Paket Tak Terduga

66 13 0
                                    

Keylan baru saja selesai mengikatkan tali sepatu milik Cassandra, ia lalu menatap wajah gadis itu yang kini sudah tidak menunjukkan bercak-bercak merah seperti tiga hari yang lalu akibat alerginya.

Cassandra membalas tatapan Keylan.

"Sejak kapan sih lo jadi sering banget lihat-lihat gue sampai lamaaaa banget?," tanya Cassandra.

"Memangnya kenapa? Ada yang marah kalau gue lihat-lihat wajah lo?," balas Keylan, cemburu.

"Nggak sih, cuma kan risih aja kalau lo terus-terusan lihat kaya' begitu. Aneh...," jelas Cassandra.

"Anehnya di mana? Gue benci elo salah, sekarang gue dekat sama lo dan lihat-lihat ke wajah lo juga salah! Gue kapan benarnya coba?," omel Keylan.

Cassandra terkekeh.

"Ya maksud gue biasa aja lah Key, nggak usah berlebihan begitu. Kan nggak enak juga sama orang lain, apalagi semua sahabat lo. Takutnya gue yang jadi minder," ujar Cassandra.

"Terserah lo deh!," balas Keylan, dingin.

Cassandra mematung. Apakah ia salah bicara pada Keylan? Apakah Pria itu marah lagi padanya?

"Ayo cepat jalan..., mau berapa lama lo berdiri di situ terus?," tanya Keylan.

Cassandra pun buru-buru mengikuti langkah Keylan agar tidak ketinggalan setelah mereka keluar dari rumah sakit. Keylan meraih tangan Cassandra untuk digenggamnya erat-erat.

Saat mereka tiba di asrama, Keylan masih saja diam dan tak bicara pada Cassandra.

"Key..., lo marah?," tanya Cassandra.

"Nggak!," jawabnya ketus.

Dalam hati, Keylan ingin sekali tertawa karena mendiamkan Cassandra. Ia merasa geli dengan tingkahnya sendiri.

"Maaf ya Key, gue nggak bermaksud menyinggung perasaan lo. Gue tahu lo sedang mencoba memperbaiki keadaan di antara kita. Tapi kalau sampai kaya' begini, rasanya berlebihan Key. Gue nggak enak sama anggota Seven B yang lain. Gue nggak mau di anggap memanfaatkan keadaan. Jadi memang lebih baik, kalau kita nggak terlalu sedekat ini," pinta Cassandra.

Deg!

"Kok jadi begini? Kok gue merasa nggak nyaman dengan apa yang dia minta?."

"Nggak! Gue nggak Mau! Gue Nggak mau jauh-jauh dari lo!," tegas Keylan, yang langsung meninggalkan Cassandra sendirian di halaman asrama.

Cassandra terpaku dengan jawaban tegas Keylan.

'Bukankah dulu lo bahkan nggak sudi menatap ke arah gue?.'

* * *

Difta terlihat mendekat ke meja yang biasa di tempati oleh Seven B setelah berbincang dengan Radit dan duduk bersama semua sahabatnya. Malam itu tim basket tengah merayakan kemenangan mereka dalam pertandingan basket antar SMA.

Seperti biasa, Seven B selalu makan dengan buku yang ada di dalam genggaman mereka. Keylan jadi benar-benar menjaga jarak dengan Cassandra sejak gadis itu memintanya untuk menjauh. Ada yang terasa sangat tidak ia suka dari permintaan itu, sehingga ia memutuskan untuk menjauh sementara waktu.

"Mungkin Cassandra belum terbiasa terlalu dekat sama gue," pikirnya.

Pengeras suara tiba-tiba berbunyi sehingga seluruh penghuni asrama terdiam dan mendengarkan.

"Panggilan untuk Seven B, setelah jam makan malam selesai tolong segera menghadap ke kantor. Ada kiriman paket untuk kalian," ujar sekretaris kepala asrama.

Mereka saling menatap satu sama lain.

"Siapa nih yang belagu banget pakai acara belanja online?," tuduh Alex.

"Sebentar! Lo menanyakan tuduhan kaya' begitu termasuk untuk kita berempat yang jenisnya tulen dan asli COWOK???," tanya Ian, memastikan.

"Cowok zaman sekarang udah nggak ada bedanya sama cewek! Sama-sama boros, sama-sama hobi shopping, sama-sama... ."

"Eh, lo nyindir diri sendiri?," tanya Keylan, "..., lo mendingan diam atau gue jambak nih!," ancamnya.

"Udah..., daripada ribut mendingan kita langsung pastiin sendiri deh itu paket apaan!," saran Tita.

"Wah, tumben lurus! Biasanya juga ikutan nyindir," ejek Farel.

Tita meringis kesal ke arah Farel. Mereka segera bangkit dari kursi dan meninggalkan makan malam mereka yang masih tersisa. Semua mata menatap ke arah mereka, namun mereka tak peduli. Entah kenapa Seven B merasa sangat aneh ketika mendengar kata 'paket' untuk mereka bertujuh. Masalahnya, tak pernah ada satu orang pun yang tahu kalau mereka ada di asrama ini.

Kepala Asrama langsung menyerahkan kiriman paket itu kepada Seven B saat mereka menghadap di kantornya. Veyza membawa paket itu kembali ke ruang makan, lalu segera membukanya untuk melihat isinya.

"Apaan nih?," tanya Farel.

"Pisau?," Tita merasa heran.

"Di antara kita ada mau jadi chef? Kenapa pakai acara pesan pisau lewat online sih?," tanya Alex.

Semua mata menatap Alex dengan sebal.

"Nih lama-lama gue jambak beneran lo ya!," Keylan masih berusaha menahan diri.

"Pisaunya ada tujuh..., dan ada kertas nih di bawahnya," ujar Veyza.

Mereka pun membaca kertas itu bersama-sama.

Serahkan Cassandra sama gue, atau kalian akan menanggung akibatnya.
Gue mau bunuh Cassandra, dan kalian nggak boleh ikut campur, apalagi kalau kalian berani ngomong sama orang lain tentang surat ini.
Nyawa orang-orang yang kalian sayang akan jadi taruhan. Dimulai dari Andra, Maya, Radit, Kyara dan Sally.

Dari,

Imey Astari

Wajah Keylan pun memucat saat membaca nama Cassandra dalam surat itu. Jantungnya seakan-akan hendak meledak saat itu juga ketika membaca siapa nama pengirim paket itu.

"Sialan!," geram Difta.

"Nggak bisa dibiarin nih! Dia bahkan tahu siapa-siapa orang yang kalian sayang!," tambah Veyza.

"Cassandra! Lindungi Cassandra!," perintah Alex.

Keylan pun melihat sosok Cassandra yang baru saja akan keluar dari ruang makan, ia bergegas mengejarnya secepat mungkin. Alex segera menutup kembali paket tersebut dan ikut mengejar bersama yang lain. Banyak orang yang menatap mereka dengan tatapan aneh, karena tidak biasanya Seven B memasang raut wajah seserius itu.

Keylan menangkap tangan Cassandra sehingga membuat gadis itu terkejut. Keylan mengatur nafasnya perlahan dan menatap kedua mata Cassandra lekat-lekat.

"A..., ada apa Key?," tanya Cassandra, gugup.

"Gue mau antar lo sampai di depan pintu kamar, boleh kan?," tanya Keylan, berusaha menutupi yang sesungguhnya.

Cassandra hanya mengangguk. Anggota Seven B yang lain hanya mengintip dari jauh dan membiarkan Keylan memainkan perannya sendiri.

"Gimana Ekskul hari ini?," tanya Keylan, basa-basi.

"Lancar. Gue menyerahkan satu puisi lagi tadi ke Bu Lia," jawab Cassandra.

Keylan tersenyum diam-diam.

"Gue kangen sama lo," ungkap Keylan.

Deg!

Cassandra pun menoleh ke arah Keylan yang masih berdiri di sampingnya meskipun mereka sudah tiba di depan kamar yang Cassandra tempati.

"A..., apa?," tanya Cassandra, berharap kalau telinganya salah dengar.

"Gue kangen sama lo!," ungkap Keylan sekali lagi.

'Dan itu bukan sandiwara! Kalaupun bukan karena Imey mengancam, gue tetap akan mengungkapkan hal yang sama.'

* * *

KeNdra ; Ketika Hatiku Menolak MembencimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang