Suara gaduh terdengar dari kamar Nada. Sekarang sudah menunjukkan pukul 7 kurang 15 menit. Sekolah akan ditutup 15 menit lagi.
"Astaga! Gue telat!" teriak Nada dari kamarnya.
Kedua orangtuanya yang sedang sarapan hanya menghela napas. Alaska seperti biasa meninggalkan adiknya itu. Meski keduanya saudara bukan berarti Alaksa dan Nada memiliki sifat yang sama. Perbedaannya terlihat dari Nada yang suka sekali telat sedangkan Alaska sangat rajin.
"Anak itu benar-benar," kata Devan.
Melodi tersenyum kemudian mengoleskan selai rasa cokelat. Terdengar derap langkah dari tangga tak lama gadis bernama Nada muncul dengan pakaian yang berantakan khas troulemaker.
"Makan dulu, Nak," ucap Melodi dengan suara lembut.
Nada menoleh ke arah Bundanya. "No! Aku udah telat bangett, Bunda."
Melodi berjalan ke arah Nada yang masih menggunakan sepatu lalu memasukkan kotak bekal ke dalam tas anaknya.
"Aku berangkat, Bun, Yah," pamit Nada.
Brak
Nada mengendarai motornya dengan tidak santai jika sudah telat begini. Suara klakson selalu menghiasi paginya. Ia tak perduli dengan umpatan para pengguna jalan saat keadaan genting seperti sekarang.
"Dikit lagi! Satu belokan dan---"
Matanya terbelalak saat satpam sekolahnya menutup pintu gerbang sambil melambai padanya.
"Pak! Jangan ditutup!" teriak Nada.
Ketika ia berteriak tiba-tiba muncul Pak killer. Perasaannya mulai tak enak ketika guru tersebut menatapnya tajam.
"Pak, anu saya, hm."
Pak killer melotot ke arah Nada sambil berkacak pinggang.
"Hari ini senin dan kamu masih saja telat Nada?" tanya Pak killer.
"Senin?" tanya Nada bingung.
"Iya, senin," ujar Pak killer menekan setiap kata.
Nada shock mendengarkan kata 'Senin' dengan tangan gemetar ia mencari sesuatu di tasnya. Di dalam tas hanya ada buku, powerbank, kotak bekal, dan uang. Wajahnya pucat karena tak menemukan sesuatu yang seharusnya digunakan setiap senin.
"Nggak bawa topi, ya," ledek Pak killer.
Merasa terpojok kemudian ia mengangguk pasrah. Kena hukuman lagi, deh. Batin Nada.
"Setelah upacara kamu berdiri di tengah lapangan selama 2 jam pelajaran!"
"Iya, pak."
Gadis itu diperbolehkan masuk ke dalam sekolah dan melaksanakan upacara seperti biasa tapi setelah itu ia harus melaksanakan hukumannya.
Tak terasa upacara telah selesai dilaksanakan. Semua yang telat berada di tengah lapangan dengan Pak killer yang menatap mereka dengan wajah datar.
"Kalian dihukum hormat bendera selama 2 jam pelajaran!"
Setelah itu Pak killer pergi. Mereka semua menghela napas kesal juga lelah. Setelah melaksakan upacara yang cukup lama kemudian disuruh berdiri selama 2 jam pelajaran.
"Oi, kapan bel!" teriak salah satu laki-laki.
"Ngeluh aja lo. Lagian salah kita make telat segala," sahut laki-laki berambut poni.
Rata-rata yang telat adalah laki-laki. Sedangkan perempuan hanya dua orang, dirinya dan kakak kelas. Ia perhatikan kakak kelasnya yang berkelamin perempuan itu menunduk. Perasaanya mengatakan jika kakak tingkatnya itu akan pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADA [COMPLETE]
Teen FictionSeorang gadis SMA melakukan pengamatan atau bahasa kerenya adalah observasi. Biasanya observasi dilakukan pada fenomena alam, tidak dengan gadis itu. Ia melakukan observasi pada makhluk hidup alias manusia. Bukan pengamatan seperti meneliti organ ma...