22

38 7 0
                                    

Pagi ini kelas XI IPA 2 sangat ramai seperti pasar. Setelah Doni dari ruang guru, dan mengatakan guru yang mengajar pagi ini tak datang membuat seisi kelas bersorak gembira.

"Oi! Kanan!"

"Kiri! Buntel!"

"Maju!"

"Yah! Kalah, kan!"

Itu adalah suara kelompok laki-laki yang sedang bermain game bareng.

"Parah, sih!"

"Gue lihat si ganteng jalan sama si jelek itu."

"Nggak nyangka gue," ujar seorang gadis dengan rambut dikuncir miring.

Mereka adalah tukang gosip kelas yang selalu update jika ada hot news. Masih ada beberapa kelompok di antaranya Kutu Buku, dan kelompok senyap.

"Eh, kita ke atap aja mendingan?" saran Cevilla.

Nada menggeleng. Pada jam segini biasanya Pak Killer memutari setiap sudut sekolah terkecuali kamar mandi perempuan. Jika mereka ke sana dan bertemu Pak Killer maka habislah riwayat mereka. Meski sering mendapat hukuman paling tidak hari ini libur sejenak untuk menghindari hukuman.

"Nggak mood lah gue," ujar Nada.

Cevilla manyun. Kemudian gadis itu pergi ke meja Ilana dan Selin.

"Kalau sekarang dia lagi apa, ya," gumam Nada sambil menatap langit.

Ketika memandangi langit yang cerah di atas sana ia teringat seorang pria yang tak sengaja ia lihat di rumah sakit dengan sorot mata yang kosong. Pria tersebut kini menjadi teman bahkan objeknya. Rasa bersalah karena menjadikan pria itu sebagai objek pun terasa. Meski begitu, pertemanan yang ia jalinan dengan pria tersebut bukanlah palsu.

Tiba-tiba ia merasa ada seseorang yang duduk di sebelahnya. Saat menoleh, ia mendapati temannya yang berjenis kelamin laki-laki dengan senyum tengil.

"Pergi sana," usir Nada.

Cowok di sampingnya tak mau pergi melainkan merebahkan kepalanya di atas meja lalu menatapnya.

"Nggak mau," ujarnya.

Karena malas meladeni cowok di sampingnya ia pun kembali menatap awan yang mengikuti arah angin.

"Kenapa hari ini cerah?" tanya cowok yang ada di sampingnya.

Ia tak menjawab apalagi menoleh. Terdengar helaan napas dari cowok di sebelahnya.

"Karena cewek di samping gue tersenyum maka hari ini cerah seperti senyumnya," kata cowok itu.

Masih dengan pendiriannya yang tak mau menoleh dan melihat cowok itu. Namun, usaha cowok tersebut untuk membuat ia menoleh pun hampir meruntuhkan egonya.

"Kamu bagaikan bunga mawar. Cantik namun berduri. Untuk dapat memilikimu aku harus berusaha agar tak tertusuk durimu agar bisa mendapatkanmu sepenuhnya."

Telinga terasa panas mendengar gombalan pria di sampingnya. Namun, bukan hanya gombalan dari pria itu yang membuatnya kesal melainkan bisik-bisik dari teman-temannya yang duduk sebangku dengan laki-laki di sampingnya ini.

"Karena gue nggak mau menimbulkan isu yang nggak bermutu lebih baik lo balik ke tempat duduk!" suruh Nada.

Tak ada jawaban atau suara di sampingnya. Senyum terukir saat pria itu akhirnya pergi. Ia pun menoleh ke samping namun apa yang diharapkan tak sesuai kenyataan.

"Lo mikir gue balik ke tempat duduk, hm?" ujar laki-laki itu.

Ia memutar bola mata malas. "Balik sana!" sentaknya.

NADA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang