Cassandra menatap Keylan yang menangis seperti anak kecil di hadapannya. Pria itu memeluk Cassandra dengan erat dan terus saja menangis.
"Key, udah dong nangisnya," bujuk Cassandra.
"Nggak! Gue belum puas!," balas Keylan.
"Elo kenapa sih Key?," tanya Cassandra, pada akhirnya.
"Gue senang karena lo udah bangun. Gue senang karena lo udah baik-baik aja. Gue minta maaf karena nggak peka kalau lo takut sama bunga. Gue juga minta maaf karena nggak menyingkirkan cowok sialan itu dan malah fokus pengen nonjok mukanya si Vanya..., gue minta maaf...," ungkap Keylan yang benar-benar tak mau berhenti menangis.
Cassandra akhirnya membalas pelukan Keylan sambil mengusap-usap punggung Pria itu dengan lembut.
"Iya, udah. Bukan salah lo kok. Gue yang salah," ujar Cassandra.
"Nggak! Gue yang salah!," tegas Keylan.
"Nggak Key..., lo nggak salah...," bujuk Cassandra.
"Nggak! Gue salah! Pokoknya gue yang salah!," rajuk Keylan.
Cassandra tersenyum dan lebih memilih mengalah saja pada Keylan sebelum Pria itu kembali meraung-raung seperti bayi Singa yang belum makan, demi meminta dirinya sendiri untuk disalahkan oleh Cassandra.
Cassandra memilih untuk memeluknya dengan erat sambil menikmati matahari pagi yang masuk melalui jendela di kamar perawatan itu.
"Gue yang salah Key..., seharusnya mungkin gue nggak membalas perbuatan Sisil waktu di lapangan. Seharusnya gue nggak membuat dia sampai terjatuh dan merasa dipermalukan," ujar Cassandra.
Keylan melepaskan pelukannya dan menatap Cassandra dengan wajahnya yang masih basah karena airmata. Cassandra mengusap airmata dari wajah tampan itu dengan lembut.
"Apa hubungannya sama Sisil anak kelas 10-c?," tanya Keylan, tak mengerti.
"Sisil itu Adiknya Vanya. Kalau waktu itu gue nggak balas ejekannya, mungkin gue nggak akan mengalami hal seperti ini dan nggak akan masuk rumah sakit," sesal Cassandra.
"Nggak! Itu bukan salah lo! Lo udah seharusnya membalas ejekan Sisil! Dia nggak boleh dibiarin menginjak-injak harga diri lo, apalagi lo bahkan nggak kenal dia dan nggak pernah ganggu dia! Pokoknya itu bukan salah lo!," tegas Keylan.
Cassandra hendak membantah lagi namun segera diberi pelukan oleh Keylan untuk yang kesekian kalinya, hingga gadis itu membatalkan niatnya untuk membantah.
"Ekhm!!! Duh, pagi-pagi udah gerah aja nih badan gue!!!," sindir Tita yang muncul di ambang pintu bersama anggota Seven B lainnya.
Cassandra berniat melepaskan pelukan Keylan, tapi Keylan malah semakin mengeratkan pelukannya dengan wajah manja.
"Ahhhh!!! Mataku ternodai!!!," teriak Farel.
Farel pun mendapat serangan dari yang lainnya sementara Keylan hanya terkekeh dalam pelukan Cassandra.
"Dilepas Key..., jangan bikin kita sirik bin dengki dong," protes Ian.
"Makanya bilang sama Maya, jangan bola basket melulu yang dipeluk, elo juga!," balas Keylan.
BUGH!!!
Satu hantaman di punggung Keylan mendarat dengan sempurna tanpa ada manuver terlebih dahulu. Keylan berbalik dan menatap Maya yang sudah memasang ancang-ancang untuk memberikan pukulan selanjutnya.
"APA LO BILANG???," amuk Maya.
Keylan tak pernah selamat dari amukan Wanita yang dia sindir!
* * *
Kelas 10-c.
Seven B masuk ke kelas itu sehingga membuat semua penghuninya segera duduk di tempat mereka masing-masing. Pintu pun segera ditutup dan dikunci dengan rapat.
"Jaga pintunya Far..., Vey...!!!," perintah Keylan, dingin.
Pria itu berjalan menuju kursi milik seseorang. Ia menatap Rizal yang pernah berurusan dengan Seven B sebelumnya.
"Hai Zal..., gimana kabar lo?," tanya Keylan, dengan senyuman palsunya.
"Baik," jawab Rizal, gemetar.
"Lo masih ingat apa pesan dari Veyza waktu itu?," tanya Keylan lagi.
"Kalau ada yang punya masalah sama Seven B, langsung hadapi mereka bertujuh dengan jantan! Jangan libatkan orang-orang yang tidak bersalah!," jawab Rizal.
"Bagus! Bagus banget karena lo masih ingat!," puji Keylan.
Keylan pun beranjak menuju kursi milik Sisil yang sudah ketakutan sejak awal. Vanya saja yang biasanya bisa melindungi dirinya pun kini angkat tangan dan tak ingin ikut campur.
"Sisil..., nama lo persis dengan kelakuan lo ya! Usil! Suka banget gangguin hidup orang!," bentak Keylan.
Sisil kini menangis gemetar di kursinya.
"Hari itu di lapangan, Cassandra nggak kenal sama siapapun orang dari kelas ini! Lo tiba-tiba ngejek dia dan dibalas, tapi lo nggak terima dengan pembalasan yang sangat ringan itu dari Cassandra. Jadi..., lo mau pembalasan yang berat?," tanya Keylan, sinis.
"Ngapain ditanya segala sih Key? To the point aja lah, biar cepat selesai! Gerah gue di sini! Bisa lihat tampang dia dari sini, tapi nggak bisa nonjok!," gerutu Tita, tak kalah sinis.
Keylan pun duduk di atas meja milik Sisil dengan santai.
"Gue kasih tahu ya sama lo, kalau lo udah salah ya salah aja dan terima konsekuensi kesalahan lo itu. Nggak usah pake ngadu sama Kakak lo yang nggak berguna itu!!! Karena memang nggak akan ada gunanya!!! Karena kita bertujuh nggak akan biarin lo berbuat lebih kurang ajar lagi sama Cassandra!!! Catat itu baik-baik, atau dipertemuan kita yang selanjutnya, gue akan buat lo menyesal seumur hidup karena udah berani menyentuh cewek kesayangan gue!!!," bentak Keylan.
Sisil terpaku di tempatnya dengan wajah pucat pasi setelah mendengar bentakan itu tepat di telinganya. Keylan pun berjalan kembali ke arah depan kelas. Farel dan Veyza membuka pintu kelas itu, Seven B pun keluar dari sana seakan tak ada apapun yang terjadi.
Rizal berbalik menatap Sisil, begitupula dengan Eliya.
"Elo sih pakai ada acara cari masalah dan ngadu sama Kakak lo! Sekarang hidup lo nggak bakalan tenang, karena Seven B udah memberikan tanda di wajah lo itu. Mereka akan selalu mengawasi gerak-gerik lo, di manapun dan kapanpun," ujar Eliya.
"Makanya lain kali kalau dikasih tahu itu nggak usah ngelawan. Sok centil sih lo mau godain Keylan, niat lo mau nyingkirin Cassandra, tapi nyatanya elo yang malah disingkirin sama Seven B!," tambah Rizal.
"Gu..., gue nggak bisa bangun...," ujar Sisil sambil menangis.
"Kenapa? Karena ketakutan?," tanya Helen.
"Bukan..., gue ngompol gara-gara Keylan ngebentak gue tadi," jawabnya.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
KeNdra ; Ketika Hatiku Menolak Membencimu
Roman pour Adolescents[COMPLETED] AKU BENCI KAMU! Satu kalimat penuh makna yang aku simpan selama ini sebagai peringatan darimu. Kamu begitu membenciku dan aku begitu mencintaimu. Kita diibaratkan air dan minyak. Bagaimanapun bentuk usaha untuk mempersatukan, maka tetap...