Kyara memberikan suapan bubur yang terakhir pada Debby. Wajah itu masih pucat dengan seluruh tubuhnya yang lemas akibat ketakutan. Kyara memberikan air minum padanya agar gadis itu tak mengalami dehidrasi.
"Maaf ya Kya, gue bikin lo repot seharian ini," ujar Debby, pelan.
"Nggak repot sama sekali kok Deb, lagipula, yang gendong lo sampai di kamar kan Vey bukan gue," balas Kyara.
Debby melotot seketika setelah mendengar apa yang Kyara katakan.
"Apa??? Vey yang gendong gue ke sini???."
Kyara tersenyum salah tingkah, ia pun segera menganggukan kepalanya ke arah Debby.
"Aduh ya ampun...," Debby menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.
Ia merasa sangat malu pada Veyza karena kejadian tadi. Kini ia bingung sendiri, akan mengatakan apa pada Pria itu.
Tok..., tok..., tok...!!!
Pintu kamar itu di ketuk, Kyara pun membukanya lebar-lebar dan melihat wajah Veyza di sana.
"Hai Vey, masuk," ujar Kyara.
Veyza pun masuk dan langsung memeriksa keadaan Debby yang masih kaget dengan sosoknya yang datang tiba-tiba.
"Hai Kak, gimana keadaan lo? Buburnya udah habis?," tanya Veyza.
"Gu..., gue..., gue...," Debby terbata-bata.
"Udah, istirahat aja kalau memang perasaan lo masih nggak enak. Ini buah-buahan buat cemilan, makan supaya lo merasa lebih segar. Ada Strawberi di situ," ujar Veyza seraya meletakkan plastik berisi buah di samping meja tempat tidur Debby.
Debby menatapnya dengan perasaan tidak enak, kedua matanya berkaca-kaca, namun bibirnya terkunci rapat dan tak ingin mengatakan apapun. Veyza tersenyum ke arahnya.
"Istirahat ya Kak, gue pergi dulu," pamit Veyza.
Debby hanya menganggukan kepalanya. Kyara kembali menutup pintu kamar dan mendekat pada Debby setelah Veyza pergi. Tangannya meraih Strawberi dan mencabut daunnya untuk di berikan pada Debby.
"Veyza panik banget tadi pas lo pingsan di tengah jalan. Dia minta gue berhenti dan langsung menggendong lo sambil lari ke sini," ujar Kyara.
"Dia nggak nanya gue kenapa?," Debby ingin tahu.
"Vey lebih khawatir sama kondisi lo daripada alasan kenapa lo tiba-tiba drop. Tapi Tita yang nanya sama Kak Andra tentang keadaan lo," jawab Kyara.
"Jadi Vey udah tahu semuanya?."
Debby bersiap menangis.
"Udah. Dia ngamuk tadi, dia bahkan nyuruh AL buat cari tahu dari mana Dino bisa masuk lagi ke area sekolah kita. Dia juga teriak-teriak di depan Kak Hendri dan Bu Indri. Dia lepas kendali tapi Difta masih bisa kontrol dia," jelas Kyara.
Debby menatap Kyara dengan wajah yang bingung, namun airmatanya sudah mengalir.
"Deb..., Vey itu suka sama lo. Apa lo nggak sadar?," tanya Kyara.
"Gue ini siapa Kya, sehingga dia bisa suka sama gue?," Debby balik bertanya.
"Lo itu sahabat gue yang paling baik, paling sopan, paling cantik, paling ngeselin kalau narsis lo lagi kumat, paling ngangenin kalau nggak ada, dan paling bisa bikin orang lain penasaran. Salah satunya Vey!," Kyara menekan semua kata-katanya agar Debby mengerti.
Ia menggenggam tangan Debby dengan lembut.
"Selama beberapa bulan ini sejak gue kenal semua anggota Seven B, nggak ada satu pun dari mereka yang pernah menilai seseorang berdasarkan darimana asalnya, berdasarkan masa lalunya, ataupun berdasarkan kastanya. Jadi, lo nggak perlu nanya kaya' begitu Deb. Vey memang suka sama lo, dan itu murni rasa suka dari hatinya sendiri. Lo nggak lihat bagaimana cemburunya dia waktu Dino kembali mengungkapkan perasaannya ke elo, lo nggak lihat bagaimana frustasinya dia saat lo pingsan tadi, dan lo nggak lihat bagaimana khawatirnya dia waktu jam makan siang udah lewat tapi lo belum juga bangun. Dia tulus Deb sayang sama lo," Kyara memberi Debby pengertian.
"Gue takut Kya. Gue takut," hanya itu yang bisa Debby ucapkan.
Dan Kyara mengerti. Satu pukulan berat bagi Debby saat Dino mencoba untuk melecehkannya tahun lalu. Meskipun tidak berhasil karena Bu Indri menyelamatkannya dengan cepat setelah mendengar teriakannya, namun trauma dan rasa takut itu sudah jelas meninggalkan bekas di dalam pikirannya.
"Kamera lo tadi jatuh Deb," Kyara mengalihkan perhatian Debby.
"Rusak dong?," tanya Debby.
"Iya sih tadinya, cuma udah diperbaiki kok," jawab Kyara.
"Siapa yang perbaiki Kya?," tanya Debby lagi seraya memeriksa kameranya.
"Vey."
Tepat sekali jawaban Kyara dengan kedua matanya yang sedang menatap sosok Vey di dalam kameranya. Wajah itu, senyum itu, kekonyolannya. Semua ada di sana. Bahkan aura ketampanannya yang sederhana pun bisa ia lihat dengan jelas.
"Besok jangan sekolah dulu ya Deb, gue dampingin lo ke Dokter besok," pinta Kyara.
"Gue baik-baik aja kok Kya, nggak perlu ke Dokter," ujar Debby.
"Nggak Deb, kondisi lo nggak baik-baik aja. Pokoknya besok lo harus ke Dokter," Kyara tak ingin Debby membantah yang satu itu.
Gadis itu memang selalu tegas jika sudah bicara menyangkut dengan kesehatan Debby. Ia tak pernah mau Debby kenapa-napa.
Tok..., tok..., tok...!!!
Lagi-lagi pintu kamar di ketuk, Kyara pun kembali membukanya lebar-lebar. Kali ini sosok Farel yang mereka lihat berada di ambang pintu. Pria itu tersenyum pada Kyara dan melambaikan tangannya pada Debby, sehingga Debby pun membalas lambaian tangannya seraya tersenyum.
"Gue di daulat menjadi ajudannya Vey hari ini," ujar Far.
"Hah? Di daulat?," tanya Kyara tak percaya.
Debby terkikik geli.
"Udah dilantik belum? Pakai ada acara di daulat segala," tanya Debby.
"Udah tadi..., Alex yang jadi saksi di pelantikannya," jawab Farel.
Pria itu masuk dengan membawa sebuah kotak ukuran besar dan meletakkannya di atas tempat tidur Debby. Debby melotot saat menatap ke arah kotak itu.
"Ini isinya apaan?," tanya Debby.
"Yang jelas isinya bukan Veyza Aldebaran ya! Karena sudah sangat jelas dia nggak muat diam di dalam kotak itu dan nggak sanggup gue gendong dia ke atas sini!," jawab Farel, konyol.
HAHAHAHAHA!!!
Debby kembali tertawa, sementara Kyara sibuk memukuli bahu Farel yang konyolnya selalu saja kumat setiap saat. Kotak itu di buka dan sebuah boneka beruang besar berwarna pink mencuat dari dalamnya.
"Ahhh..., teddy bear!!!," seru Debby senang lalu segera memeluk boneka itu dengan erat.
Farel mengacungkan Ibu jarinya diam-diam ke arah Kyara. Kyara pun mengerti kalau Vey sengaja membelikan boneka beruang itu untuk menghibur Debby.
"Kya..., fotoin!!!," pinta Debby sambil memberikan kameranya.
Kyara benar-benar mengambil foto Debby dengan boneka beruang pink raksasa itu.
"Oke, gue pamit dulu ya. Tapi..., ada yang harus gue sampaikan buat Kak Debby dari Vey. Dia bilang kalau gue kasih bonekanya jangan lupa sampaikan pesannya," ujar Farel.
"Apaan..., apaan??? Cepet bilang...," Debby tak sabar.
"Burung gelatik hinggap di kawat, daun semanggi di atas sekuter, Kak Debby yang cantik selamat istirahat, besok pagi gue antar ke Dokter!."
Debby pun kembali tertawa sambil memeluk boneka beruangnya, Farel pamit dan pergi ke kamarnya di lantai dua. Kyara menutup pintu dan menghampiri Debby.
"Gimana? Mau kan ke Dokter? Vey sendiri yang mau anterin lo..., jangan buat dia kecewa karena dia nggak pernah mengecewakan lo," bujuk Kyara.
Debby pun mengangguk.
"Iya..., gue mau pergi ke Dokter," jawab Debby.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
DeZa ; Ketika Cinta Terpendam Mulai Terungkap
Teen Fiction[COMPLETED] Sejak kapan aku tertarik pada satu sosok yang baru saja kulihat secara sekilas? Selama ini dunia SMA-ku hanya berputar pada pelajaran dan ekstrakurikuler photografi kesukaanku saja. Bahkan setiap kali ada surat cinta yang tersimpan di la...