"Nada!!" teriak Nenek.
Nada mengerjapkan matanya. Bayangan Nenek terlihat agak samar tapi ia tahu jika Neneknya itu sedang menatapnya marah.
"Bangun! Anak tetangga mengajakmu jogging!" seru Nenek.
Anak tetangga? Siapa? Angkasa?
"Siapa, Nek?" tanya Nada dengan posisi terduduk.
"Anak tetangga mengajakmu lari pagi. Makanya bangun lalu mandi," perintah Nenek.
"Siap, kapten!"
Senyumnya terukir saat cowok itu datang. Ia sangat senang sampai tersenyum sendiri seperti psikopat.
"Kyaaa! Senangnya diriku!!" teriak Nada.
"Nada! Mandi!!" teriak Neneknya dari ruang tamu.
Kemudian Nada menutup mulutnya lalu terkikik geli dengan kelakuannya. Tak sampai 10 menit ia sudah selesai mandi dan berpakaian. Menuruni tangga ia mendengar seseorang yang sedang berbincang.
"Oh, sudah mandi? Kakek kira belum mandi," ejek Kakek.
Nada memanyunkan bibirnya. "Udah dong, Kek," ujar Nada.
"Karena Nada sudah di sini, saya minta izin dengan Kakek dan Nenek untuk mengajak Nada jogging," kata Angkasa.
Keduanya mengangguk sedangkan Nada tercengang melihat Nenek dan Kakeknya memberi izin semudah itu.
"Ayo, Nada," ajak Angkasa.
Ia memandang Nenek dan Kakeknya dengan tatapan tak dapat diartikan.
"I-iya."
Setelah keluar dari rumah keduanya berjalan kaki ke taman.
"Nad," panggil Angkasa.
"Hm?"
"Kalau lomba lari gimana?" tawar Angkasa.
Ia berpikir sejenak kemudian mengangguk. Setelah Angkasa mengucapkan kata 'Tiga' keduanya pun berlari.
"Ck, gue bisa kalah," gumam Nada.
Tak mau kalah ia mempercepat larinya mengejar Angkasa. Senyum manis menggembang ketika ia dapat mengejar Angkasa. Keduanya pun sampai secara bersamaan. Napas mereka tak beraturan setelah berlari dan memutuskan untuk duduk sejenak.
"Gue seimbang sama lo," ujar Nada.
Angkasa mengangguk. "Mungkin faktor dari lo yang suka telat."
"Maksudnya?"
"Lo suka telat dan dihukum, kan?"
Nada mengangguk.
"Nah, hukumannya lari, kan?" tanya Angkasa sekali lagi.
"Hubungannya apa?"
"Karena lo sering lari makanya bisa menyeimbangkan kecepatan gue," ungkap Angkasa.
"Anda menyindir saya atau memuji, hah!"
Angkasa tertawa melihat Nada yang nampak marah.
"Malah ketawa," cibir Nada.
"Haha maaf, ya. Ayo, lari lagi," ajak Angkasa lalu menarik tangan Nada.
"Maless," gerutu Nada.
Angkasa menggelengkan kepala. "Nggak boleh malas, ayo," ajak Angkasa sekali lagi.
Dengan terpaksa Nada pun menurut. Keduanya berlari santai, banyak yang memperhatikan keduanya sehingga membuat Nada risih.
"Gue salah karena mau diajak sama lo," ujar Nada.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADA [COMPLETE]
Teen FictionSeorang gadis SMA melakukan pengamatan atau bahasa kerenya adalah observasi. Biasanya observasi dilakukan pada fenomena alam, tidak dengan gadis itu. Ia melakukan observasi pada makhluk hidup alias manusia. Bukan pengamatan seperti meneliti organ ma...