Luapkan

167 16 0
                                    

Cassandra menatap Sally - teman sekelasnya yang baru - yang ternyata menjadi teman sekamarnya di asrama. Wanita itu tersenyum ke arahnya tanpa ragu-ragu dan bahkan menarik tangannya untuk cepat-cepat masuk ke kamar mereka.

"Nah, itu tempat tidur lo! Lo suka warna apa? Nanti gue cariin sprei yang warnanya lo suka," tawar Sally.

Cassandra tersenyum tak enak pada Sally, entah kenapa Wanita itu tak menjauhinya setelah insiden perkelahian tadi siang yang terjadi di hari pertamanya saat menjadi anak baru.

"Gue suka warna pink baby, tapi nggak apa-apa kok. Warna apa juga pasti gue pakai spreinya," jawab Cassandra.

"Eh, nggak bisa gitu! Warna yang kita suka kalau selalu ada di depan mata akan membuat perasaan kita tenang, damai, dan sejuk. Kualitas tidur juga jadi bagus dengan melihat warna yang lo suka. Tunggu di sini ya, jangan ke mana-mana! Gue cariin dulu sprei warna pink baby buat lo!," Sally pun pergi keluar dari kamar.

Cassandra masih terpaku di tempatnya sambil berusaha mencerna kata-kata yang Sally ucapkan. Ia membuka kopernya dan mengeluarkan pakaian serta buku-bukunya untuk di susun ke dalam lemari. Sally kembali lagi ke kamar itu tak lama kemudian dengan sprei berwarna pink baby di tangannya.

"Nih, spreinya. Mau gue bantuin pasang?," tawar Sally lagi.

"Eh, udah nggak usah Sal..., gue nggak mau bikin lo repot," Cassandra mencegahnya dengan cepat.

"Ck! Repot apanya sih? Cuma pasang sprei doang, bukan pasang pompa air!," balas Sally.

Sally tetap berkeras dan memasangkan sprei pada tempat tidur milik Cassandra, hingga Cassandra tak punya kegiatan dan hanya duduk saja di lantai sambil menatap kosong pada dinding.

"Lah, malah bengong! Cassandra! Udah selesai nih, jangan bengong dong!," seru Sally.

"Eh..., iya Sal, kenapa?," tanya Cassandra yang baru saja tersadar dari lamunannya.

"Gue bilang jangan bengong. Sini, duduk di samping gue," jawab Sally.

Cassandra pun pindah tempat duduk menjadi di samping Sally, tepatnya di atas tempat tidur miliknya. Sally tiba-tiba memeluk Cassandra dengan erat, sehingga Cassandra terkejut beberapa saat.

"Jangan pernah pendam masalah lo sendirian. Jangan simpan beban dalam hati lo hingga bertumpuk. Gue nggak mau lo putus asa dalam menghadapi sesuatu. Kita masih remaja, dan kita berhak tahu apa itu bahagia. Untuk mewujudkan hal itu, berhenti berdiam diri dan coba ungkapkan apa yang ada di dalam hati lo saat ini. Jangan takut," saran Sally.

Kedua mata Cassandra mulai berkaca-kaca lagi, ia begitu ingin lari lebih jauh dari tempatnya berpijak saat ini. Namun ia tak tahu harus ke mana. Ia berlari dari masa lalu dan malah bertemu Keylan di sini, sesuatu yang sangat tidak pernah ia duga.

"Keylan benci sama gue karena kemenangan palsu yang gue dapatkan. Dia nggak terima, dan melimpahkan rasa marahnya ke gue. Gue bahkan nggak tahu sama sekali tentang apa yang terjadi waktu itu. Juri penentu yang memutuskan kalau gue menang memang kerabat jauh Almarhum kedua orangtua gue, tapi gue sama sekali nggak tahu apa-apa tentang hal itu. Gue bahkan nggak kenal mereka sama sekali meskipun mereka kerabat gue," jelas Cassandra.

Airmata gadis itu tertumpah begitu saja, Sally mencoba menghapusnya.

"Udah, nggak usah terlalu dipikirin ya. Suatu saat Key pasti mau kok dengar yang sebenarnya dari lo," ujar Sally.

Cassandra menggelengkan kepalanya.

"Lo nggak kenal Keylan Sal, dia kalau marah ya marah, kalau benci ya benci. Dia nggak akan pernah berubah," ujar Cassandra.

* * *

Cassandra duduk di sebuah meja kosong di ruang makan asrama malam itu. Ia tak berselera makan sama sekali dan hanya menatap makanan itu sambil memainkan sendoknya.

"Hai Cassandra!," tegur seseorang tiba-tiba sambil tersenyum padanya.

Cassandra merasa heran, karena wajah itu tak pernah ia lihat dari salah satu teman sekelasnya.

"Gue Maya Kartika Azalea, dari kelas 10-b. Gue anak tim basket," ujarnya memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan pada Cassandra.

Cassandra menyambut uluran tangan itu dan menjabatnya dengan erat.

"Gue Cassandra Oktaviany, kelas 10-a," balas Cassandra.

Maya tersenyum.

"Udah mikirin mau ikut Ekskul apa?," tanya Maya sambil memakan Nasi Gorengnya.

"Belum sih May, tapi yang jelas gue nggak bisa masuk tim basket, karena gue nggak bisa main basket," jawab Cassandra, malu-malu.

HAHAHAHA!!!

"Santai aja lah, gue duduk di sini mau kenalan sama lo bukan mau prospek elo buat jadi anggota tim basket. Itu makanan lo di makan, mubazir kalau dibuang-buang," Maya mengingatkannya.

"Oh, iya...," Cassandra pun mulai memakan makanannya.

Sally datang dan ikut duduk bersama mereka dengan wajah cemberut.

"Kenapa lo Sal?," tanya Maya.

"Kesal gue, bisa-bisanya pasta kesukaan gue habis sebelum gue ambil. Biasanya juga tersisa banyak banget. Siapa lagi manusia yang rakus makan pasta malam-malam begini?," jawab Sally, menggerutu hebat.

Cassandra menatap sekilas ke arah meja yang di tempati oleh Seven B dan melihat kalau Alex sedang berusaha menyembunyikan wajahnya dari pandangan Sally. Kemungkinan besar yang menghabiskan pasta itu adalah Alex, yang tidak mau Sally terus-menerus makan pasta di malam hari.

"Ya udah, lo makan omellete gue aja gimana?," tawar Cassandra.

Sally menganggukan kepalanya dan mulai makan dari piring yang sama dengan Cassandra. Semua anggota Seven B yang saat itu sedang diskors melihat hal itu, mereka merasa lega karena Cassandra tak sendirian.

"Mau Nasi Goreng gue juga nggak?," tawar Maya.

"Mau..., tapi semua!," jawab Sally, tanpa rasa berdosa.

Gadis itu langsung menarik piring Maya tanpa memberi kesempatan pada pemiliknya untuk mempertahankan diri.

"Wah..., gila! Gue kira Kakaknya doang yang rakus, ternyata Adiknya juga sama!," ujar Maya, jujur.

"Nggak usah protes! Gue lagi dalam masa pertumbuhan!," balas Sally.

Cassandra pun tertawa mendengar apa yang Maya dan Sally perdebatkan. Ia merasa terhibur sesaat dan tidak merasa tertekan.

Keylan melirik ke arah Cassandra diam-diam.

'Setelah sekian lama, akhirnya lo bisa ketawa lagi. Tunggu, gue akan hancurkan rasa bahagia itu hanya dalam sekejap!.'

* * *

KeNdra ; Ketika Hatiku Menolak MembencimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang