Nggak tahu nih Deb, perut gue kembung banget rasanya," jawab Kyara jujur.

Debby segera menumpahkan minyak kayu putih di telapak tangannya dan membaluri perut Kyara dari balik sweater yang dipakai gadis itu.

"Tadi di bus, AC nggak lo kurangin ya?," tebak Debby.

"Nggak Deb, gue lupa," Kyara bersandar pada pundak Debby.

Farel terlihat menepuk keningnya karena sangat tak peka dengan kondisi Kyara. Cassandra yang baru muncul bersama Keylan dan Sally pun segera mendekat pada Debby dan Kyara.

"Loh, Kak Kyara kenapa? Kok pucat?," tanya Cassandra khawatir.

"Masuk angin kaya'nya. AC di bus tadi nggak dikurangin, jadinya perut Kyara sakit," jawab Debby.

"Minum obat ya Kak..., ini ada obat masuk angin," Cassandra membuka ranselnya dan mengeluarkan obat.

Kyara meminumnya dan Sally memberinya air.

"Lo gimana sih Far? Kok bisa-bisanya AC nggak dikurangin?," tanya Keylan, merasa aneh.

"Gue lupa Key!," jawab Farel, sangat merasa bersalah.

"Sibuk pacaran sih lo! Kasmaran sih kasmaran, kondisi pacar lo lebih penting dari perasaan lo!," omel Veyza.

"Udah..., udah..., kenapa kalian jadi pada ribut sih? Ribut nggak akan menyelesaikan masalah tahu!," lerai Sally.

Kyara pun bangkit.

"Udah enakan, kita jalan lagi ya," pintanya.

"Yakin mau jalan lagi?," Debby adalah orang nomor satu yang paling khawatir dan takut terjadi apa-apa pada Kyara.

Kyara tersenyum.

"Iya Deb, gue yakin. Thank's ya, udah mau nemenin gue di manapun kita berada," ungkap Kyara.

"Nggak usah ngomong begitu Kya. Gue nggak akan pernah ninggalin lo sendirian, karena lo juga nggak pernah ninggalin gue sendirian," balas Debby.

Mereka akhirnya melanjutkan perjalanan bersama-sama. Veyza kembali menggenggam tangan Debby, yang entah kenapa bagi Debby genggaman tangan itu seperti kekuatan untuk membuat dirinya menjadi lebih tangguh.

"Vey..., lihat deh..., bagus banget pemandangannya!," seru Debby bahagia.

Veyza pun berhenti bersamaan dengan berhentinya langkah Debby. Pria itu mengeluarkan kamera milik Debby dari dalam ransel lalu menyerahkannya pada gadis itu.

Debby menatapnya.

"Ambil gambarnya, abadikan, jangan sia-siakan kesempatan," ujar Veyza.

Kyara pun ikut mengambil gambar menggunakan kameranya bersama Debby.

"Cassandra..., Sally..., sini! Gue foto kalian!," pinta Debby.

Cassandra pun mendekat bersama Sally, Keylan tak mau ketinggalan.

"Kalau mau foto Cassandra, maka gue harus ikut difoto!," tegas Keylan.

"Duh, bikin rusak pemandangan lo Key!," gerutu Farel yang juga tengah membidik kameranya.

Terakhir, Debby membidik ke arah Veyza yang tengah berdiri sambil menutup kedua matanya seakan tengah menikmati hembusan angin. Veyza terkekeh saat ekor matanya menangkap kilatan blitz dari kamera Debby.

"Dapat foto gue ya?," Veyza bertanya dengan jahil.

"Iya, nih..., ganteng banget kan?," Debby mengakui itu dengan jujur.

Veyza merangkulnya dan melihat hasil foto itu bersama-sama.

"Ah, fotonya jelek," ujar Veyza.

Debby menatapnya dengan kecewa.

"Karena nggak ada lo di samping gue dalam foto itu," protesnya.

Debby pun kembali tersenyum. Lagi-lagi gombalan receh keluar dari bibir Pria tampan yang ia sayangi tanpa perencanaan apapun. Veyza meraih kamera dari tangan Debby.

"Far..., fotoin kita berdua dong," pintanya.

Farel pun mengambil kamera itu lalu membidik ke arah Veyza dan Debby. Veyza memeluk Debby dari belakang dengan melingkarkan kedua lengannya di pinggang gadis itu.

Klik!

Kilatan blitz menyadarkan Debby akan rasa bahagia yang tengah menyelimutinya. Veyza benar-benar memenuhi semua janjinya pada Debby untuk tak pernah meninggalkannya dan tak pernah membiarkannya sendirian.

"Woy!!! Puncak udah di depan mata!!!," teriak Keylan yang sudah berjalan duluan bersama Cassandra dan Sally.

Mereka semua pun segera menyusulnya. Veyza menggenggam tangan Debby dan menuntunnya menuju puncak Gunung Nglanggeran yang hanya tinggal beberapa langkah.

Ketika mereka benar-benar tiba di puncak bersama yang lainnya, ada rasa lega luar biasa yang terbayarkan dari perjuangan pendakian hari itu.

Veyza menatap Debby dan memeluknya dari belakang seperti tadi.

"Selamat datang di puncak Gunung Nglanggeran. Tempat di mana pertama kalinya kita bisa melihat alam yang begitu indah bersama-sama," bisik Veyza lalu mengecup pipi kiri Debby dengan lembut dan hangat.

Sempurna!

* * *

DeZa ; Ketika Cinta Terpendam Mulai TerungkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang