11

47 11 0
                                    

Panas matahari membuat siswa dan siswi yang sedang dijemur merasa sekujur tubuhnya dibanjiri keringat. Siswi yang telat lebih sedikit dibanding dengan siswa. Salah satu siswi tersebut ialah Nada.

"Gila! Panas!"

Cewek di sampingnya sedari tadi hanya mengeluh dan membuat telinganya panas. Embusan napas terdengar setiap kali cewek di sampingnya mengeluh sambil berteriak.

"Cape---"

"Kak!" seru Nada.

Sebenarnya cewek di sampingnya adalah kakak kelas. Tapi masa bodo dengan kakak tingkatnya itu. Telinganya sudah panas mendengar segala protes dan keluhan yang dilontarkan manusia di sampingnya.

"Apa?" jawab kakak kelasnya dengan wajah cemberut.

Baru ingin membuka mulut perkataannya disela kakak tingkatnya itu. "Lo adek kelas, kan? Pasti mau protes gegara gue berisik, ya?"

Nada mengangguk.

"Gue tahu lo kesal karena kelakuan gue. Tapi ini bentuk perlawanan biar kita nggak dijemur terus-terusan!"

Bukan ia saja yang mendengar perkataan kakak tingkat berjenis kelamin perempuan itu melainkan semua murid yang telat ikut mendengar.

Wajah konyol setelah cewek di sampingnya mengatakan itu nampak jelas di wajah murid yang telat.

"Kalian... kenapa?" tanya Kakak tingkatnya itu.

Segera Nada mengendalikan ekspresinya yang tak karuan karena keanehan Kakak kelasnya itu.

"Kak, kalau memang telat pasti berakhir begini. Jadi, Kakak nggak usah menunjukkan perlawanan bagaikan di medan perang!" seru Nada.

Terdengar sahutan dari mereka yang mendengarkan ucapan Nada. Tak lama bel berbunyi membuat Kakak kelas di sampingnya berteriak kegirangan dan sekali lagi membuat telinganya sakit.

"Please, Kakak berisik!"

Bukannya memarahi dirinya yang tak sopan melainkan Kakak tingkatnya itu tersenyum ramah padanya.

"Lain kali kalau gue telat wajib ada lo, ya. Bye, Nada!" Kemudian Kakak kelasnya yang berisik itu pergi.

"Lah, dikira gue apaan wajib ada pas dia telat! Aneh!" gerutu Nada.

***

Jam pelajaran sudah berganti sejak tadi. Bangku yang biasa diduduki oleh gadis bernama Nada belum juga diisi. Pemiliknya entah mengapa tak mendudukinya meski sudah berganti pelajaran sampai jam istirahat.

"Parah! Nada nggak sekolah kali, ya. Masa dia nggak datang dua mata pelajaran?"

Teman-temannya hanya menghelas napas. Guru yang mengajar pun menanyakan keberadaan gadis itu namun tak ada yang mengetahuinya begitu juga dengan para sahabatnya. Tak ada surat izin yang diantar oleh TU.

"Nada kebiasaan, nih. Ilang masa," gerutu Ilana.

Selin hanya menghelas napas kemudian menatap keluar jendela.

"Cari, yuk. Kali aja dia nyasar kemana gitu," usul Cevilla.

Ilana mengangguk hanya Selin yang masih terdiam sambil memandang keluar jendela.

"Selin!" seru kedua gadis itu.

Tak ada pergerakkan dari Selin membuat keduanya geram.

"Selin!!" seru Ilana sambil menggoyang-goyangkan lengan Selin.

"Apa?" tanya Selin datar.

Keduanya menggeram. Memang Selin itu terkadang menyebalkan sampai tak bisa diajak kompromi.

NADA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang