Perangko 23 : Gue harap lo bahagia

3.6K 551 110
                                    

Jangan lupa vote terlebih dahulu sebelum membaca!

———

"Bunda, Oci mau nanya." Rose datang menghampiri Hanna yang sedang duduk santai di ruang keluarga sembari menonton televisi.

Hari ini papa Rose pulang ke rumah. Sudah lebih satu bulan Johan tidak kembali ke rumah karna urusan pekerjaan yang sangat menyibukkan itu.

"Apa?"

Rose mendudukkan dirinya di salah satu single sofa, mengalihkan pandangannya ke arah kamar utama milik bunda dan papa nya. Rupanya, papa Rose belum keluar dari kamar, lalu gadis itu menatap Hanna dari samping.

"Aku boleh nolak perjodohan ini?" tanya Rose on point. Sedangkan Hanna yang sedari tadi memfokuskan dirinya ke televisi pun kini beralih menatap Rose sepenuhnya.

"Oci, kalo soal itu bunda ga tau harus jawab apa." Kata Hanna.

Gadis bersurai blonde itu menghembuskan nafas nya kasar. Hanna selalu saja mengelak jika Rose menanyakan soal ini. Sudah berulang kali gadis itu bertanya, namun tak pernah sekalipun mendapatkan jawaban yang memuaskan.

"Bun, jangan jawab kayak gitu mulu." Rose mendesah frustrasi, semakin gencar mendesak Hanna untuk menjawab dengan benar.

"Ada apa nih?" Johan tiba-tiba datang menghampiri keduanya. Terlihat sekali perubahan raut wajah Hanna. Rose menghela nafas nya, lalu atensi nya kini tertuju pada sang papa.

"Pa, Oci bolehkan nolak perjodohan itu?" tanya Rose sembari menatap Johan penuh harap.

Johan terdiam untuk sesaat, raut wajah nya mendadak tak enak. "Kalo papa jawab jujur kamu ga akan marah kan?" tanya Johan memastikan.

Rose mengangguk mantap, Johan kini pun menatap penuh sayang putri satu-satunya itu. "Gabisa, Taehyung itu udah yang terbaik buat kamu." Jawab Johan tegas.

Sedangkan gadis itu, hampir saja tidak percaya. Kenapa harus ada perjodohan, Rose tidak bahagia hidup seperti itu jika memang benar-benar akan terjadi.

"Kenapa? Kenapa ga bisa pa? Bukannya cinta ga bisa dipaksain?" kata Rose lagi.

Suhu di ruangan itu tiba-tiba berubah, menjadi lebih panas. Johan menatap Rose sebentar lalu kembali memandang lurus kedepan. Tangan pria itu mengepal, Johan memegang sisi kepala nya yang tiba-tiba berdenyut.

"Pokoknya, gabisa. Nanti malem mereka bakal dateng kerumah, kamu harus sopan sama mereka." Johan berdiri dari duduk nya. Sedangkan Hanna, sedari tadi wanita itu hanya diam menyimak. Sebenarnya, ia tidak menyetujui perjodohan itu.

Namun mau bagaimana lagi, keputusan Johan sudah bulat. Hanna tidak bisa untuk menentang nya. Ia hanya bisa berdoa yang terbaik untuk Rose— putrinya.

"Bun, Oci ga mau.."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐏𝐄𝐑𝐀𝐍𝐆𝐊𝐎 [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang