Si Awan

51 11 0
                                    

Cassandra meregangkan punggungnya yang terasa pegal, ia meletakkan buku cetak yang sejak tadi ia baca di ruang baca asrama. Tangannya melipat dan menjadi bantal bagi kepalanya yang penat.

Keylan yang duduk dan belajar di sampingnya sejak tadi pun ikut menyimpan buku cetaknya. Pria itu menatap Cassandra dan membelai rambutnya dengan lembut.

"Capek ya? Mau istirahat?," tanya Keylan.

Cassandra menganggukan kepalanya dengan ekspresi wajah yang imut. Keylan tersenyum semakin lebar saat melihat ekspresi itu.

"Ikut yuk," ajak Keylan.

"Kemana?," tanya Cassandra.

Keylan tak menjawab dan memilih untuk mengulurkan tangannya agar Cassandra bisa menggenggamnya. Mereka berjalan keluar dari ruang baca, Keylan membawa Cassandra mampir sebentar di depan kulkas ruang makan untuk mengambil Buavita jambu dan air mineral.

Cassandra mengambil Buavita yang Keylan sodorkan padanya, lalu mereka kembali berjalan bersama menuju ke atap asrama.

"Ahhhh segarnya angin sore," ujar Cassandra bahagia.

Keylan menatap gadis kesayangannya dengan penuh rasa sayang yang memenuhi rongga-rongga di hatinya. Ia mendekat dan memeluknya dari belakang dengan lembut.

"Langit itu gue kan?," tanya Keylan pada sosok 'Langit' yang Cassandra tulis waktu itu dalam puisinya.

Cassandra menoleh hingga akhirnya memutuskan berputar dan membalas pelukan Keylan.

"Iya, lo adalah Langit," jawab Cassandra, jujur.

"Apakah dia akan marah lagi?."

Keylan membelai rambut gadis kesayangannya dengan lembut. Ia tersenyum.

"Kalau gue adalah Langit, maka lo bukan inti dasar Bumi," Keylan meralat apa yang Cassandra pernah pikirkan.

Cassandra meregangkan pelukannya dan menatap Keylan seakan mencari jawaban. Keylan masih tersenyum hingga aura ketampanannya begitu kuat di mata Cassandra.

"Lo adalah Awan, yang selalu menyelimuti Langit di kala siang ataupun malam. Lo nggak akan jauh-jauh dari Langit, karena tanpa Awan maka Langit akan menjadi sangat hampa," ujar Keylan.

Senyum di wajah Cassandra pun kembali terbit, indah hingga membuat Keylan tak ingin melepaskannya barang satu detik pun.

"Dulu gue selalu berusaha membenci lo, menyalahkan lo atas apa yang menjadi kegagalan gue di masa lalu. Saat kita bertemu lagi di sini, gue masih tetap berusaha membenci diri lo. Tapi nyatanya Tuhan selalu punya rencana lain. Otak gue berpikir untuk membenci tapi hati gue menolak dengan keras. Jadi gue memutuskan untuk mengikuti kata hati," Keylan berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengeluarkan airmatanya di hadapan Cassandra.

Keylan menangkup kedua pipi Cassandra dengan lembut lalu menatap kedua mata yang selalu membuatnya rindu tak berkesudahan. Rasanya begitu menyenangkan karena bisa menatapnya lebih dekat seperti itu.

"Gue cinta sama lo, Cassandra Oktaviany," ungkap Keylan.

"Gue juga cinta sama lo, Ansya Keylan," balas Cassandra tanpa ragu-ragu.

Keylan mendekat untuk memberikan satu kecupan singkat di bibir gadis itu. Ciuman pertama untuk mereka berdua, lalu Keylan pun segera memeluk Cassandra kembali dengan erat.

"Janji sama gue. Kalau gue lagi nggak ada di sini, lo nggak boleh bolos dari sekolah apapun alasannya! Lo harus sekolah, lo harus ikut Ekskul, dan lo harus berdiri tegap sekaligus kuat meskipun gue nggak ada di sisi lo," pinta Keylan.

Cassandra pun mengerenyitkan keningnya lalu kembali menatap Keylan.

"Kok tiba-tiba jadi ngomong begitu?," tanya Cassandra.

"Janji?," pinta Keylan tanpa menjawab pertanyaan Cassandra.

"Oke, gue janji. Gue akan penuhi apa yang lo minta," balas Cassandra.

Keylan tersenyum dan memeluknya lagi. Cassandra tak lagi mempertanyakan apapun, dia tak ingin memikirkan apapun yang aneh dari permintaan Keylan.

"Sekarang lo balik ke asrama ya, gue akan jemput lo saat jam makan malam nanti," Keylan membujuk.

Cassandra mengangguk patuh. Keylan memainkan telinga kelinci di atas kepala Cassandra beberapa saat sebelum benar-benar mengantar gadis itu kembali ke kamarnya.

Keylan berbaring di tempat tidurnya dan menangis tanpa bersembunyi dari siapapun. Keenam anggota Seven B yang memang sedang berkumpul di kamar itu pun menatap tak tega pada Pria itu.

"Ini demi kebaikannya Key, kita nggak punya pilihan," ujar Tita.

Keylan tak menjawab dan lebih memilih melanjutkan tangisannya. Ia memeluk bingkai foto yang berisi fotonya dan Cassandra. Ia sudah tak mampu mengatakan apapun lagi, ia hanya mampu menangis karena jatuh cinta di saat semuanya mungkin saja akan berakhir dalam hidupnya.

Bukan tanpa alasan Keylan hari itu lebih emosional terhadap hubungannya dengan Cassandra. Semua rahasia tentang ancaman yang Imey kirim sudah terbongkar oleh orang-orang yang di cintai sahabatnya - kecuali Debby.

Flashback On

Seven B berkumpul di ruang teater asrama yang kosong usai bertemu dengan masing-masing orang kesayangan mereka.

"Oke..., kita memang tidak ditakdirkan menjadi pembohong kelas kakap. Baru berbohong kelas teri aja udah ketahuan soalnya," ujar Veyza, membuka rapat.

"Terima kasih..., pengumuman anda sangat berguna untuk kami," sindir Tita, kesal.

"Udah nggak usah mancing keributan. Sekarang Cassandra akan kita serahkan pada mereka berlima sesuai dengan yang mereka minta, jadi menurut Sally kita harus memastikan keberadaan Imey lebih awal sebelum terjadi hal-hal yang kita tidak duga," ujar Alex.

"Benar juga, kita nggak pernah sama sekali kepikiran buat cari tahu keberadaan Imey kan selama ini. Sally cerdas juga ya ternyata...," puji Farel.

"Dia ada di urutan kedelapan zona peringkat kelas Far..., jelas banget lah dia cerdas," cibir Tita, jengkel.

"Oke, kalau begitu kita harus keluar dari asrama malam ini dan melacak pengiriman paket waktu itu dan mencari alamat pengirimnya di kantor JNE," ujar Difta.

"Kenapa nggak lewat online aja?," tanya Keylan, yang sebenarnya malas kemana-mana karena tak ingin jauh dari Cassandra.

"Nggak akan bisa lah, harus dari JNE-nya langsung dong kalau melacak siapa pengirimnya," jawab Ian.

"Deal, malam ini kita serahkan Cassandra pada mereka berlima, dan kita keluar setelah jam makan malam selesai," putus Alex.

Keylan berjalan gontai saat keluar dari ruang teater. Mendadak dadanya terasa sesak luar biasa. Keputusan telah dibuat, dan kini ia harus menjauh dari Cassandra.

Flashback Off

Airmata Keylan belum juga mengering, dadanya sangat sesak dengan kenyataan yang ada di hadapannya. Ia cinta Cassandra, ia sayang Cassandra, dan ia tak ingin kehilangan Cassandra.

'Gue menyesali kebencian yang pernah bersarang di dalam pikiran gue ke elo. Tapi gue nggak akan pernah menyesali rasa cinta yang tumbuh di hati ini buat lo.'

* * *

KeNdra ; Ketika Hatiku Menolak MembencimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang