14

46 10 0
                                    

Ketika membuka mata yang pertama ia lihat adalah langit-langit kamar yang bukan miliknya. Tadi malam ia dipindahkan selama 2 minggu di rumah nenek dan kakeknya.

"Nada! Bangun, Sayang!"

Pintu terbuka, ia bisa melihat neneknya berkacak pinggang. Seulas senyum nampak di wajahnya.

"Pagi, Nenek," sapa Nada.

"Pagi apanya! Sudah jam setengah 7! Ayo bangun!"

Segera ia bangun lalu berlari ke kamar mandi.

"5 menit Nenek tunggu di bawah," perintah Nenek.

"Iya, Nek!" balas Nada.

Tak sampai lima menit ia sudah selesai dengan ritual mandi paginya. Rambutnya yang basah ia gerai agar cepat kering. Tas sekolah yang diisi buku pelajaran sudah ia siapkan sejak semalam.

"Pagi, Nenek, Kakek," sapa Nada.

"Pagi, Sayang," balas keduanya.

Ia duduk di samping Nenek, satu lembar roti ia ambil lalu dioleskan selai cokelat kesukaannya.

"Nada dianterin atau berangkat sendiri?" tanya Nenek.

"Nada berangkat sendiri aja, Nek," jawab Nada.

"Hati-hati, loh. Kamu kalau bawa motor kayak badai," celetuk Kakek.

Nada terkekeh.

"Memangnya Kakek semasa muda nggak gitu?" goda Nada.

Kakek salah tingkah lalu meneguk kopinya. "Nggak, kok," jawabnya terbata.

Nenek mencebikkan bibirnya.

"Kalau aja aku nggak larang kamu dulu mesti sampai umur segini masih naik motor ugal-ugalan," cibir Nenek.

"Eh, nggak dong, Sayang," balas Kakek.

Nada hanya menatap malas ke arah Nenek dan Kakeknya yang saling berdebat.

"Nada berangkat dulu," ujar Nada.

Keduanya menoleh ke arah cucunya kemudian mengangguk tak lama mereka melanjutkan sesi debatnya.

Nada menghela napas lalu berjalan menuju garasi.

"Nada!"

Ada Seseorang yang memanggilnya dan ia pun menoleh. Seseorang itu melambaikan tangan kemudian berlari ke arahnya.

"Apa?" tanya Nada.

"Bareng gue aja, ya."

"Gua ada motor, kok," ujar Nada.

"Please."

Ia menghela napas lalu mengangguk. Tiba-tiba tangannya terasa hangat. Ternyata orang di depannya menggandeng tangannya.

"Angkasa," panggil Nada.

Seseorang itu ialah Angkasa.

"Ya?"

Nada menunjuk tangannya yang bertautan dengan Angkasa seketika tautan itu terlepas setelah Angkasa sadar dengan perbuatannya.

"Ma-maaf," sesal Angkasa.

"Haha nggak apa-apa, yuk berangkat nanti telat," ajak Nada.

Angkasa mengangguk lalu menyalakan motornya. Nada naik dengan berpegangan pada pundak lebar milik Angkasa.

"Ayo!" seru Nada.

Tanpa disadari keduanya, Nenek dan Kakek Nada memperhatikan kelakuan cucu mereka.

"Dasar," cibir Kakek.

"Anak muda," gerutu Nenek. Kemudian keduanya menghela napas.

Perjalanan yang ditempuh keduanya hanya 15 menit. Namun, membuat rambut Nada yang semula rapi menjadi berantakan.

NADA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang