10

58 13 3
                                    

Bel pulang sekolah sudah berdering sejak 1 menit yang lalu tapi belum ada satu pun murid dari kelas XI IPA 2 yang pulang. Doni si ketua kelas menyuruh teman-temannya untuk stay di tempat. Begitu kelas selesai oleh guru terakhir yang mengajar segera Doni berdiri di depan kelas.

"Pengumuman!" seru Doni.

Mereka yang awalnya membereskan peralatan sekolah seketika hening saat Doni mengatakan 'Pengumuman' di depan mereka.

"Hm."

Doni berdeham lalu menatap semua teman-temannya yang sedang menatapnya bingung.

"Sorry kalau gue ganggu keinginan kalian untuk pulang. Tapi, ada pengumuman yang wajib gue sampaikan ke kalian soal ulangtahun sekolah," jelas Doni.

"Jadi?" tanya salah satu murid kelas itu.

"Akan ada beberapa lomba yang akan dilaksanakan nantinya. Setiap kelas mengirim perwakilan."

Mereka semua mengangguk.

"Lombanya apa aja?"

Doni memegang dagunya sambil menyilangkan tangannya. "Banyak, kalau gue sebutin kalian bakal bosen. Di grup kelas aja gue jelasinnya, ok! Sekian dari Doni yang ganteng. Terimakasih," ucap Doni kemudian pergi dari kelas menyisakan teman-temannya yang memandang ketua kelasnya dengan datar.

"Dasar ketua somplak!" seru mereka.

Semua murid meninggalkan kelas untuk pulang ke rumah. Begitu pun juga Nada dan teman-temannya.

"Nada!" tegur Ilana.

Sedari tadi gadis itu hanya melamun sambil memegang dagu.

"Eh, kenapa?" tanya Nada linglung.

Teman-temannya menatap dirinya datar. Ia menggaruk tengkuknya lalu menoleh ke arah lain.

"Lo ngelamun," celetuk Selin.

Ilana dan Cevilla mengangguk membenarkan perkataan Selin.

"Kenapa, sih, Nad?" tanya Cevilla.

Kemudian Nada menoleh ke atah teman-temannya dan tersenyum.

"Gue nggak apa-apa," jawab Nada.

Sesampainya di parkiran sekolah, Nada menaiki motor kesayangannya. Sebelum pergi ke depan gerbang ia ingin mengirim pesan kepada Abang itu lebih dulu.

Abangnyebelin!
Bang, gue mau ke rumah sakit dulu. Lo masak sendiri bisa, kan?

Setelah mengirim pesan ke Abangnya ia memasukkan handphone ke dalam tas lalu mengendarai motor ke gerbang sekolah.

"Teman-teman! Nada balik duluan, ya!" seru Nada.

"Tumben?" tanya Cevilla.

Nada nyengir.

"Mau kemana, Nada?" tanya Ilana dengan wajah polosnya.

"Sesuatuu," kekeh Nada.

Ilana merengut.

"Pergi sana," usir Selin.

Giliran Nada yang menatap selin sebal. Gadis berhati dingin seperti Selin memang suka berkata pedas.

"Iya, iya. Byee," pamit Nada.

"Hati-hati!"

Nada mengendarai motornya dengan kecepatan 40 km/jam. Ia ingin menikmati perjalanannya tanpa terburu-buru. Sepanjang jalan yang dilewatinya banyak sekali toko makanan dan itu membuatnya lapar. Tak terasa ia sudah sampai di parkiran rumah sakit. Setelah memarkirkan motor ia melangkah ke dalam rumah sakit.

NADA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang