2

107 35 4
                                    

Bel sekolah sudah berbunyi, semua murid bergegas untuk pulang ke rumah. Mungkin hanya satu kelas yang masih utuh. Di kelas XI IPA 2 walau bel sudah berbunyi tetapi belum ada dari mereka yang pulang.

"Jadi---"

"Pak," panggil Cevilla.

Guru yang masih betah mengajar di kelas itu pun menoleh ke arah Cevilla.

"Sudah bel, Pak."

Segera guru itu melihat jam yang digunakannya lalu menepuk pelan keningnya.

"Oh, maafkan saya. Baik kelas akan saya tutup sampai di sini. Terimakasih," kata guru itu dan beranjak pergi.

Semua murid kelas itu bersorak gembira akhirnya dapat pulang.

"Untung aja lo bilang gitu, Cev. Coba kalau enggak? Bisa 1 jam kelas tambahan mendadak kayak waktu itu."

Cevilla nyengir. Benar kata teman kelasnya itu. Pernah kelasnya mendadak ada tambahan 1 jam setelah bel berbunyi karena guru yang mengajar tidak mendengar atau tidak tahu jika sudah bel pulang

"I'am backk!" teriak Doni.

Seisi kelas menatap ketua kelas alias Doni dengan wajah datar. kelakuan ketua XI IPA 2 itu memang kadang aneh, walau begitu dia baik.

Mereka semua bergeleng-geleng setelah Doni keluar. Berbondong-bondong murid IPA 2 meninggalkan kelasnya. Menyisakan Nada, Selin, Cevilla, dan Ilana yang masih duduk.

"Mau main?" tanya Ilana.

Serentak ke-3 nya menoleh ke arah Ilana. Nada, Selin, dan Cevilla kompak menggeleng. Sedangkan Ilana menghembuskan napas kecewa.

"Kapan-kapan aja main ke rumah lo. Gue ke tempat Ayah kerja dulu," kata Nada.

Ilana mengangguk.

"Mungkin minggu kita bisa kumpul," saran Selin.

Mereka mengangguk dengan ide Selin.

"Ya udah. Gue balik, ya. Bye," pamit Nada.

"Hati-hati."

Nada berjalan menyusuri lorong sekolah, ada beberapa murid di lapangan. Mereka sedang eskul basket.

Di tiang bendera terlihat ada pasukan paskibra yang sedang berlatih. Ia tersenyum melihat masih banyak lagi ekstrakulikuler yang sedang berlatih di lapangan.

"Mereka rajin eskul. Gue mah males banget," gumam Nada.

Menuju parkiran sekolah ia mengeluarkan sepeda motor kesayangannya. Kemudian dengan santai Nada mengendarai motornya lalu pergi dari area sekolah.

Sepanjang perjalanan semilir angin menerbangkan rambutnya yang panjang. Ia senang sekali dengan jalanan yang tak terlalu padat, cukup lenggang.

Tak terasa ia sudah berada di depan rumah sakit tempat Ayahnya bekerja. Nada memarkirkan motor lalu berjalan memasuki rumah sakit. Tiba-tiba ponselnya bergetar, Nada melihat siapa yang mengirimkannya pesan.

Ayah:
Nada udah sampe rumah sakit? Kalau sudah, nunggu taman aja ya, Nak. Nanti ayah ke sana. Oke.

Lalu Nada menjawab 'Oke' dan mengirimnya. Dengan langkah ringan ia mulai berjalan ke arah taman rumah sakit.

Banyak sekali orang yang berlalu-lalang. Ia suka sekali melihat banyak pasien yang asik duduk untuk menghirup udara segar bersama keluarganya.

Terkadang Nada ikut bermain dengan anak kecil yang menjadi pasien di rumah sakit itu. Menurutnya bermain dengan anak kecil sangat menyenangkan.

Merasa ada yang memerhatikan lantas ia menoleh ke kanan. Benar dugaannya. Ada seseorang yang sedang menatapnya. Seorang laki-laki yang tak sengaja ia perhatikan karena pandangan kosong yang terlihat dari sorot mata laki-laki itu.

Masih sama seperti waktu pertama ia melihat laki-laki itu. Ketika tak sengaja ia memergoki pria tersebut menatapnya diam-diam, pria itu langsung mengalihkan pandangannya.

"Dasar," gumam Nada.

"Eh."

Nada teringat sesuatu, lalu menatap laki-laki itu kembali. Dahinya berkerut. Ia mulai melangkah ke tempat pria itu duduk.

"Nada."

Ia menoleh dan mendapati ayahnya berjalan ke arahnya. Gagal sudah rencananya yang ingin menghampiri laki-laki itu.

"Ayah," panggil Nada.

"Sudah makan?" tanya ayah nada.

Nada menggeleng.

"Ya sudah. Ayo, ke kantin rumah sakit."

Ia menatap ayahnya bingung, tapi yang ditatap hanya tertawa pelan.

"Pekerjaan ayah sudah selesai. Kalau kamu makan setelah tiba di rumah pasti kelamaan dan perutmu akan berbunyi," ejek ayahnya.

Dengan kesal ia menggerucutkan bibirnya.

"Ayah," rengek Nada.

"Haha maafkan ayah. Ayo, kita makan. Kamu bebas memilih makanan apa saja begitu juga dengan minumannya termasuk es krim."

Matanya berbinar mendengar ajakan Ayah nya. Jarang sekali ia bisa memakan es krim, karena lelaki paruh baya di depannya akan selalu melarangnya memakan es dalam bentuk apapun.

"Siap laksanakan," ujar Nada lalu tertawa.

"Ayo." Kedunya berjalan meninggalkan area taman.

Tanpa Nada dan ayahnya ketahui, laki-laki yang Nada tatap tadi menyunggingkan senyum.

"Semoga kita bertemu lagi," kata laki-laki itu.

***

Halo, teman-teman👋

Bagaimana cerita aku? Mau tahu siapa laki-laki itu? Yuk, ikuti terus cerita aku 😊

Jangan lupa untuk vote and komen ya^^

Makasih juga sudah membaca cerita aku 💚

Jangan lupa next ➡

Terimakasih

Happy reading 📖

Tbc

NADA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang