"Duh, mampus gue! Udah jam 7 kurang 5 menit lagi," gumam Nada.
Pagi ini ia telat karena tadi malam marathon anime bersama Abangnya. Tapi yang membuatnya kesal sekaligus heran adalah kenapa Abangnya itu bisa bangun pagi dan tak membangunkannya.
"Dasar Abang kampret!"
Karena terlalu terburu-buru ia selalu menyalip motor atau mobil yang menghalangi jalannya. Berkali-kali ia diklakson oleh pengendara motot atau mobil tapi tak ia hiraukan, yang terpenting adalah datang ke sekolah meski telat.
"Yah... gerbangnya ditutup," desahnya.
Tak kehabisan akal ia mengendarai motornya ke belakang sekolah lalu memarkirkan motornya di warung belakang dekat dengan sekolah. Setelah itu ia berjalan ke belakang sekolah dan menatap dinding yang menjulang tinggi.
"Heh, ngapain lo."
Ia menengok ke belakang ternyata ada teman sekelasnya yang juga terlambat.
"Telat gue."
"Bentar gue ambil tangga."
Temannya itu bernama Fahri. Dia itu suka telat seperti dirinya. Fahri juga pecicilan, dan memiliki ciri khas layaknya badboy.
"Nada! Ayo, naik," suruh Fahri.
Nada mengangguk kemudian menaiki satu persatu tangga itu. Memastikan keadaan aman ia pun meloncat ke bawah. Tak lama Fahri menyusul. Keduanya mengendap-endap seperti pencuri mangga.
"Sip, nggak ada yang jaga," bisik Fahri.
"Ayo, buruan nanti ada pak killer," sahut Nada.
Tanpa mereka sadari ada seseorang di belakang mereka yang sedang memegang sapu sambil menatap keduanya datar.
"Kalau mau bolos pinteran dikit!"
Keduanya menoleh ke belakang dengan gerakan kaku, ternyata ada seseorang yang baru saja mereka bicarakan.
"Panjang umur, Pak," gurau Nada.
Alis Pak killer alias Pak Abraham terangkat. Fahri segera mengetuk pelan kepala gadis itu.
"Dodol," sungut Fahri.
"Kenapa, sih?" tanya Nada polos.
Karena kesal dengan kedua muridnya, Pak Killer mengetuk pelan kepala keduanya membuat mereka mengaduh pelan.
"Bapak kenapa? Kok kepala kita diketuk?" tanya Nada dengan tampang polos
Fahri menatap gadis di sampingnya datar. Sedangkan Pak Killer menatap Nada kesal.
"Kamu tuh ya! Udah telat, masih nanya kenapa kepalamu saya ketuk?!" geram Pak Killer.
Nada mengangguk polos. Fahri hanya menghela napas sebal, ia kesal tapi tak bisa berbuat apa-apa, gadis di sampingnya ini secara tak terduga menjadi manusia polos di saat seperti ini.
"Udahlah, Pak. Nada kalau disahutin terus percuma. Dia lagi mode nyebelin, mending kita berdua langsung ke lapangan buat jemur diri," tutur Fahri.
Sedangkan Nada menatap Fahri sebal.
Pak Killer manggut-manggut lalu berkata, "Ya sudah, kalian berdua berjemur di lapangan sebagai hukuman!"
"Fahri!" desis Nada.
"Apa?" tanya Fahri dengam wajah dingin.
Melihat ekspresi dari temannya itu, ia tak berniat melayangkam protes. Dengan sebal ia mengikuti Fahri yang mulai berjalan ke arah lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADA [COMPLETE]
Teen FictionSeorang gadis SMA melakukan pengamatan atau bahasa kerenya adalah observasi. Biasanya observasi dilakukan pada fenomena alam, tidak dengan gadis itu. Ia melakukan observasi pada makhluk hidup alias manusia. Bukan pengamatan seperti meneliti organ ma...