18

45 7 0
                                    

Hari ini adalah senin, tapi hal ajaib terjadi. Pagi ini Nada datang dan sudah berada di barisan kelasnya. Ia tak telat bahkan datangnya saja kepagian.

"Nad, tumben?" tanya Ilana.

"Tumben apanya?"

"Lo datang pagi banget bahkan nggak telat lagi," ujar Cevilla.

"Oh. Nggak tahu, sih, gue mau datang pagi aja," jelas Nada.

Tak lama upacara pun selesai kemudian semua murid kembali ke kelas. Namun, Nada pergi ke kantin lebih dulu. Pagi tadi ia lupa membawa air putih jadi sekarang ia harus ke kantin untuk membeli sebotol air.

"Nada!" panggil seseorang.

Ia menoleh dan mendapati seorang cewek berambut panjang dikuncir kuda seperti dirinya.

"Yo, Kanaya," sapa Nada.

Cewek itu adalah Kanaya Venaya, ketua kelas XI IPS 1.

"Tumben lo nggak telat?" tanya Kanaya.

Mendengar pertanyaan itu membuat Nada memutar bola mata. Ia hanya tak telat di hari senin saja sudah banyak yang bertanya apa lagi saat ia mampir di perpustakaan dan berubah menjadi kutu buku.

"Jujur aja gue udah ditanyain dua kali pertanyaan yang sama. Salah ya kalau gue datang pagi?" tanya Nada kesal.

"Eh, enggak kok. Malahan bagus, tapi ya aneh aja," ungkap Kanaya.

Ia menghela napas kesal. "Jadi lo mau apa, Ketua?" tanya Nada.

"Eh, jangan manggil Ketua, dong!"

Alisnya terangkat kemudian berbalik menuju kantin.

"Lo Ketua Kelas XI IPS 1, kan? Nggak salah dong kalau gue manggil lo Ketua," ujar Nada.

Di belakangnya Kanaya mengikuti Nada yang berjalan ke arah kantin.

"Nggak salah, sih. Cuma gue agak risih aja," kata Kanaya.

"Oh."

"Nad, gue mau nanya sesuatu," ucap Kanaya.

Langkahnya terhenti lalu berbalik. "Nanya apa?"

"Kok, waktu itu lo nanya tentang Angkasa ke gue?" tanya Kanaya.

Nada tersenyum miring. "Jangan kepo," ujarnya kemudian berbalik dan meneruskan langkahnya menuju kantin.

"Eh, eh, Nad! Tunggu!" seru Kanaya.

Keduanya sampai di kantin. Nada segera membeli sebotol air mineral lalu membayarnya. Ia melihat Kanaya yang berdiri di belakangnya.

"Kenapa masih ikutin gue, sih?" tanya Nada.

Kanaya nyengir. "Gue---"

"Kalau lo mau nanya kenapa gue nyari informasi tentang Angkasa lewat lo. Jangan harap gue bakal jawab," ketus Nada lalu beranjak pergi meninggalkan Kanaya yang terdiam.

"Begitu, ya," gumam Kanaya.

Setelah meninggalkan Kanaya di kantin, ia berjalan ke arah kelas. Tak lama bel masuk berbunyi saat ia sampai di depan kelas.

"Kok pusing, sih," gumam Nada.

Selama pelajaran pertama hingga pergantian jam pelajaran selanjutnya, Nada menelengkupkan wajah di lipatan tangan.

"Nad, lo kenapa?" tanya Cevilla.

Tak ada sahutan dari gadia itu.

"Nad," panggil Cevilla.

Ilana menghampiri bangku Cevilla. Matanya menatap Nada yang sedang menelengkupkan wajah.

"Dia kenapa?" tanya Ilana.

NADA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang