Si Langit

91 15 0
                                    

Sally membuat Cassandra melongo di meja makan malam itu. Bagaimana tidak, gadis itu 'merampok' semua pasta dari atas meja saji di ruang makan.

"Sal, lo itu sebenarnya lapar atau kelaparan?," tanya Cassandra.

"Hobi!," jawab Sally bangga.

"Hobi sih hobi Sal, tapi kalau sebanyak itu juga nanti perut lo sakit," Cassandra terlihat khawatir.

"Tenang, gue nggak akan sakit perut. Gue soalnya nggak makan siang kan tadi gara-gara daftar Ekskul Literasi, makanya sekarang adalah waktu yang tepat untuk membalas dendam!," Sally terkekeh santai.

"Casandraaaaaaaaa!!!," teriak Maya dari kejauhan.

Ian - yang sedang duduk bersama Seven B, termasuk Keylan - menoleh saat mendengar suaranya dan tersenyum, Cassandra bisa melihat itu.

"Congrats ya!," seru Maya.

Cassandra dan Sally saling pandang sesaat dalam rasa heran di pikiran mereka masing-masing.

"Congrats buat apa May?," tanya Cassandra.

"Puisi lo dipajang di mading! Bu Lia sendiri yang pasang di sana tadi," jawab Maya.

"Hah? Maksud lo Puisi yang gue ajukan untuk masuk ke Ekskul Literasi tadi siang?," Cassandra panik.

"Iya..., yang judulnya Kau Langit dan Aku Bukan Bumi," Maya santai sekali.

Keylan tiba-tiba tak melanjutkan makan malamnya, ia berusaha terlihat datar agar keenam sahabatnya tak ada yang curiga kalau dirinya memperhatikan Cassandra diam-diam. Ia ingin sekali keluar saat itu juga dari ruang makan agar bisa pergi ke tempat mading berada, untuk membaca isi Puisi milik Cassandra.

Wajah Cassandra memerah karena rasa tak percaya dirinya, gadis itu sangat merasa malu dengan apa yang Maya katakan.

"Kenapa sih Cassandra? Nggak perlu minder lah, di sini nggak akan ada yang menilai aneh pada orang yang bisa buat Puisi. Nggak perlu khawatir lah," bujuk Sally.

"Benar sekali! Lo tahu nggak, ada satu bait yang gue ingat mati di dalam otak ini," ujar Maya sambil menunjuk kepalanya, "..., Kau adalah langit yang tinggi, indah berselimut awan putih, bersinar dikala mentari menyapamu, luas melingkupi cakrawala dunia yang takkan lengkap..., tanpamu."

Prokkk!!! Prokkk!!! Prokkk!!!

Semua anggota Seven B bertepuk tangan, dan diikuti oleh semua orang yang ada di sekitar mereka. Wajah Maya pun memerah karena malu, saat tahu kalau dirinya di perhatikan.

"Selamat Maya, lo memenangkan lomba baca puisi..., pialanya ambil di hati gue ya!," goda Ian.

Maya kini benar-benar menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Sally dan Cassandra menertawainya habis-habisan.

"Aduh ya ampun..., lo terlalu menghayati sih May...," Sally masih mencoba untuk berhenti.

"Lo berdua tega! Kenapa nggak bilang sih kalau Ian merhatiin gue?," rajuk Maya.

"Kita mau bilang, cuma takut Ian kecewa aja kalau batal melihat penampilan lo malam ini," balas Cassandra.

"Jahat!," Maya pun hampir tak bisa menahan tawanya.

Keylan telah menghilang dari ruang makan tanpa ada yang menyadari. Pria itu benar-benar berdiri di depan papan mading yang terkunci. Ia menyalakan senter dari ponselnya dan mulai membaca puisi milik Cassandra yang terpajang di sana.

Kau adalah Langit
Tapi aku bukan Bumi
Kita berbeda
Takdir yang membawa kita pada perbedaan

Kau adalah Langit yang tinggi
Indah berselimut awan putih
Bersinar dikala mentari menyapamu
Luas melingkupi cakrawala dunia yang takkan lengkap..., tanpamu

Lalu siapa aku?
Aku bukan Bumi!
Aku adalah inti dasar bumi yang takkan pernah kau lihat
Tapi bisa kau benci

Aku tak terlihat oleh Langit
Tapi Langit tahu kalau aku ada
Langit tahu di mana aku bersembunyi
Dan Langit tahu bagaimana caranya membenciku

Kau Langit dan aku bukan Bumi
Kita bukan hanya sekedar tak sama
Tapi kita juga tak pantas untuk saling mengetahui
Karena kau Langit dan aku bukan Bumi.

- Cassandra Oktaviany -

Keylan menghembuskan nafasnya dengan penuh beban usai membaca puisi milik Cassandra. Entah kenapa hatinya seakan dihantui rasa bersalah pada gadis itu. Namun bibirnya enggan untuk mengakui.

"Kau langit dan aku bukan bumi...," gumamnya, seakan ingin mengingat bait-bait dalam puisi itu.

Keylan berjalan pelan untuk menuju ke asrama kembali.

"Gue salah nggak sih karena membenci dia? Dia kan salah! Tapi gue juga nggak pernah meminta penjelasan dia selama ini, dan gue membenci dia begitu aja. Jadi..., apa gue salah?," tanya Keylan, dalam hati.

Saat sosok Keylan menjauh, keenam anggota Seven B keluar dari tempat mereka bersembunyi dan menatap punggung Pria itu yang mulai menjauh menuju asrama.

"Gue jamin, kali ini dia akan berpikir keras tentang kesalahannya," ujar Veyza.

"Ya, dan untuk membuat dia sadar adalah dengan menjauhi dia terus-menerus seperti ini," tambah Ian.

"Kak Hendri memang jago deh kalau mengurus urusan hati yang membatu," puji Farel.

"Iya..., NOT aja bisa sampe mencair loh," Tita tak mau ketinggalan.

"Sindir terus!," balas Difta.

"Itu kenyataan!," tegas Alex sambil mengacak-acak rambut Difta.

* * *

Cassandra meletakkan buku-bukunya ke dalam loker. Ia juga tak lupa mengambil buku yang akan ia pelajari bersama Sally dan Maya sore nanti usai Ekskul Literasi.

Ketika ia berbalik, rasa terkejut membuatnya mundur dan terpojok di pintu loker yang sudah tertutup.

Keylan!

Pria itu mendekat ke arahnya, sangat dekat dan bahkan menggunakan tangannya untuk menghalangi langkah Cassandra agar tak bisa lari.

"Siapa itu Langit?," tanya Keylan, namun tak sekejam biasanya.

"Bu..., bukan siapa-siapa Key. Itu cuma kiasan," jawab Cassandra, takut.

"Kiasan? Kiasan yang menggambarkan gue kan?," tanya Keylan lagi.

"Bu..., bukan kok Key..., bukan elo," Cassandra gemetar.

"Gitu ya? Jadi Langit itu bukan gue? Gue kecewa! Gue pikir Langit itu gue, tapi ternyata bukan!," kini Keylan mengatakannya dengan sangat dingin.

Pria itu melepaskan tangannya yang tadi menghalangi Cassandra lalu berbalik hendak pergi keluar dari ruang loker.

"Lo bilang sama Bu Lia, copot itu puisi dari mading! Jangan pajang itu puisi kalau Langit yang lo maksud bukan gue! Jangan bikin cowok-cowok pada ge-er sama lo! Gue nggak suka!," tegas Keylan.

Cassandra hanya bisa mematung di tempatnya berdiri.

* * *

KeNdra ; Ketika Hatiku Menolak MembencimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang