Keylan menatap mading lebih lama dari biasanya, dia sedang membaca puisi milik Cassandra yang lagi-lagi dipasang oleh Bu Lia di sana.
Jingga kali ini berpendar temaram
Sosokku berdiri di tengah gemerisik suara angin
Terhempas tanpa bisa meronta
Apa dayaku?Kelam menyambangi pijak kakiku
Mewarna namun tak kasat mata
Aku masih berpijak dalam pahitnya luka
Apa gunaku?Sekiranya cahaya kembali mewarna
Aku masih berdiri di ambang kelam yang tertinggal
Meronta dan berlari meninggalkan luka lalu bermetamorfosa
Apa yang kutuju?- Cassandra Oktaviany -
"Apa yang kutuju?," gumam Keylan.
"Tempat berteduh!," jawab Difta yang entah sejak kapan telah berada di belakangnya.
Keylan menoleh.
"Ngapain lo di sini?," tanya Keylan.
"Baca puisinya Cassandra. Anak-anak ribut banget ngomongin puisinya kali ini. Gue penasaran dong..., eh nggak tahunya ada yang lebih penasaran daripada gue," jawab Difta sekaligus menyindir.
Keylan memutar kedua bola matanya karena sebal dengan sindiran Difta.
"Jawabannya apa tadi?," Keylan kembali bertanya.
"Tempat berteduh," ujar Difta.
"Tahu darimana?," Keylan masih berpikir sendiri.
Difta tersenyum lalu mendekat dan menunjuk puisi yang berada di balik kaca mading itu.
"Bait pertama menggambarkan semua hal menyakitkan yang pernah dia alami. Bait kedua menggambarkan bagaimana dia mencoba untuk memecahkan semua masalahnya. Bait ketiga menggambarkan kebingungannya setelah semua yang dia lalui. Itu tandanya, dia masih mencari tempat berteduh yang nyaman," jelas Difta.
Prokkk!!! Prokkk!!! Prokkk!!!
Keylan bertepuk tangan sambil tersenyum ke arah Difta.
"Gue memang nggak pernah salah pilih, lo memang pantas menjadi mantan pacar gue yang terbaik," puji Keylan.
BUGH!!!
Satu pukulan di perut Pria itu mendarat dengan mulus tanpa aba-aba. Keylan pun merintih kesakitan.
"Sekali lagi lo bahas masalah gue yang pernah jadi mantan pacar lo, maka gue bakalan bikin lo babak belur!," ancam Difta lalu meninggalkan Keylan sendirian.
"Lo itu harusnya bangga NOT!!! Bukannya malah mukul gue!!!," teriak Keylan.
Keylan berjalan menuju ke kelas sambil memegangi perutnya yang masih sakit akibat pukulan dari Difta. Cassandra terlihat sedang menulis di buku catatannya dengan serius.
"Aduh..., perut gue," rintih Keylan.
Cassandra menoleh dengan cepat.
"Perut lo kenapa?," tanyanya.
"Ditonjok sama Difta," jawab Keylan.
Cassandra terkekeh mendengarnya.
"Kok malah ketawa?," Keylan sebal.
"Karena sudah jelas kalau lo yang mulai duluan bikin dia kesal kan...," ujar Cassandra.
"Ck! Iya..., iya..., gue yang salah! Puas lo?," cibir Keylan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KeNdra ; Ketika Hatiku Menolak Membencimu
Novela Juvenil[COMPLETED] AKU BENCI KAMU! Satu kalimat penuh makna yang aku simpan selama ini sebagai peringatan darimu. Kamu begitu membenciku dan aku begitu mencintaimu. Kita diibaratkan air dan minyak. Bagaimanapun bentuk usaha untuk mempersatukan, maka tetap...