Putus!

67 10 0
                                    

Cassandra membuka pintu kamarnya dengan penuh semangat saat mendengar suara ketukan. Namun ia kecewa saat bukan wajah Keylan yang ia lihat di depan pintu melainkan wajah Difta yang seakan sedang memaksakan diri untuk tersenyum padanya.

"Hai Cassandra, kita ke ruang makan yuk. Nanti Key akan menyusul," ajak Difta.

Perasaannya tiba-tiba tak enak, namun ia segera mengangguk dan mengikuti langkah Difta menuju ruang makan. Seven B terlihat di sana di meja makan mereka yang biasa, namun tanpa Keylan. Pria itu tak terlihat, entah dia berada di mana.

Radit, Andra, Maya, Kyara, dan Sally duduk semeja lagi malam itu di ruang makan asrama. Mereka sudah menunggu Difta yang akan mengantar Cassandra kepada mereka berlima. Cassandra tak mengerti apapun, ia kebingungan saat Difta membawanya duduk di hadapan kelima orang itu.

"Duduk di sini Cassandra," pinta Maya.

Cassandra pun duduk di hadapan mereka semua. Hal yang belum pernah ia lakukan selama berada di asrama dan sekolah. Radit dan Andra menatapnya dengan ekspresi khawatir, hingga Cassandra semakin merasa kebingungan.

"Oke Cassandra, ini waktunya lo tahu semua yang gue dan Seven B sembunyikan," ujar Difta.

Cassandra menatap Difta tak mengerti.

"Maksudnya? Gue nggak ngerti Dif," Cassandra benar-benar bingung.

"Akhir-akhir ini lo kita awasin dengan ketat karena Imey mengirim ancaman ke kita untuk menyerahkan lo supaya dia bisa bunuh elo. Tapi kita nggak mau itu terjadi, makanya kita mengawasi lo dari jauh dan Keylan mengawasi lo dari dekat," jawab Difta.

Deg!

"Apa katanya?," batin Cassandra.

"Kenapa lo rahasiain ini dari gue?," tanya Cassandra pada akhirnya.

Maya menggenggam tangan Cassandra dengan erat. Cassandra menoleh ke arah gadis itu.

"Karena mereka nggak mau lo kenapa-napa, makanya sekarang lo ada di bawah pengawasan kita supaya mereka bisa menyelesaikan masalah ini dan lo bisa hidup tenang lagi," jawab Maya.

"Jadi semuanya sandiwara? Keylan juga ikut memainkan peran?," tanya Cassandra lagi.

Difta terdiam sesaat.

"Kalau yang lo maksud adalah mengenai hubungan lo dan Key, jujur gue nggak bisa kasih jawaban. Lo bisa tanya sendiri sama Key mengenai hal itu," jawab Difta.

Difta segera meninggalkan meja itu dan menuju mejanya sendiri untuk bergabung dengan Seven B. Cassandra masih tak melihat Keylan di antara mereka dan ternyata pria itu datang paling akhir. Cassandra bangkit dari kursinya untuk menghadang langkah Pria itu. Ia menatap tepat di manik mata Keylan yang salalu membuatnya rindu.

"Lo nggak mau mengakhiri sandiwara lo ke gue?," tanya Cassandra dengan mata berkaca-kaca.

Keylan tak menjawab, hatinya sedang kacau. Ia takut tak bisa menahan diri untuk tak memeluk gadisnya, atau sekedar memainkan telinga kelinci yang ada di atas kepalanya agar Cassandra tersenyum seperti biasa.

"Seenggaknya kalau gue mati di tangan Imey, lo nggak perlu merasa bersalah karena udah bohongin gue Key. Karena sampai kapanpun, gue tetap akan menjadi musuh yang paling lo benci kan?," desak Cassandra.

"Nggak Princess Rabbit-ku yang manis, gue nggak akan pernah membenci lo lagi. Gue bersumpah!," batin Keylan, yang sudah jelas takkan diungkapnya.

"Gue minta maaf soal sandiwara itu. Anggap aja gue udah balas dendam sama lo soal kemenangan palsu lo dulu, dan kita impas," jawab Keylan, dingin.

Cassandra kembali tersenyum namun kali ini dengan kedua matanya yang berkaca-kaca. Keylan sadar bahwa ia akan merindukan senyuman yang menunjukkan gigi kelinci imut itu, setelah ini Cassandra jelas takkan pernah mau menatapnya lagi. Satu konsekuensi yang harus ia terima demi menjaga keselamatan gadis itu. Gadis yang akhirnya membuat dia jatuh cinta hanya dalam beberapa hari bersama.

"Thank's banget ya Key karena udah mengisi hari-hari gue belakangan ini. Jujur, gue bahagia dengan adanya lo di sisi gue. Dan ya..., kita impas!," balas Cassandra.

Cassandra segera berlalu dari hadapan Keylan yang masih terpaku di tempatnya. Keylan mengepalkan kedua tangannya erat-erat untuk mencegah dirinya berbalik dan meraih gadis itu ke dalam pelukannya.

"Gue nggak tahu kenapa hati manusia cepat berubah, yang gue tahu hari ini gue mulai menyadari kalau hati ini punya rasa sayang yang hanya tertuju ke hati lo," gumam Keylan dalam hati.

Cassandra berlari keluar dari ruang makan menuju ke atap asrama. Ia benar-benar kehilangan arah atas dirinya sendiri saat itu, hingga berhenti dan menatap langit yang gelap.

"Kenapa??? Kenapa lo harus buat gue terbang tinggi lalu tiba-tiba lo hempaskan gue begitu aja??? Kenapa Langit??? Kenapa lo harus buat gue bahagia kalau akhirnya lo hanya akan menyakiti gue seperti ini??? Kenapa???," teriak Cassandra sangat keras.

Gadis itu terduduk di lantai dingin atap asrama, ia menangis sejadi-jadinya tanpa bisa berhenti. Ia merasa dipermainkan, tapi bukan itu yang membuat hatinya merasa sakit. Melainkan kisah cinta pertamanya dengan Keylan yang harus berakhir hanya karena sebuah ancaman dari perempuan sial dari masa lalu mereka.

"Please..., gue nggak mau berakhir," ratap Cassandra, "..., gue nggak mau kehilangan Langit, gue nggak mau Pangeran Gulali yang manis itu hilang, gue nggak mau semua kenangan itu lenyap. Please..., gue nggak mau!."

Suara langkah kaki terdengar mendekat ke arah Cassandra, hingga ia mengangkat wajahnya dan menoleh. Namun tatapan dari sosok itu membuatnya terdiam seketika.

"Hai Cassandra, kita ketemu lagi!," ujar Imey, kejam.

Cassandra hendak bangkit dan berlari, namun gerakan Imey lebih cepat sehingga bisa menangkapnya dengan mudah. Sebuah pisau di arahkan oleh perempuan itu ke leher Cassandra.

"Lepasin gue!!!," teriak Cassandra.

"Diam!!! Kalau lo teriak lagi, maka gue akan langsung menghabisi nyawa lo sekarang juga!!!," ancamnya.

Cassandra diam dalam ketakutan, namun ia berusaha untuk memberanikan diri. Ia harus tenang, agar tak salah mengambil langkah untuk bisa kabur dari Imey.

BRAAKKK!!!

Pintu atap asrama terbuka tiba-tiba, Maya terlihat di sana bersama Sally, Kyara, Andra dan Radit.

"Hei..., lepaskan dia!!!," teriak Sally.

"Mundur kalian semua..., atau... ."

* * *

KeNdra ; Ketika Hatiku Menolak MembencimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang