Bagaimana Awan Jatuh Cinta Pada Langit

62 13 0
                                    

Flashback On

SMP Pelita, 2012.

Cassandra masuk ke kelas yang sudah dibagi pada hari Sabtu lalu saat MOS berakhir. Ia duduk di kursi kedua yang masih kosong dengan seorang gadis lain yang belum ia kenal. Tak lama setelah ia duduk, dua orang anak laki-laki masuk bersama dan memutuskan duduk di depan kursi milik Cassandra yang juga masih kosong.

"Ah..., akhirnya duduk juga!," ujar yang memakai jaket berwarna merah.

"Heran, lo kaya' nenek-nenek lanjut usia ya! Mengeluh melulu sih!," omel yang memakai jaket berwarna putih.

Cassandra hendak tertawa saat mendengarkan hal itu, namun ia berusaha untuk menahan diri. Seorang gadis mengintip ke dalam kelas itu, tapi kali ini bukan untuk mencari tempat duduk melainkan mencari kedua anak laki-laki yang duduk di depan Cassandra.

Orang itu melambaikan tangan ke arah mereka berdua dan mereka pun membalasnya.

"Difta masuk di kelas 7-b kan?," tanya si jaket putih.

"Iya," jawab si jaket merah.

Gadis yang melambaikan tangan pada mereka tadi bernama Difta dan ada di kelas 7-b. Itu yang Cassandra dengar.

"AL!!! Key!!!," teriak seseorang dari luar pintu sambil melambai.

Kali ini bukanlah gadis yang bernama Difta tadi. Melainkan gadis lain lagi, yang Cassandra belum tahu namanya.

"KURANG KENCANG!!!," balas meteka berdua, hingga membuat Cassandra terlonjak di kursinya karena kaget.

Si jaket merah segera menoleh ke belakang karena menyadari kalau Cassandra kaget setelah mendengar teriakan mereka.

"Maaf ya, kita nggak berniat mengganggu kok," ujarnya karena merasa tak enak hati.

Si jaket putih pun juga ikut berbalik dan tersenyum ke arah Cassandra yang masih terdiam.

"Hai, maaf ya, sohib gue tadi sarapan pakai lauk loudspeaker, jadinya suara dia membahana gitu," guraunya sambil menunjuk ke arah si jaket merah.

"Kok gue?," sengit si jaket merah.

Cassandra pun tersenyum singkat lalu menganggukan kepalanya ke arah mereka, pertanda kalau ia mengerti dan memaklumi situasi yang terjadi tadi.

"Iya, nggak apa-apa kok," jawab Cassandra, pelan.

Si jaket merah mengulurkan tangannya pada Cassandra.

"Nama gue Alexander Aditia Rega, panggil gue AL," ujar si jaket merah seraya mengulurkan tangannya ke arah Cassandra.

Cassandra menerima uluran tangan itu dan menjabatnya.

"Nama gue Cassandra Oktaviany," balas Cassandra.

Si jaket putih pun kembali ikut berbalik dan menatapnya dengan wajah konyol seperti tadi.

"Hai Cassandra..., kenalin, gue Ansya Keylan. Panggil aja gue Key."

Cassandra pun kembali menerima uluran tangan itu dan menjabatnya sama seperti yang ia lakukan pada Alex.

"Hai juga..., Key," balas Cassandra.

Keylan tersenyum sangat manis ke arahnya, hingga Cassandra merasa salah tingkah dengan apa yang sedang dilihatnya saat itu.

"Pengumuman untuk seluruh siswa dan siswi kelas 7, diminta untuk berbaris di lapangan."

Suara dari pengeras suara itu pun membuat siswa dan siswi kelas 7-a, 7-b, dan 7-c berhamburan keluar kelas menuju lapangan upacara. Mereka segera berbaris sesuai dengan kelas masing-masing.

Cassandra berdiri di tengah-tengah. Keylan dan Alex terlihat berkumpul dengan dua gadis yang menyapanya tadi. Cassandra hanya tahu nama slah satunya, Difta. Mereka juga berdiri bersama dua orang anak laki-laki lain yang sepertinya satu kelas dengan Difta di kelas 7-b.

"Minggir! Gue mau berdiri di situ!," ujar anak perempuan yang baru saja datang, dengan kasar.

Cassandra menoleh dan langsung membaca tag name yang dia pakai. Imey Astari!

"Di belakang masih kosong, lo bisa baris di belakang kalau terlambat," ujar Cassandra, halus.

Imey melotot ke arah Cassandra.

"Apa lo bilang???," teriaknya.

"Di belakang masih kosong, lo bisa baris di belakang kalau datang terlambat," ulang Cassandra dengan agak lebih keras.

"Heh! Lo berani sama gue???," Imey kembali berteriak.

Cassandra memilih tak menjawab dan mengabaikan teriakan Imey. Imey mengangkat tangannya dan hendak menampar wajah Cassandra. Namun, saat Cassandra benar-benar hampir kena tamparan dari Imey, seseorang menahan tangan itu dan orang lainnya menghalangi sosok Cassandra agar tak terlihat lagi oleh Imey.

Cassandra membuka matanya yang terpejam dan melihat sosok Keylan yang berdiri di hadapannya sambil tersenyum manis seperti saat mereka berkenalan tadi. Sementara ayunan tangan Imey di tahan oleh Difta dan gadis satu lagi yang tadi berteriak pada Keylan dan Alex.

"Mau apa lo? Kalau berani jangan sama yang lemah!," bentak Difta.

Cassandra terlihat ketakutan dan Keylan menangkap ekspresi ketakutan itu.

"Udah nggak usah khawatir, biar Difta dan Tita yang urus itu cewek. Lo di sini aja, biar gue yang lindungi," ujar Keylan.

"Tapi..., mereka berantem," Cassandra merasa bersalah.

Keylan tersenyum semakin lebar.

"Biarin aja, dia harus dapat konsekuensi dari kesalahannya. Karena setiap yang salah, memang harus mendapat hukuman. Jadi lo nggak perlu takut," balas Keylan.

"Gue harusnya mengalah aja dan pindah ke belakang biar dia nggak marah," sesal Cassandra.

"Bukan salah lo! Lo hanya mempertahankan tempat yang lo dapatkan, dan bukan hal yang salah kalau lo nggak mengalah. Dia yang harusnya berbaris di belakang karena dia datang terlambat. Bukan elo."

Cassandra mengangkat wajahnya yang sejak tadi tertunduk menatap lantai lapangan upacara. Ia kembali menatap Keylan, namun kali ini bukan sekedar wajahnya yang Cassandra tatap melainkan kedua mata Keylan yang jernih dan berwarna biru alami. Seperti Langit.

"Lo lucu ya kalau lagi senyum, kaya' kelinci," puji Keylan, jujur.

Cassandra hanya bisa tersenyum semakin lebar dan tersipu malu di hadapan Keylan saat itu.

"Dan kulit lo putih banget, sama persis seperti Awan," Keylan mengatakannya dengan sangat jujur.

"Mata lo juga bagus, warna biru seperti Langit," balas Cassandra.

"Kalau begitu lengkap dong, lo Awan dan gue Langit, karena tanpa Awan maka Langit akan terlihat hampa."

Cassandra mengangguk saja, tanpa mengerti apa maksudnya. Keylan pun tertawa dengan apa yang baru saja ia katakan. Mereka tak pernah menyadari, bahwa itu adalah awal dari terciptanya masa depan yang sudah Tuhan takdirkan.

Flashback Off

KeNdra ; Ketika Hatiku Menolak MembencimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang