Menyambutnya

57 9 0
                                    

Debby dan Kyara membuka pintu ruang perawatan itu dan menatap Sally di tengah-tengah ruangan bersama Radit, Andra, dan Maya. Gorden-gorden pembatas berwarna putih dibentangkan lebar-lebar sesuai dengan ranjang masing-masing ketujuh anggota Seven B.

"Hai semua, ini ada apa?," tanya Kyara.

"Mereka lagi menjalani treatment, gordennya dilarang dibuka sama Dokter dan Perawat," jawab Radit.

Debby dan Kyara pun hanya menganggukan kepala mereka lalu bergegas menyimpan tas seperti biasa dan Debby kembali membagikan bunga ke atas meja samping ranjang masing-masing dari anggota Seven B.

"Hai Dif, ini gue lagi, Debby. Semoga lo nggak bosan ya dengar suara gue. Karena lo lagi treatment gue nggak bisa cubit pipi lo hari ini. Bunganya gue simpan di meja ya Dif," ujar Debby.

Gadis itu pun melangkah menuju ranjang sebelahnya.

"Hai AL, gue nggak perlu ngabarin tentang Sally hari ini, karena gue yakin lo udah tahu kalau Sally ada di sini. Cepat bangun ya, bunga buat lo gue simpan di meja," ujarnya lagi.

Debby kembali beranjak menuju ranjang selanjutnya.

"Hai Key. Cassandra masih seperti biasanya. Berduka. Gue harap lo cepat bangun agar bisa membuat dia senyum lagi. Bunga buat lo ada di meja ya," Debby kembali meletakkan satu tangkai ke atas meja samping ranjang Keylan.

Ia berjalan menuju ranjang selanjutnya.

"Hai Tita, gimana kabar lo? Cowok lo masih nggak romantis ya, datang cuma bawa bola basket aja nggak bawa oleh-oleh buat menghibur lo. Sabar ya, kalau lo bangun, langsung hajar aja!," ujar Debby.

"Lah..., pesan macam apa itu? Ya kali dia bangun langsung disuruh hajar gue," protes Andra.

Debby tertawa sesaat.

"Bunga buat lo ada di meja ya Ta, cepat bangun," lanjut Debby.

Ia segera berjalan ke seberang ruangan.

"Hai Ian, Maya udah ada di sini tuh. Nggak mau bangun dan sambut dia? Cepat bangun ya, jangan buat dia nunggu terlalu lama. Bunga buat lo gue simpan di meja," Debby tersenyum lalu menatap Maya dan memeluknya.

Ia kembali berjalan ke arah ranjang selanjutnya.

"Hai Far, gue bawain lo bunga lagi. Meskipun gue tahu kalau lo bukan kambing betulan seperti yang Kyara katakan, tapi gue tetap bawain lo bunga. Jangan di makan! Ingat kalau lo itu bukan kambing! Ya kali, gue mau punya saudara ipar sejenis kambing!," gerutu Debby.

"Deb..., langsung ke tempat Vey aja sana. Urusan kambing biar gue yang tangani," bujuk Kyara.

"Oke..., oke..., sabar! Gue cuma ngingetin aja, kalau gue nggak mau punya saudara ipar kambing," Debby sangat berhati-hati agar ia bisa menangkis serangan Kyara.

Sally, Radit dan Maya sudah tak tahan untuk tidak tertawa.

"Pergi dan temuin Lee Min Ho kesayangan lo di sebelah!!!," usir Kyara yang hampir tertawa.

Debby pun melesat dengan cepat dan duduk di samping ranjang Veyza yang masih tertutup gorden.

"Hai Vey, maaf ya gue agak terlambat datang. Hari ini gue berdebat dulu sama Tommy gara-gara mulut sialnya. Gue bawa bunga buat lo. Gimana kondisi lo? Gue harap semakin membaik agar lo bisa cepat bangun. Gue kangen. Nggak ada yang ngasih gue pantun di ruang makan asrama."

HAHAHAHAHA!!!

Kyara tak mampu menahan dirinya.

"Tolong abaikan suara Ratu Kambing di sebelah ya Vey, soalnya entah kenapa Dokter sengaja banget menyimpan tempat tidurnya Far di sebelah tempat tidur lo! Gue pengen protes, tapi gue lebih pengen lo cepat bangun buat mindahin sendiri tempat tidurnya Far biar agak menjauh. Gue jadi nggak bisa curhat dengan tenang kalau Far ada di situ. Karena di mana ada Far, pasti ada Kyara!," adu Debby.

"Gue salah apa sih Deb sama elo?," tanya Kyara.

"Mulut lo nyinyir Kya..., sadar dong! Pakai nanya!," jawab Debby, cepat.

Hendri masuk ke ruangan itu dan mengerutkan keningnya ke arah Debby dan Kyara.

"Kalian sedang apa? Kenapa gordennya semua ditutup begini?," tanya Hendri.

Kyara dan Debby saling pandang sesaat.

"Kata mereka, Dokter lagi memberikan treatment untuk Seven B, dan gordennya dilarang untuk dibuka Kak," jawab Debby.

Hendri menatap ke arah Radit, Andra, Maya dan Sally.

"Kalian ini keterlaluan ya, kenapa harus jahil seperti ini sih? Nggak kasihan sama Debby yang sudah satu bulan nangis nggak berhenti karena nunggu Vey bangun?," tanya Hendri, kesal.

"Kita cuma mau ngasih surprise buat mereka berdua Kak," jawab Radit.

"Surprise?," tanya Debby dan Kyara bersamaan.

Mereka berdua pun terdiam beberapa saat lalu segera membuka gorden yang menutupi ranjang Vey dan Far. Mereka terpaku saat melihat kalau sosok yang mereka nantikan sudah bangun dan membuka kedua matanya meskipun masih terbaring dalam keadaan lemah.

"Vey!!!," Debby segera memeluk Veyza dan bahkan mengecup keningnya dengan lembut.

Veyza tersenyum saat benar-benar bisa menatap lagi wajah Debby. karena sejak tadi ia hanya bisa mendengar suaranya.

"Surprise dari kita!!!," seru yang lainnya saat gorden-gorden itu terbuka.

Kyara dan Debby tak mampu menahan airmata mereka masing-masing. Debby langsung berlari memeluk Difta dengan erat, lalu memeluk yang lainnya dengan rasa rindu yang sama.

"Gue nggak dipeluk?," tanya Far lirih.

"Mau, tapi Kyara dulu aja deh. Dia kangen banget sama lo," jawab Debby.

Ia menggenggam tangan Veyza dengan lembut seperti biasanya. Pria itu tersenyum dengan aura ketampanannya yang biasa Debby lihat.

"Gue kangen banget sama lo Vey," ungkap Debby.

"Gue juga kangen sama lo. Mau gue kasih pantun sekarang?," goda Veyza.

Debby terkekeh pelan di tengah isak tangis bahagianya.

"Boleh, gue akan dengar semua pantun dan kekonyolan lo. Jangan berhenti, gue nggak mau lo berhenti!," pinta Debby.

"Kalau gue udah nggak lemas begini, lo boleh gue peluk ya?," seperti biasa, Veyza meminta ijin lebih dulu pada Debby.

"Iya, lo boleh peluk gue sesuka hati lo. Gue nggak akan pernah larang," jawab Debby.

"Gue sayang sama lo Kak," ungkap Veyza.

"Gue juga. Gue sayang banget sama lo, dan gue harap kali ini rasa sayang itu bukan hanya sekedar untuk seorang teman," balasnya.

Veyza tersenyum penuh arti.

* * *

DeZa ; Ketika Cinta Terpendam Mulai TerungkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang