Langit dan Awan

82 14 0
                                    

Disatu senja aku menatapmu
Kau juga balas menatapku
Kau melingkarkan rasa hangat ke dalam sanubariku tanpa kuduga
Sementara aku bahkan tak bisa memayungimu kecuali dengan rasa

Kau berujar padaku tentang Langit
Langit yang aku tahu adalah dirimu
Dan kau menyapaku bukan sebagai inti dasar Bumi
Kau datang dan menyapaku sebagai Awan

Ujarmu Awan akan selalu ada untuk Langit
Di kala siang ataupun malam
Tanpa Awan, Langit akan hampa
Karena Awan adalah selimut bagi Langit

Langit takkan meninggalkan Awan
Awan pun takkan meninggalkan Langit
Seperti rasa
Yang takkan pernah meninggalkan kita

- Cassandra Oktaviany -

Keylan terus saja membaca puisi itu berulang-ulang tanpa merasa bosan. Pria itu juga terus berguling-guling sambil tersenyum di atas salah satu tempat tidur yang ada di rumah Hendri.

"Kak, kenapa sih pakai acara kasih lihat sama Key isi puisi itu? Dia tambah jadi kaya' orang gila tahu," omel Tita, geram.

Hendri hanya tertawa sambil membuat susu cokelat di dapur yang hanya berbatas lemari. Keylan bangkit dari ranjangnya dan menatap Tita.

"Makanya kalau pacaran itu jangan sama pemain basket! Bola aja yang diperhatiin..., elo nggak!," ejek Keylan.

HAHAHAHAHA!!!

"Sakit tapi tak berdarah!," sindir Ian dari tempat tidurnya sendiri.

"Diam lo Yan, atau gue cakar nih!," ancam Tita.

"Udah..., udah...! Kenapa kalian jadi ribut terus sih? Ini, minum susu cokelatnya baru tidur. Besok kalian kembali ke sekolah lagi," perintah Hendri sekaligus melerai.

Keylan mengambil gelas susu paling pertama.

"Wow..., Key semangat sekali kawan-kawan," sindir Farel.

"Jelas! Karena besok gue bakalan ketemu dan duduk sebangku lagi sama Princess Rabbit yang paling imut sejagat raya," balas Keylan, bangga.

"Halo..., apa kabarnya rasa benci di hati lo??? Masih ada??? Atau udah menciut gara-gara cinta???," sindir Difta blak-blakan.

Keylan hanya tersenyum malu-malu sambil duduk di pinggir tempat tidurnya tanpa menjawab pertanyaan Difta.

"Ada yang masih ingat nggak Imey bilang apa waktu Cassandra disandera?," tanya Keylan.

"Masih..., lo adalah miliknya!," jawab Veyza.

"Bukan yang itu musang!!!," Keylan hampir menjambak rambut Veyza.

HAHAHAHA!!!

"Terus yang mana dong?," Veyza benar-benar sedang malas berpikir.

"Oh gue ingat..., yang saat itu lo masih kita persiapkan biar kelihatan babak belur itu, kan?," tebak Alex.

"Nah..., iya..., yang itu," balas Keylan.

"Kalau nggak salah Imey bilang waktu itu, dia adalah orang yang maksa juri penentu diperlombaan musik untuk membuat Cassandra menang dengan iming-iming menjadikannya siswi populer. Itu dia lakukan karena nggak suka kalau Cassandra terus-menerus ada di dekat Key," Alex berusaha meniru ucapan Imey.

"Tuh kan! Gue bilang juga apa! Elo sih..., main asal benci aja sama Cassandra," Difta menoyor kepala Keylan dengan ringan.

Keylan melongo dan membalasnya dalam sekejap. Hendri kembali memisahkan mereka berdua.

"Ya kan gue nggak tahu!," balas Keylan.

"Ya cari tahu dong musang! Jangan asal main tuduh-tuduh aja!," omel Farel.

"Lo nggak ada di posisi gue waktu itu Far...," bantah Keylan.

"Dan lo juga nggak ada di posisi Cassandra waktu itu Key!," tegas Farel.

Keylan pun terdiam karena tak bisa membalas lagi. Keenam sahabatnya benar, bahwa dirinya memang salah karena tak mencari tahu lebih dulu sebelum menuduh Cassandra.

"Iya..., gue memang salah," Keylan mengakui.

Uhukkk!!!

Alex tersedak.

"Kesambet apa lo, kok pakai acara ngaku?," tanya Alex takjub.

Untuk pertama kalinya, seorang Ansya Keylan mengakui kesalahannya dengan sangat jujur.

"Karena gue... ."

* * *

"..., cinta sama lo Cassandra Oktaviany. Gue meminta maaf atas kebencian gue selama ini yang sama sekali tidak adil buat lo. Gue menuduh elo sebagai orang yang sengaja ikut andil dalam membuat kemenangan palsu itu, tanpa bertanya langsung sama lo apakah lo memang terlibat atau tidak. Gue menyesal..., sangat menyesal..., dan gue janji akan menebus semua kesalahan gue dengan terus melindungi lo di manapun dan kapanpun. Gue nggak akan pernah meninggalkan lo," janji Keylan di depan banyak orang.

Cassandra tak mampu membalas dengan kata-kata apapun atas apa yang diakui oleh Keylan pagi itu di lapangan upacara. Gadis itu hanya mampu menangis, bahkan Sally dan Maya pun yang tengah merangkulnya sudah berusaha keras untuk membuatnya tak menangis.

"Maaf..., maaf kalau gue sentimental banget sejak lo koma..., gue sering banget nangis sampai capek sendiri rasanya. Gue udah lama maafin lo Key. Lo nggak perlu tanya sejak kapan, karena sejujurnya gue nggak pernah marah atas semua tindakan lo ke gue. Gue hanya berpikir bahwa mungkin memang sudah seharusnya gue menerima kemarahan itu atas betapa tidak tahu dirinya kerabat jauh yang gue punya," ujar Cassandra yang masih juga menangis.

Maya kembali memberikan tissue untuk gadis itu.

"Jujur, gue bersyukur karena lo pernah benci sama gue. Karena kalau lo nggak pernah marah sama gue, maka gue nggak akan bertemu sama lo lagi di sini dan mungkin nggak akan pernah ada kisah di antara kita," Cassandra kembali menangis.

Keylan mendekat untuk memeluk gadis kesayangannya erat-erat. Semua orang yang menatap mereka pun bertepuk tangan atas pengakuan terjujur yang pernah mereka saksikan.

"Gue juga cinta sama lo Ansya Keylan, Awan cinta sama Langit dan nggak akan pernah meninggalkan Langit sendirian. Karena tanpa Awan, Langit akan menjadi hampa... ."

"Karena Awan adalah selimut bagi Langit...," lanjut Keylan karena tahu kalau Cassandra takkan pernah bisa berhenti menangis.

Cassandra menganggukan kepalanya lalu kembali bersandar dalam dekapan hangat Keylan.

"Gila..., gue ikutan nangis!," umpat Wayan.

"Ah, airmata buaya itu!," ejek Reno.

"Ya ampun kalian ya! Bisa nggak sih kalau nggak merusak suasana?," Cherry mengomel karena kesal setengah mati.

* * *

"Gimana kabar sekolah waktu gue nggak ada?," tanya Keylan sambil.mengunyah siomay yang panas.

Cassandra mendelik seketika.

"Aman kok..., aman banget...," jawab Cassandra cepat.

Keylan melirik dengan cepat, kedua matanya yang sudah sipit menjadi semakin sipit setelah mendengar jawaban Cassandra.

"Yakin aman?," Keylan menyelidik.

Cassandra memperlihatkan senyuman paling manisnya untuk mengalihkan perhatian Pria itu, namun tentu saja tak berhasil. Keylan tetaplah Keylan, seekor Singa di dalam Seven B, dan Cassandra tetaplah Cassandra, seekor kelinci yang pasti ciut nyalinya ketika ditatap oleh Singa.

"Itu..., sebenarnya...," Cassandra berat sekali untuk mengakui insiden di kelas gabungan waktu itu.

"Bilang..., atau gue cari tahu sendiri...," ancam Keylan.

Nyali Cassandra benar-benar menciut.

* * *

KeNdra ; Ketika Hatiku Menolak MembencimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang