15

43 9 0
                                    

Saat ini Nada dan Angkasa berada di parkiran sekolah. Nada menunggu Angkasa mengeluarkan motor, laki-laki itu memaksanya pulang bersama meski sudah ia tolak.

"Ayo."

Nada mengangguk. Keduanya keluar dari gerbang sekolah. Hari ini sangat sejuk karena awan hitam menutupi langit.

"Kayaknya mau hujan, deh," ujar Nada.

Angkasa tak menjawab karena fokus mengendarai. Tak lama rintik hujan turun membasahi bumi.

"Pegangan!" seru Angkasa.

Ia pun memegang bahu Angkasa tapi ada tangan yang menuntunnya untuk melingkari perut laki-laki itu.

"Gue nggak mau lo terluka karena gue ngebut," kata Angkasa.

Rintik hujan semakin deras menjadi tetesan hujan yang membasahi bumi. Keduanya sampai pada warteg yang tak begitu ramai oleh pengunjung.

"Basah." Nada cemberut karena pakaian yang digunakannya basah.

"Sorry, ya. Pakaian lo jadi basah," sesal Angkasa lalu mengambil sebuah jaket hitam dan memakaikannya ke tubuh Nada.

"Eh lo---"

"Daripada lo kedinginan, kan?"

Nada tersenyum. "Makasih," ujarnya.

Angkasa menoleh ke belakang kemudian berjalan meninggalkan Nada. Tak lama ia kembali membawa segelas teh hangat.

"Nad, yuk duduk di sana dulu. Tapi lo keberatan nggak?"

Angkasa menyuruhya duduk di salah satu bangku di warteg itu. Walau tak ramai pengunjung, warteg tersebut cukup bersih.

"Oke," balas Nada.

Keduanya duduk di salah bangku, dan disuguhi minuman hangat. Nada yang sibuk dengan ponselnya karena menonton anime. Sedangkan Angkasa hanya memperhatikan gadis manis di sampingnya.

"Nada," panggil Angkasa.

Gadis itu masih fokus dengan anime-nya tak menoleh sedikit pun.

"Nada," panggil Angkasa lagi.

Angkasa menghembuskan napas sejenak. "Nada!"

"Eh, kenapa?" tanya Nada dengan wajah polos.

"Hujannya udah reda." Nada menoleh ke arah langit, dan benar sudah tidak hujan.

"Ayo, balik," ajak Nada.

"Ayo."

Keduanya melanjutkan perjalanan setelah menghangatkan diri dengan berteduh di warteg.

"Lo nggak kedinginan?" tanya Nada.

Angkasa menggeleng.

"Ck, nggak kedinginan dia bilang," cibir Nada.

Nada melepas jaket yang dipakainya kemudian memakaikannya pada punggung Angkasa.

"Lo pake aja jaket gue," ujar Angkasa.

"Nggak!"

Tak terasa keduanya sampai di rumah. Nada langsung turun dari motor Angkasa dan mengucapkan 'Terimakasih' lalu masuk ke dalam rumah.

"Wah, ada yang baru pulang sama pacar, ya."

Memasuki rumah sudah ada Kakek yang sedang bersandar di tembok.

"Nggak, Kek."

Kakeknya tersenyum miring. "Masa? Tadi pagi Kakek lihat kamu berangkat sama tetangga, nggak bawa motor, ka? Terus baliknya sama bareng juga."

Skakmat.

"Anu, Kek, hm."

"Anu apa Nada," ujar Kakek dengan menekan setiap kata.

"Iya, deh Nada jujur. Tadi Angkasa ajak Nada berangkat dan pulang bareng," kata Nada.

"Hm. Seberapa dekat kamu sama anak tetangga?" tanya Kakek.

"Biasa aja, Kek," jawab Nada.

Kakek mengelus kepala Nada lalu pergi. "Loh? Gue nggak dimarahin?" Nada melongo menatap kepergian Kakeknya.

"Baguslah," gumam Nada.

Malamnya Nada sudah bersiap pergi ke suatu tempat. Ia hanya memakai baju lengan panjang, celana jeans, dan sepatu sneakers. Ketika turun ke bawah, ada Neneknya yang sedang menyiapkan makan malam.

"Halo, Nenek," sapa Nada.

Nenek menoleh kemudian dahinya berkerut.

"Nada mau ke mana?"

"Mau ke rumah sakit, Nek," balas Nada.

"Nada sakit?"

Ia menggeleng. "Nada mau ketemu sama seseorang di sana."

Neneknya mengangguk-anggukan kepala.

"Ya sudah hati-hati. Tidak bersama anak sebelah?" goda Nenek.

Wajahnya terasa panas ketika Nenek menggodanya.

"Nenek," rengek Nada.

"Wah, ada yang ingin berangkat bareng lagi, ya," goda Kakek yang tiba-tiba datang.

Nada menggeleng kuat. "Nggak, Nek, Kek," ujar Nada.

Nenek dan Kakeknya tertawa melihat dirinya terpojokkan.

"Ya sudah, Nada berangkat," pamit Nada.

"Hati-hati."

Nada berjalan ke garasi dan mengambil motor. Ia melewati jalanan yang cukup ramai di malam hari karena tak ingin hal buruk terjadi jika melewati jalan yang sepi. Tak terasa ia sudah sampai di rumah sakit.

Sesampainya di koridor ia merasa bulu romanya meremang. Teringat film horor yang berlokasi di rumah sakit membuat ia mempercepat langkah. Ketika hampir sampai di ruangan Langit, ia melihat 3 orang laki-laki yang keluar dari ruangan tersebut. Wajah ke-3 nya tak begitu jelas terlihat karena ia hanya melihat dari samping.

"Mereka siapa, ya," gumam Nada.

***

Halo selamat siang 👋

Terimakasih sudah baca cerita aku 💜

Jangan lupa vote and komen ya 📌

Jangan lupa next ➡

Happy reading 📖

Tbc.

NADA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang