Seorang cowok bertubuh tinggi dengan pakain casual memasuki kamar seorang gadis yang masih tertidur. Cowok itu menggelengkan kepala melihat cewek tersebut tidur dengan tidak elite-nya.
"Oi! Dek bangun!!" teriak Alaska.
Nada mengerjapkan matanya. "Loh, Abang kok di sini?" tanyanya.
Alaska duduk di pinggir kasur.
"Nggak senang gue di sini?"
Gadis itu menjadikan lengan abangnya sebagai sandaran. Kemudian ia memejamkan matanya.
"Senang aja," balas Nada.
Alaska mengusak pelan rambut adiknya. Sudah berapa hari tak bertemu membuat ia rindu pada adiknya tersebut.
"Rumah sepi nggak ada lo," kata Alaska.
Gadis itu masih asik memejamkan matanya. Alaska menghela napas ketika mendengar dengkuran halus sang Adik.
"Emang dasar tukang tidur," cibir Alaska.
Tanpa bersalah Alaska berdiri membuat Nada yang sedang bersandar di lengannya terjatuh.
"Aduh! Abang tega!"
Alaska mengedikkan bahu.
"Bunda sama Ayah mau ngajak makan di luar, lo kalau nggak mau ikut ya nggak apa-apa." Setelah mengatakan itu Alaska keluar.
Karena efek bangun tidur, otaknya masih tak mengerti ucapan abangnya. Sedetik kemudian ia terbelalak.
"Bunda! Ayah! Abang! Nenek! Kakek! TUNGGUIN NADA!"
Suara Nada terdengar sampai ke lantai 1, membuat mereka menghela napas.
"Anak itu," ucap Devan sambil menggelengkan kepala.
"Dasar," gumam Kakek.
Sedangkan Nenek dan Melodi hanya terkekeh. Tak lama derap kaki terdengar dari tangga.
"Let's go!"
Mereka menatap gadis itu datar. Merasa ditatap keluarganya ia menoleh.
"Lah, kok pada diam?" tanya Nada dengan ekspresi polos.
Serempak mereka menggeleng. Devan berdiri lalu mengambil kunci mobil. Sedangkan yang lain menyusul ke garasi.
"Bang, gue baru aja download anime," ucap nada.
Alaska menoleh. "Nanti di mobil kita nonton."
"Oke."
Sepanjang perjalanan menuju restoran, keduanya asik menonton anime yang baru didownload oleh Nada. Tak terasa perjalanan yang menempuh waktu 30 menit pun sampai.
Rumah makan tersebut ialah tempat yang sering mereka kunjungi. Tempatnya sederhana, mereka duduk tanpa menggunakan bangku. Di samping rumah makan terdapat pepohonan yang rindang. Jadi siapa saja yang datang ke sana dijamin tak akan kepanasan karena semilir angin yang menyejukkan.
"Bang, lo pesan apa?" tanya Nada.
Terdengar gumaman dari Alaska. Kemudian abangnya menunjuk kepiting asam manis.
"Gue mau ini. Lo?"
"Ikut aja dah," ujar Nada.
Setelah mereka memesan makanan, tak butuh waktu lama pesanan mereka datang. Harum makanan yang baru matang sangat menggugah selera makan.
"Ayah, ayo pimpin doa," ucap Melodi.
Devan pun memimpin doa. Selesai berdoa mereka makan dengan keadaan hening. Nada yang kesusahan mengambil daging kepiting pun menghela napas lelah.
"Nih." Alaska menaruh daging kepiting ke piringnya.
"Makasih, Abang," ucap Nada.
Devan dan Melodi yang melihat kelakuan anak-anaknya pun saling berpandangan. Kemudian Devan menyuapi Melodi dengan sesuap nasi beserta lauknya.
"Jadi, ini acara makan bersama atau apa?" tanya Nenek dengan wajah cemberut.
Mereka tertawa. Lalu Kakek mengusap kepala Nenek.
"Mau kusuapi juga?" tanya Kakek dan diangguki pelan oleh Nenek.
Nada dan Alaska terkekeh melihat orangtuanya yang asik bersuap-suapan begitu juga dengan Nenek dan Kakeknya.
"Tahu begitu gue bawa pacar," gumam Alaska.
Mendengar kata 'Pacar' membuat Nada menoleh.
"Wah, Abang punya cewek!" seru Nada.
Alaska panik. Kedua orangtuanya sudah menatapnya penuh pertanyaan. Sedangkan Nenek dan Kakeknya masih asik bersuap-suapan makanan.
"Eh, en-engga, kok. Oh, Nada juga lagi dekat sama cowok yang ada di samping rumah Nenek!"
Nada melotot ke arah abangnya. Alaska tersenyum penuh kemenangan.
"Ng-nggak, kok!" seru Nada.
Devan tersenyum miring. "Jadi, anak ayah sudah dekat sama cowok, ya. Pantes aja pas dihukum untuk tinggal di rumah Nenek malah kesenangan," cibir Devan.
"Anak bunda udah besar," ucap Melodi.
Merasa terpojok lantas ia menunduk menatap sepatu yang digunakannya.
"Oh, gitu. Pantesan pas hari pertama di rumah Kakek, Nada bareng tetangga," sindir Kakek.
Sontak ia mengangkat kepalanya. Wajahnya memerah. Ia menoleh ke samping terlihat abangnya tersenyum penuh kemenangan.
"Awas, lo!" bisik Nada.
"Bodo," balas Alaska.
Devan melihat kedua anaknya saling melempar pandangan tajam pun menarik sebelah alisnya.
"Jangan-jangan Abang juga bantuin Adek buat dekat sama cowok itu, ya?!" tuduh Devan.
Keduanya menoleh kemudian Alaska menggeleng sedangkan Nada mengangguk.
"Lah, mana yang benar?" tanya Melodi.
"Nada!"
"Alaska!"
Keduanga kompak menyerukan nama masing-masing agar tak disalahkan. Kakek menghela napas lelah.
"Nanti malam kalau mau ke rumah tetangga aja. Biar tahu anaknya yang mana," saran Kakek.
"No!" seru Nada.
"Yess!!" teriak Alaska.
Dan lagi keduanya menjawab bersamaan lalu saling melempar pandangan tajam. Sedangkan orangtua serta Nenek-Kakek mereka menghela napas lelah.
Tak terasa malam pun tiba. Keluarga Devan tengah berkumpul di ruang tengah. Meski tengah berasa di rumah Nenek-Kakeknya, Nada maupun Alaska tak mengubah kebiasaan mereka yaitu memakan brownies dan minum jus alpukat sambil menonton anime.
Tiba-tiba terdengar bunyi bel. Nenek segera membuka pintu. Ketika ia menoleh ke samping untuk melihat siapa yang datang, ia terbelalak.
"Angkasa?!"
Cowok itu tersenyum manis ke arahnya. Alaskan tersenyum miring ke arah adiknya.
"Ayah, Bunda, kenalkan dia adalah Angkasa. Tadi pagi, kita semua bicarain cowok yang lagi dekat sama Adek, kan? Nah, Angkasa adalah cowok itu," ungkap Alaska.
Kedua orangtuanya menoleh ke arahnya. Ia menunduk seketika. Alaska menyeringai menatap adiknya. Sedangkan Angkasa tersenyum kaku.
"Oh, jadi ini anak muda yang mendekati anak saya," ucap Devan dengan wajah datar.
Mampus gue.
***
Halo selamat malam 👋
Jangan lupa vote and komen ya 📌
Jangan lupa next ➡
Terimakasih sudah baca cerita aku 💚
Happy reading 📖
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
NADA [COMPLETE]
Teen FictionSeorang gadis SMA melakukan pengamatan atau bahasa kerenya adalah observasi. Biasanya observasi dilakukan pada fenomena alam, tidak dengan gadis itu. Ia melakukan observasi pada makhluk hidup alias manusia. Bukan pengamatan seperti meneliti organ ma...