13

46 11 0
                                    

Seorang gadis dengan wajah cemberut sedang menyandar di dinding menunggu seseorang keluar dari ruang BK. Ia sudah menyiapkan persiapan untuk kemurkaan orangtuanya. Helaan napas terdengar dari mulut gadis itu. Seharusnya ia masuk ke dalam mendengar ceramahan dari Pak Killer, tapi dengan keras kepala ia menolak sehingga mereka menyerah membujuknya.

Pintu terbuka keluarlah seseorang yang ia tunggu. Ekspresi kedua orangtuanya datar membuat ia menunduk seketika. Ia melihat Ara juga seperti dirinya, menunduk.

"Maafkan perbuatan putri saya," sesal Devan.

Kenapa Ayah minta maaf, sih. Nada menatap Ayahnya kesal. Segera ia membuang muka ke arah lain.

"Nada, minta maaf," suruh Devan.

Ia terbelalak. Wajah Ayahnya nampak menyeramkan membuat ia tak bisa menolak. Dengan setengah hati ia mengulurkan tangannya.

"Kau juga minta maaf, Ara," perintah Ayah Ara.

Keduanya berjabat tangan tidak lebih dari 2 detik kemudian keduanya membuang muka ke arah lain.

"Urusan anak muda memang membuat repot, ya," ucap Ibu Ara.

"Haha memang," balas Melodi.

Tak lama orangtua Nada berpamitan dengan orangtua Ara. Entah mengapa Nada merasa dalam bahaya setelah ini.

"Ayah akan berikan hukuman untukmu selepas sekolah," ujar Ayahnya.

Ia berhenti melangkah. Kedua orangtuanya berbalik menatapnya.

"Jangan membantah, Nada," peringat Ayahnya.

Dengan terpaksa ia mengangguk, kemudian orangtuanya pergi.

"Apasih yang mereka bicarakan tadi!" seru Nada.

Helaan napas terdengar beberapa kali dari mulut gadis itu.

***

Selama kelas berlangsung tak sekalipun Nada memperhatikan penjelasan dari guru. Ia sibuk memandang keluar jendela, mood-nya sedang tak bagus sehingga materi hari ini sama sekali tak masuk ke dalam otaknya

"Nada," bisik Cevilla.

Ia tak menoleh ke arah sahabatnya.

"Nada," bisik Cevilla lagi.

"Apa, sih?!"

Ketika ia menoleh ternyata guru yang mengajar di depan kelas sedang menatapnya tajam.

"Nada, bisa keluar dari kelas saya, sekarang!"

Sekarang mood-nya benar-benar jelek. Tak ada yang mencoba menegurnya, wajah datar ia gunakan saat ini. Berjalan di koridor yang sepi membuatnya bingumg ingin kemana.

"Hm, kemana, ya," gumam Nada.

Kepalanya tertunduk. Tak lama ia berjalan ke suatu tempat di mana semua murid yang bolos pasti akan ke sana.

"Atap."

Tak terasa ia sampai di atap sekolah, semilir angin menyambut kedatangannya. Ia menatap tempat itu lalu tersenyum, tak ada murid yang membolos dan hanya dirinya seorang di sini.

Helaan napas terdengar saat ia membaringkan tubuhnya di sofa yang cukup besar. Di tempat itu bukan hanya sofa yang tersedia melainkan lemari kecil untuk menyimpan minuman ringan.

Tiba-tiba handphone-nya bergetar menandakan ada pesan yang masuk. Ia membuka handphone-nya ternyata ada pesan dari Abangnya.

Abangnyebelin!:
Lo dimana, Dek?

NADA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang