Melihatnya Dari Sisi Yang Beda

61 8 0
                                    

"..., Tapi, dia berusaha melawan traumanya pada gambar dalam sebuah foto, demi bisa dekat dengan kamu. Jadi, dia sudah pasti akan kecewa kalau tahu bahwa kamu tidak lagi ikut Ekskul Photografi saat dia bangun nanti."

Debby jadi benar-benar melangkahkan kakinya ke ruang Ekskul Photografi hari itu, ia mengikuti saran Hendri untuk tetap berada di Ekskul tersebut agar tak mengecewakan Veyza saat bangun nanti. Baginya saat ini, harapan yang Veyza taruh dalam kehidupannya adalah tanggung jawab yang harus ia penuhi.

"Karena selama ini gue egois dan hanya banyak menuntut ke dia, tapi nggak pernah mencoba satu kali pun untuk bertanya tentang apa yang dia mau," batin Debby.

Kyara tersenyum saat melihat sosok sahabatnya muncul kembali di ruang Ekskul Photografi hari itu. Debby mendekat dan memeluknya dengan erat.

"Gue senang lo balik lagi ke sini," ujar Kyara.

"Ya, gue nggak mau mengecewakan Vey. Gue mau dia tetap bahagia saat bangun nanti dan nggak menaruh rasa kecewa sama gue," balas Debby, jujur.

Semua orang mulai berdatangan, Tommy - Ketua Ekskul Photografi - pun muncul. Ia begitu senang bisa melihat Debby lagi.

"Hai Deb, gimana kabar lo?," tanya Tommy.

"Baik Tom," jawab Debby, singkat.

"Gue senang lo bisa balik lagi ke sini," ungkap Tommy.

Debby tersenyum singkat.

"Gue balik lagi karena nggak mau mengecewakan Vey saat dia bangun nanti Tom. Dia menaruh harapan besar untuk gue dalam bidang yang gue suka," jelas Debby.

Senyuman di wajah Tommy tiba-tiba menghilang setelah mendengar penjelasan dari Debby. Ia pun langsung pergi menuju kursinya sendiri.

"Kenapa sih, harus selalu Veyza yang ada dalam pikiran lo? Gue ada di samping lo sejak dulu, tapi lo sama sekali nggak pernah tertarik untuk menoleh ke arah gue!," batin Tommy.

Tema Photografi hari itu adalah harapan. Semua anggota Ekstrakurikuler di minta untuk mengumpulkan satu foto yang sesuai dengan tema. Kyara menunjukkan satu foto pada Debby dan Debby sangat setuju jika Kyara mengajukan foto itu untuk memenuhi tema.

Debby sendiri sudah memilih satu foto sejak awal. Foto dirinya bersama Veyza di Gunung Nglanggeran saat berkemah dengan latar langit dan bumi yang menyatu. Foto itu adalah harapan terbesar Debby saat ini, agar Veyza cepat bangun dan kembali tersenyum seperti dulu lagi.

"Baiklah, kalian semua boleh menyerahkan foto dengan tema harapan sekarang juga," pinta Bu Hani - Pembimbing Ekskul Photografi.

Bu Hani memeriksa satu persatu foto-foto yang dikirim ke e-mailnya. Ia meneliti dengan cermat dan akan mengembalikan foto yang tidak sesuai menurut pendapatnya.

"Kyara," panggil Bu Hani.

Kyara mengangkat tangannya, sehingga Bu Hani dapat melihat sosoknya.

"Foto kamu bagus, sangat pas untuk tema harapan. Saya akan ikut sertakan foto ini dalam lomba," ujar Bu Hani.

Foto milik Kyara diperlihatkan melalui infocus.

"Debby," panggil Bu Hani lagi.

Debby pun mengangkat tangannya juga seperti yang Kyara lakukan tadi. Bu Hani tersenyum.

"Seperti Bumi dan Langit yang bersatu di belakang kita, maka harapanku juga jatuh padamu agar kita bersatu dalam Takdir-Nya."

Bu Hani tersenyum bahagia saat membacakan alasan yang Debby tulis untuk fotonya. Tommy menatap Debby sekilas, tanpa senyuman.

"Luar biasa Debby. Saya suka dengan optimisme dalam diri kamu. Foto ini juga akan saya ikutkan dalam lomba," ujar Bu Hani.

Foto milik Debby diperlihatkan melalui infocus. Kyara menjerit tertahan saat menatap foto itu, ia sangat bahagia melihat senyum di wajah Debby dan Veyza di sana. Namun berbeda dengan Tommy yang geram saat menatap senyum dan sosok dalam foto itu.

Ketika Bu Hani keluar dari ruang Ekskul Photografi, Tommy seharusnya mematikan infocus. Namun dia tak melakukannya.

"Debby!," panggil Tommy.

Debby yang sedang membereskan peralatannya pun menoleh dan menatap Tommy dengan tatapan datar. Berbeda sekali dengan tatapan yang gadis itu berikan untuk Veyza.

"Gue heran sama lo, harapan apa sih yang lo simpan untuk hidup bersama orang seperti Veyza?," sinis Tommy.

Kyara melotot saat mendengar apa yang Pria itu katakan. Semua orang pun tak menyangka kalau Tommy akan melontarkan pertanyaan itu pada Debby yang masih berduka. Namun nyatanya Debby tetaplah datar.

"Veyza itu nggak punya kelebihan apa-apa selain pintar di kelasnya! Lo menaruh harapan apa sama dia? Bergaya pun nggak bisa! Pakaian amburadul, rambut berantakan, sikapnya sok lucu! Sadar Deb, lo hanya berharap sama hal yang kosong!," ejek Tommy.

Debby memasukkan kameranya ke dalam tas seperti biasa, lalu kembali menatap Tommy. Kali ini dengan tajam.

"Vey nggak punya kelebihan apa-apa selain pintar? Nggak masalah tuh buat gue! Dia nggak pintar pun juga nggak apa-apa kok, gue tetap terima! Dia nggak bisa bergaya, bajunya amburadul, rambut acak-acakan..., gue juga nggak masalah sama hal itu. Gue terima dia apa adanya, dengan semua kesederhanaannya, dengan semua kerendahan hatinya. Dan soal sikapnya yang menurut lo sok lucu, buat gue Vey memang lucu. Dia bisa buat gue tertawa bahagia kapanpun dan di manapun. Nggak kaya' elo, yang cuma bisa menyindir dan menyakiti hati gue dengan menjelek-jelekan Vey!," tusuk Debby dengan tepat untuk Tommy.

Tommy hanya bisa terpaku di tempatnya berdiri. Debby  berjalan ke depan ruang Ekskul Photografi dan menatap semua orang yang masih ada di sana.

"Kalau suatu saat nanti kalian suka dan jatuh cinta pada seseorang, tolong, jangan pernah ajukan syarat apapun pada orang itu. Dia nggak perlu bisa bergaya, dia nggak perlu berpakaian mahal, dia juga nggak perlu pakai minyak rambut agar rambutnya rapi. Karena cinta bukan soal penampilan, tapi cinta itu soal hati yang bisa menerima secara apa adanya tanpa menuntut lebih," pesan Debby.

Kyara bertepuk tangan dan diikuti oleh semua orang yang ada dalam ruangan itu. Ia berjalan menyusul langkah Debby yang keluar dari ruangan itu, mereka akan kembali ke rumah sakit bersama-sama.

Tommy tak terima dengan jawaban Debby, ia mengepalkan kedua tangannya erat-erat untuk menahan rasa kesalnya.

'Lihat saja, suatu saat aku akan membuatmu menyesal karena lebih memilih dia!.'

* * *

DeZa ; Ketika Cinta Terpendam Mulai TerungkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang