[08]

352 60 17
                                        

Yuqi berdiri, di luar lab komputer, menyandarkan kedua tangannya di besi panjang yang tersusun rapi. Ia menatap ke bawah lapangan yang jaraknya 1 lantai di bawah dari tempatnya sekarang.

Lapangan yang dipenuhi dengan murid-murid kelas 10, 11, dan 12 yang sedang mengikuti pelajaran olahraga. Pikiran Yuqi saat ini, kembali ke kejadian semalam, saat dimana ia bertemu dengan—Park Jiwon—kakak kelasnya dulu saat sekolah menengah pertama.

Dan lagi, kemarin Lucas datang, untuk membawanya pulang, membiarkan Jiwon terdian begitu saja. Yuqi memang sangat berterimakasih karena Lucas datang untuk menolongnya, hanya saja, ia yakin Jiwon tak akan berhenti sampai semuanya selesai.

“Sendirian aja?” suara tersebut membuyarkan lamunan Yuqi, Yuqi menoleh dan mendapati Lucas yang meletakkan kedua tangannya dilipat di atas besi panjang yang tersusun rapi di setiap koridor depan kelas.

“Kok natap gue gitu? kenapa ga di lab komputer aja? lebih dingin tau.” Kata Lucas lagi.

“Lo sendiri ngapain disini?” tanya Yuqi, bukannya menjawab, ia malah bertanya balik pada Lucas.

Kini Lucas menoleh ke arah Yuqi dan memutar tubuhnya 90 derajat menghadap Yuqi, “Karna gue ngeliat lo di sini, makanya gue ke sini.” Balas Lucas dengan tenang.

“Kenapa lo ke sini pas ngeliat gue?” tanya Yuqi lagi.

“Lebih tepatnya sih karna ngeliat calon temen gue lagi ngelamun, ya gue ke sini dong untuk mencegah hal buruk terjadi,” kata Lucas, bercanda.

Yuqi tersenyum, lalu menggeleng, ia kembali menatap ke lapangan yang masih dipenuhi murid-murid kemudian ia menatap ke atas awan yang tidak terlalu cerah juga tidak terlalu mendung.

Karena Yuqi diam, Lucas pun ikut diam, mengikuti apa yang Yuqi lakukan saat ini.

“Kenapa lo ga nanya?” Yuqi bertanya lagi, memecah keheningan.

Lucas menoleh sebentar, kemudian kembali menatap depan, “Nanya apaan? emang gue harus nanya apa?” tanya Lucas, sebenarnya tau maksud Yuqi. Hanya saja, sekali lagi, Lucas bukanlah orang yang ingin mencampuri urusan orang lain, sehingga dirinya pun terbiasa untuk tidak penasaran dengan urusan orang lain, kecuali urusan sahabat-sahabatnya.

“Soal kemarin, kenapa lo ga nanya? biasanya kalo orang lain pasti udah nanya gue kenapa, tapi kemarin bahkan sampe sekarang, lo ga nanya gue kenapa dan ga penasaran sama kejadian kemarin.” Jelas Yuqi.

Lucas mengangguk-angguk, “Itu kan privasi lo, jadi gue ga mau aja kepoin urusan pribadi orang lain, gue siap denger cerita lo kalo emang lo mau cerita, tapi gue ga akan nanya atau ga akan maksa lo buat cerita ke gue.” Balas Lucas.

Entah kenapa, hati Yuqi merasa tenang mendengar penuturan Lucas barusan, karena jujur, Yuqi selalu tidak bisa menghadapi seseorang jika orang itu selalu bertanya dan menyuruhnya untuk bercerita, ia tidak tau bagaimana harus menghadapinya. Tapi Lucas, dia tidak penasaran, tapi siap mendengarkan.

Yuqi mengangguk-angguk, kemudian ia menghela napasnya. Ia belum siap untuk cerita pada siapapun, lagipun ia juga tidak bisa langsung menceritakan masalahnya pada Lucas karena mereka baru dekat beberapa waktu belakangan ini.

“Udah minum?” tanya Lucas.

Yuqi menoleh, “Kok udah minum?” Ia bertanya balik.

Lucas tersenyum, “Ya karna kalo gue nanya udah makan apa belum, pasti jawabannya belum.” Jawab Lucas.

Yuqi sekali lagi mengangguk, kemudian berhenti saat dilihatnya tangan Lucas yang mengulur, sedang menggenggam sekotak susu stroberi. Lucas membelikannya sebelum ia berdiri di sini.

[✓] Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang