Panik

68 14 0
                                    

Sally memejamkan kedua matanya saat menghadapi pasta kesukaannya malam itu. Cassandra dan Maya hanya bisa menatapnya tanpa tahu apa maksud kelakuannya.

"Sal, lo lagi ngapain sih?," tanya Maya, akhirnya

"Gue lagi merenung May," jawab Sally.

"Merenung tentang betapa tidak baiknya makan pasta setiap malam?," tanya Cassandra.

"Bukan! Gue merenung tentang siapa manusia rakus yang selalu mengambil jatah pasta sebanyak-banyaknya dan menyisakan hanya sepiring kecil ini aja di meja saji!!!," Sally naik pitam.

Maya hanya melongo di tempatnya duduk, sementara Cassandra langsung menatap pada Alex yang tersenyum sekilas ke arahnya. Ia sudah tahu sejak awal kalau Alex-lah yang selalu mengambil pasta sebanyak mungkin agar Sally berhenti makan pasta setiap malam.

"Ya udah, nih ada sup asparagus. Makan ya, biar lambung lo juga sehat," bujuk Cassandra.

Sally pun akhirnya menganggukan kepalanya. Gadis itu menyingkirkan pastanya dan memakan sup asparagus milik Cassandra. Bagi Cassandra, ia harus ikut membantu Alex untuk menyadarkan Sally, karena Alex pun pernah membantunya menyelesaikan masalah dengan Keylan, tanpa diminta.

"Eh, kalian berdua tahu nggak cewek yang nembak Keylan tadi siang?," tanya Sally.

Cassandra sudah jelas menggelengkan kepalanya, karena benar-benar tak tahu. Namun Maya mengangguk, sehingga Sally dan Cassandra menatapnya.

"Namanya Vanya, di dari kelas 11 IPS. Ikut Ekskul Seni, tapi tanpa ikut Ekskul Musik dan Teater. Itupun, dia jarang datang," ujar Maya.

"Lo tahu dari mana?," tanya Sally.

"Awalnya gue nggak tahu, tapi karena kejadian tadi siang anak-anak di kelas gue jadi pada ngomongin dia. Gue nggak sengaja dengar meskipun awalnya nggak peduli. Katanya sih, dia pentolan di kelasnya. Banyak Guru yang sangat nggak suka dengan kelakuannya yang sok kaya dan sok famous gitu," jelas Maya.

Cassandra dan Sally saling menatap setelah mendengar penjelasan itu.

"Dan menurut gue, sasaran sebenanrnya itu bukan Keylan. Tapi elo," Maya menunjuk Cassandra.

"Hah? Gue? Salah apa gue sampai harus jadi sasaran Vanya?," tanya Cassandra bingung.

"Iya..., Cassandra aja nggak kenal sama dia," tambah Sally.

Maya meletakkan sendoknya ke atas piring.

"Lo ingat nggak waktu pelajaran olahraga waktu itu? Lo marah sama anak kelas 10-c sampai dia jatuh ke lantai lapangan gara-gara dia dan teman-temannya ngejek lo," ujar Maya.

Cassandra mengangguk, begitupula dengan Sally.

"Nah..., Vanya itu Kakaknya! Kemungkinan dia nggak terima Adiknya lo permalukan," tambah Maya.

"Lah..., kan memang itu bocah yang salah! Ngapain coba mulutnya bocor banget pakai ngata-ngatain Cassandra? Kalau nggak mau dibalas yang jangan berbuat jahat dong harusnya!," ketus Sally, jengkel.

"Ya normalnya manusia memang begitu Sal, cuma kan mereka manusia nggak normal! Bawaannya selalu aja sirik, dengki dan iri hati!," balas Maya.

Cassandra dan Sally pun terkekeh setelah mendengar apa yanga Maya katakan.

"Eh, gue mau ke toilet dulu ya, kebelet pipis nih," pamit Sally.

"Gue ikut Sal!," Maya mengekor.

"Lo tunggu di situ ya! Jangan kemana-mana! Jangan dekat-dekat Keylan, nanti digigit!," pesan Sally pada Cassandra.

Cassandra tertawa tanpa tertahankan lalu kembali melanjutkan makan malamnya sendirian di meja. Keylan menatapnya dengan wajah masam.

"Dengar wejangan dari Sally untuk Cassandra, membuat gue pengen jambak rambutnya AL!," sebal Keylan.

Alex menatapnya.

"Salah gue apa?," tanya Alex.

"Nggak salah sih, cuma pengen aja jambak rambut lo! Nggak lucu kan kalau gue jambak rambutnya Sally?," jawab Keylan, sebal.

Semua yang ada di meja itu pun terkikik geli.

"Eh..., Key..., itu," tunjuk Farel ke arah meja yang di tempati Cassandra.

Keylan menoleh dan melihat seorang Pria dari kelas 11 IPS mendekat, namun Cassandra tak menyadari kedatangannya karena sedang sibuk menghabiskan makanannya.

"Hai Cassandra," tegur Pria itu sambil membawa sebuket bunga mawar segar di tangannya.

Hati Keylan terasa panas luar biasa melihat pemandangan di hadapannya. Wajahnya yang ceria pun berubah datar.

Cassandra mengangkat wajahnya dan kaget saat melihat bunga segar di tangan Pria itu.

ARRRRGGGHHHH!!!

Cassandra menjerit tiba-tiba, sehingga semua orang merasa heran, termasuk Keylan.

"JAUH-JAUH DARI GUE!!!," teriaknya lagi.

"Kenapa? Gue mau menyatakan perasaan gue ke elo," ujar Pria itu.

"JAUH-JAUH!!! BAWA PERGI BUNGANYA!!!," teriaknya lagi.

"Itu Cassandra kenapa? Kok tiba-tiba histeris gitu?," tanya Tita bingung.

"Gue juga nggak tahu," jawab Keylan yang masih berpikir.

"Ini bunga buat lo, sebagai ungkapan perasaan gue ke elo," ujar Pria itu lagi dan semakin mendekat.

"NGGAK!!! JAUHIN BUNGANYA!!! PERGI!!!," Cassandra bahkan melempar sebuah piring ke arah Pria itu agar menjauh.

Keylan bangkit dari kursinya.

"Woy Keylan! Gimana? Lo masih cinta sama itu cewek gatal?," tanya Vanya - dialah biang keroknya.

Keylan menggeram hebat di tempatnya berdiri. Vanya menatap Cassandra dengan jahat.

"Udah Cassandra, jangan munafik deh! Terima aja, Keylan mungkin mau kok diduain sama lo," ujar Vanya.

HAHAHAHAHAHA!!!

"JAUH-JAUH!!!," Cassandra terlihat sesak nafas.

Sally dan Maya kembali dari toilet dan melihat bunga segar yang di dekatkan ke arah Cassandra.

"CASSANDRA!!!," teriak Sally histeris.

Maya pun berlari lalu menendang Pria yang membawa bunga agar menjauh dari Cassandra. Sally melempar bunga segar itu jauh-jauh.

"May..., dia sesak nafas May!!!," Sally semakin histeris.

Keylan yang ingin membalas Vanya kembali mengurungkan niatnya dan memilih meraih Cassandra ke dalam pelukannya.

"Key..., bawa ke rumah sakit Key..., Cassandra alergi bunga. Dia alergi berat!!!," Sally memohon.

"APA???," Keylan shock seketika.

Keylan pun segera menggendong tubuh Cassandra tanpa pikir panjang dan berlari keluar asrama bersama Sally dan Maya.

"Gimana ini Van??? Lo bilang gue cuma harus manas-manasin Keylan aja!!! Kok lo nggak bilang kalau itu cewek alergi bunga???," bentak Pria yang tadi menyodorkan bunga pada Cassandra.

Vanya hanya terdiam dalam ketakutan besar. Sisa anggota Seven B yang ada di sana menatapnya dengan tatapan membunuh yang menunjukkan kalau mereka sudah siap menerkam siapapun si pembuat masalah!

"Jangan lari lo Vanya..., gue akan buat perhitungan besar sama lo malam ini juga!!!," bentak Difta, murka.

* * *

KeNdra ; Ketika Hatiku Menolak MembencimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang