5

61 15 2
                                    

"Baik, saya akhiri pelajaran hari ini. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, Pak."

Bel pulang di Sma Mars sudah berdering beberapa menit yang lalu membuat semua murid bergegas ingin pulang dan merebahkan diri di kasur empuk mereka.

"Selin, gue pinjam catatan lo ya," pinta Nada.

Kemudian Selin memberikan sebuah buku bersampul coklat. Buku yang ia pinjam adalah catatan Fisika. Seharusnya saat pelajaran itu berlangsung semua murid mencatat tapi tidak dengan Nada. Ia terlalu malas mencatat dan hanya memandang ke luar jendela.

"Lo nggak catat materi Fisika yang dijelasin?" tanya Cevilla.

Nada menggeleng.

"Kayaknya Bu Mina nggak lihat Nada lagi ngelamun di kelas dan nggak buat catatan, ya?" tanya Ilana.

"Mungkin," jawab Nada.

Selin hanya memandang Nada sekilas lalu beranjak dari duduknya.

"Kalau sampe Bu Mina tahu lo nggak catat waktu itu, gue pastiin lo dikeluarin lagi dari kelas dia," kata Selin.

Mereka melongok menatap selin yang bisa berbicara panjang lebar.

"Wow!"

"Selin bisa ngomong sepanjang itu?!" pekik mereka serempak. Sedangkan Selin memandang datar ke tiga sahabatnya.

"Banyak-banyak ngomong ya Sel," celetuk Ilana.

Selin tak menjawab, ia pergi keluar kelas.

"Ilana salah bicara, ya."

Ilana tertunduk. Ia takut salah bicara dan membuat Selin marah. Tapi tepukan di pundaknya membuat ia tersentak.

"Selin nggak akan marah, apalagi sama lo."

"Beneran?"

Nada mengangguk.

"Yuk, balik," ajak Cevilla. Keduanya mengangguk lalu mengikuti Cevilla yang sudah berjalan keluar lebih dulu.

Nada berjalan kebelakang sekolah untuk mengambil motornya. Tadi pagi ia telat dan terpaksa meletakkan motornya di belakang sekolah.

Sesampainya di warung belakang sekolah sudah banyak murid Sma Mars yang di dominasi oleh kaum laki-laki. Mereka duduk sekadar melepas penat sehabis sekolah atau mungkin bolos di jam terakhir.

"Yo, Nada!"

Gadia itu menoleh mendapati laki-laki yang ia kenal. Sebenarnya hampir semua yang ada di warung itu dikenalnya, alasan ia kenal adalah sering bolos dan tanpa disangka bertemu mereka semua.

"Yo, Bang Ezra!" sahutnya.

Mereka menyapanya saat datang untuk mengambil motor.

"Sini, Dek. Makan," kata Bang Alano.

Ia menggeleng, sebenarnya perutnya sudah berbunyi tapi ia menolak ajakan Kakak kelasnya itu. Setelah mengambil motor kesayangannya ia menoleh ke arah mereka yang asik bersantai di warung.

"Mau pergi kali, Dek?"

"Iya, Bang. Gue duluan ya semua," pamit Nada mereka

"Hati-hati!"

"Jangan ngebut, Dek!"

Nada mengangguk lalu mengendarai motornya. Meski mereka yang ada di warung terlihat seperti anak-anak nakal, tapi mereka baik. Bahkan mau membantunya saat telat atau bolos.

Mereka juga kadang diikut sertakan dalam beberapa lomba ekstrakulikuler di sekolah walau tak mengikuti ekstrakulikuler apapun. Alasan mereka diikut sertakan adalah kemampuan mereka yang setara dengan anggota ekstrakulikuler tersebut.

NADA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang